Jaksa Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Evo Morales
A
A
A
LA PAZ - Jaksa penuntut di Ibu Kota Bolivia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mantan Presiden Evo Morales. Morales dituduh telah melakukan penghasutan dan terorisme.
Menteri Dalam Negeri Bolivia, Arturo Murillo, baru-baru ini mengajukan tuntutan terhadap Morales. Morales dituding telah mendorong terjadinya bentrokan yang menyebabkan 35 orang tewas selama kerusuhan sebelum dan setalah ia lengser sebagai presiden.
Para pejabat mengatakan ia memerintahkan para pendukungnya untuk memblokir kota-kota guna memaksa penggulingan Presiden sementara Jeanine Anez. Anez mengambil alih kekuasaan ketika Morales mengundurkan diri pada 10 November lalu setelah gelombang protes dan di bawah tekanan dari polisi serta militer seperti dikutip dari New York Post, Kamis (19/12/2019).
Morales, yang pertama kali terbang ke Meksiko dan sekarang berbasis di Argentina, telah berulang kali membantah tuduhan itu.
Pada Selasa lalu, Morales mengatakan ia akan berkampanye untuk calon presiden partainya dalam pemilu yang diharapkan akan dilangsungkan pada beberapa bulan ke depan meski tanggalnya belum ditentukan. Kandidat dari partai Gerakan Menuju Sosialisme Morales sendiri belum dipilih, dan mantan presiden itu tidak dapat mencalonkan diri dalam pemilihan umum yang baru.
Presiden pribumi pertama Bolivia itu menggambarkan gerakan yang menekannya untuk pergi sebagai kudeta.
Kritik terhadap pemimpin yang telah lama berkuasa itu menuduhnya menggunakan penipuan untuk memenangkan masa jabatan keempatnya secara berturut-turut dalam pemungutan suara 20 Oktober lalu. Sebuah audit oleh Organisasi Negara-negara Amerika mendukung tuduhan itu, mengatakan pihaknya menemukan bukti kecurangan dalam pemungutan suara.
Morales mempertahankan pengikut yang kuat di Bolivia dan memiliki sekutu dalam pemerintahan Presiden Argentina Alberto Fernandez, yang menjabat dua hari sebelum mantan pemimpin Bolivia itu tiba di negara itu.
Pemerintah sementara Bolivia telah menyatakan keprihatinannya bahwa Morales dapat menggunakan Buenos Aires sebagai markas kampanye dan mungkin merencanakan kepulangannya ke Bolivia.
Menteri Dalam Negeri Bolivia, Arturo Murillo, baru-baru ini mengajukan tuntutan terhadap Morales. Morales dituding telah mendorong terjadinya bentrokan yang menyebabkan 35 orang tewas selama kerusuhan sebelum dan setalah ia lengser sebagai presiden.
Para pejabat mengatakan ia memerintahkan para pendukungnya untuk memblokir kota-kota guna memaksa penggulingan Presiden sementara Jeanine Anez. Anez mengambil alih kekuasaan ketika Morales mengundurkan diri pada 10 November lalu setelah gelombang protes dan di bawah tekanan dari polisi serta militer seperti dikutip dari New York Post, Kamis (19/12/2019).
Morales, yang pertama kali terbang ke Meksiko dan sekarang berbasis di Argentina, telah berulang kali membantah tuduhan itu.
Pada Selasa lalu, Morales mengatakan ia akan berkampanye untuk calon presiden partainya dalam pemilu yang diharapkan akan dilangsungkan pada beberapa bulan ke depan meski tanggalnya belum ditentukan. Kandidat dari partai Gerakan Menuju Sosialisme Morales sendiri belum dipilih, dan mantan presiden itu tidak dapat mencalonkan diri dalam pemilihan umum yang baru.
Presiden pribumi pertama Bolivia itu menggambarkan gerakan yang menekannya untuk pergi sebagai kudeta.
Kritik terhadap pemimpin yang telah lama berkuasa itu menuduhnya menggunakan penipuan untuk memenangkan masa jabatan keempatnya secara berturut-turut dalam pemungutan suara 20 Oktober lalu. Sebuah audit oleh Organisasi Negara-negara Amerika mendukung tuduhan itu, mengatakan pihaknya menemukan bukti kecurangan dalam pemungutan suara.
Morales mempertahankan pengikut yang kuat di Bolivia dan memiliki sekutu dalam pemerintahan Presiden Argentina Alberto Fernandez, yang menjabat dua hari sebelum mantan pemimpin Bolivia itu tiba di negara itu.
Pemerintah sementara Bolivia telah menyatakan keprihatinannya bahwa Morales dapat menggunakan Buenos Aires sebagai markas kampanye dan mungkin merencanakan kepulangannya ke Bolivia.
(ian)