Ingin Kuasai Lithium, Morales Tuding AS Dalangi Kudeta Bolivia

Rabu, 25 Desember 2019 - 17:11 WIB
Ingin Kuasai Lithium,...
Ingin Kuasai Lithium, Morales Tuding AS Dalangi Kudeta Bolivia
A A A
BUENOS AIRES - Mantan Presiden Bolivia, Evo Morales mengatakan, ia dipaksa lengser oleh kudeta yang didukung Amerika Serikat (AS). Washington ingin mendapatkan akses ke sumber daya lithium negara Amerika Selatan yang cukup besar itu.

Permintaan akan lithium diperkirakan akan meningkat secara global karena merupakan salah satu komponen utama dalam baterai yang digunakan dalam peralatan berteknologi tinggi seperti laptop dan mobil listrik.

Bolivia sendiri memang memiliki sumber daya lithium terkonfirmasi terbesar di dunia. Tetapi mereka secara luas dianggap berkualitas buruk, dan negara itu tidak memiliki infrastruktur untuk memanfaatkannya secara menguntungkan.

Morales mengundurkan diri sebagai presiden Bolivia pada 10 November setelah aksi demonstrasi yang memprotes hasil pemilu berlangsung hampur tiga minggu. Pemilu yang mengantarkan Morales duduk di kursi presiden untuk keempat kalinya dinilai penuh dengan kecurangan.

Ia mundur setelah panglima angkatan bersenjata Bolivia, Jenderal Williams Kaliman, secara terbuka menyatakan bahwa mantan pemimpin serikat pekerja itu harus mundur.

Sejak saat itu, presiden pertama yang berasal dari kelompok masyarakat adat Bolivia tersebut mengklaim menjadi korban kudeta.

"Itu adalah kudeta nasional dan internasional," kata Morales kepada AFP dalam sebuah wawancara eksklusif di Buenos Aires, Argentina, tempat ia tinggal di pengasingan setelah mengklaim suaka.

"Negara-negara industri tidak menginginkan persaingan," imbuhnya kepada kantor berita Prancis itu, Rabu (25/12/2019).

Morales mengatakan Washington tidak "memaafkan" negaranya karena memilih untuk mencari kemitraan ekstraksi lithium dengan Rusia dan China daripada AS.

"Itu sebabnya saya benar-benar yakin itu kudeta terhadap lithium," tegasnya.

"Kami sebagai negara telah memulai industrialisasi lithium. Sebagai negara kecil dengan 10 juta penduduk, kami akan segera menetapkan harga lithium," tuturnya.

"Mereka tahu kita memiliki cadangan lithium terbesar di dunia seluas 16.000 kilometer persegi (lebih dari 6.100 mil persegi)," ujarnya.

Adapun terkait pencalonan inkonstitusionalnya dalam pemilu terakhir, Morales mengaku menyesal. Untuk diketahui presiden Bolivia hanya boleh menjabat dua kali berturut-turut, namun Morales lengser setelah menjabat untuk yang keempat kalinya.

"Kami menang di babak pertama," katanya, meskipun setelah diaudit oleh Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menemukan bukti nyata kecurangan suara.

"Jadi partisipasi kita sama sekali bukan kegagalan. Tapi kudeta sudah dipersiapkan sebelumnya," cetusnya.

Morales telah dilarang oleh Presiden sementara dari kelompok sayap kanan, Jeanine Anez, untuk mencalonkan diri dalam pemilu ulang yang dijadwalkan akan berlangsung awal tahun depan, tetapi tanggal pasti penyelenggaraan pemilu belum ditetapkan.

Setelah awalnya menerima suaka di Meksiko ketika ia pertama kali meninggalkan Bolivia dengan mengklaim hidupnya dalam bahaya, Morales kini telah menempatkan dirinya di negara tetangga Argentina sejak 10 Desember.

Partai Gerakan Sosialisme (MAS) bahkan telah menunjuknya sebagai ketua kampanye untuk pemilu mendatang.

Morales mengatakan seorang calon presiden MAS yang baru akan dipilih pada pertemuan partai pada 15 Januari, yang dapat diadakan di Bolivia atau Argentina.

Pemerintah Bolivia telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Morales jika dia mencoba untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Siapa pun kandidatnya, Morales mengatakan dia ingin pemilihan berikutnya dipantau oleh organisasi asing.

"Perlu ada misi internasional, organisasi internasional seperti Carter Center, komite pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Paus Francis, PBB, atau organisasi global yang terkenal," kata Morales.

"Meskipun begitu banyak pencemaran nama baik dan penganiayaan dan masih tanpa kandidat, kami masih yang pertama dalam pemilu sayap kanan, yang mengejutkan," imbuhnya.

"Jika MAS memenangkan pemilu, hasilnya harus dihormati. Kami akan menghormatinya," tegasnya.

Morales kemungkinan merujuk pada sebuah jajak pendapat baru-baru ini di surat kabar Pagina Siete - sebuah surat kabar yang menentangnya memerintahkan penyelidikan kriminal pada 2012, setelah menuduhnya sebagai instrumen sayap kanan Chile.

Dalam jajak pendapat itu, Andronico Rodriguez, pemimpin serikat tanam kakao berusia 30 tahun yang secara luas diperkirakan akan menjadi kandidat presiden MAS, berada di urutan teratas dengan 23 persen di depan mantan presiden Carlos Mesa dengan 21 persen.

Mesa adalah kandidat yang dikalahkan oleh Morales dalam pemilu Oktober lalu.

Satu kelompok yang Morales tidak memasukkan dalam daftar kelompok pengamat versinya adalah OAS. Ia menuding sekretaris jenderal OAS, Luis Almagro, sebagai konduktor kudeta terhadapnya dengan menentang hasil pemilu Bolivia terakhir.

Lusinan orang terbunuh dalam bentrokan setelah temuan audit OAS dipublikasikan.

"Luis Almagro pantas diadili karena bertanggung jawab atas begitu banyak pembantaian dan kematian di Bolivia," kata Morales.

Almagro sendiri mengatakan Morales memintanya untuk tidak mempublikasikan hasil audit karena dia khawatir hal itu akan menyebabkan kerusuhan sipil.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7647 seconds (0.1#10.140)