Heboh, Trump Dimakzulkan Disamakan dengan Penyaliban Yesus

Kamis, 19 Desember 2019 - 23:44 WIB
Heboh, Trump Dimakzulkan Disamakan dengan Penyaliban Yesus
Heboh, Trump Dimakzulkan Disamakan dengan Penyaliban Yesus
A A A
WASHINGTON - Seorang politikus Partai Republik Amerika Serikat (AS) menyamakan pemakzulan Presiden Donald Trump oleh DPR dengan penyaliban Yesus Kristus. Pembandingan yang berlebihan ini menjadi trending topic media sosial di Amerika.

Pembandingan yang menghebohkan publik Amerika itu dilontarkan Barry Loudermilk, politisi Republik yang menjadi anggota Kongres AS. Dia menyampaikannya dalam pidato di gedung Kongres menjelang pemungutan suara bersejarah oleh DPR hari Rabu waktu Washington atau Kamis (19/12/2019) WIB.

"Ketika Yesus dituduh melakukan pengkhianatan, Pontius Pilatus memberi Yesus kesempatan untuk menghadapi penuduhnya," kata politikus asal wilayah Georgia ini. "Selama persidangan palsu itu, Pontius Pilatus memberikan lebih banyak hak kepada Yesus daripada yang diberikan oleh Demokrat untuk presiden ini dan proses ini."

Gara-gara ucapan Loudermilk, kalimat "Trump to Jesus" menjadi trending topic di Twitter. Para pengguna media sosial dengan cepat mengubah pernyataan itu menjadi meme.

"18 Desember 2019, adalah hari lain yang akan hidup dalam keburukan," imbuh anggota Kongres Mike Kelly, membandingkan proses impeachment dengan tragedi Pearl Harbor.

Trump sendiri memulai perbandingan aneh dalam suratnya kepada Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, awal minggu ini. "Proses yang lebih adil diberikan kepada mereka yang dituduh dalam Pengadilan Penyihir Salem," bunyi surat Trump yang dianggap Nancy sebagai surat yang konyol.

Perbandingan Trump dan Yesus secara luas diejek dan dianggap terlalu berlebihan. "Orang-orang yang menerima proses yang kurang dari Presiden Trump: Yesus, perempuan yang dituduh penyihir di pengadilan Salem...sebenarnya, kebanyakan orang. Ini hanya proses pemakzulan dan sangat legal, bahkan jika keliru dan kurang bukti," tulis pakar konservatif Ben Shapiro.

Michelle Goldberg dari New York Time menulis, “Bertahun-tahun yang lalu sebagian dari kita dengan naif berharap bahwa suatu hari demam akan mereda dan beberapa Republikan akan membela republik melawan demagog yang mengerikan. Sebaliknya, inilah yang menyarankan Trump lebih sebagai martir daripada Yesus Kristus."

Wartawan Sam Sokol menyindir, “Jadi ini adalah Pengadilan Penyihir Salem atau ini Penyaliban? Apakah Trump penyihir atau dia Yesus? Saya jadi bingung. Otak kosmopolitan saya yang tak menentu tidak bisa menangani argumen hukum tingkat tinggi ini."

Proses pemakzulan Trump oleh DPR AS bermula dari bocoran informasi tiga bulan lalu, di mana Trump melalui telepon diduga mencoba menekan presiden baru Ukraina untuk mengumumkan penyelidikan terhadap politikus Partai Demokrat, Joe Biden, terkait dugaan korupsi dalam bisnis gas di Ukraina. Tindakan Trump itu dianggap sebagai penyalahgunaan kekuasaan. Dia juga dituduh menghalang-halangi penyelidikan Kongres.

Meski DPR secara mayoritas menyetujui pemakzulan Presiden Trump, namun keputusan akhir nasib presiden ada di tangan Senat. Setelah proses pemakzulan di DPR berjalan mulus, selanjutnya Senat akan menggelar sidang pemakzulan Trump. Namun, kursi Senat saat ini dikuasai Partai Republik yang kemungkinan besar akan menyelamatkan Trump dari pemakzulan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5609 seconds (0.1#10.140)