Kisah Miris Veteran AS, Jadi Gelandangan Hingga Pecandu Narkoba

Sabtu, 14 Desember 2019 - 23:01 WIB
Kisah Miris Veteran...
Kisah Miris Veteran AS, Jadi Gelandangan Hingga Pecandu Narkoba
A A A
WASHINGTON - Setelah bertahun-tahun berperang di luar negeri, para veteran Amerika Serikat (AS) kerap kesulitan menjalani hidup sebagai warga sipil biasa. Tidak sedikit dari mereka akhirnya mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD), menjadi tunawisma dan bahkan pecandu narkoba.

Roger Schultz, pria yang pernah bertugas di Korps Marinir AS adalah salah satunya. Setelah bertahun-tahun melayani negara sebagai Marinir, dia akhirnya memutuskan keluar dari satuan, untuk bisa berkumpul kembali bersama keluarga.

Namun, setahun setelah dia memutuskan keluar dan kembali ke keluarga, nasib buruk menimpanya. Setelah bercerai dengan istrinya, hidup Schultz menjadi tidak terkendali dan dia sempat menjadi gelandangan untuk beberapa waktu.

Mencari tempat tinggal, ia akhirnya masuk ke Veterans Resource Center (VRC) di California, yang menyediakan perumahan dan terapi kelompok untuk para mantan anggota militer.

"Ini adalah terapi penyesuaian saya. Cara hidup yang saya pelajari di Marinir, itu tidak bercampur di masyarakat. Jadi kita belajar bagaimana menyesuaikan itu, jadi saya mungkin dapat memiliki hubungan dengan anak-anak saya, mantan istri saya, dan majikan berikutnya yang tidak berubah menjadi destruktif," kata Schultz, seperti dilansir Al Jazeera.

Luka karena perang, banyak prajurit yang kembali dari tugas, harus berjuang dengan PTSD. Ketidakmampuan mereka untuk menyesuaikan diri dari kehidupan tempur ke kehidupan sipil seringkali mengarah pada penyalahgunaan dan kecanduan narkoba, oleh karena itu, mencari dukungan untuk penyembuhan dan pemulihan adalah tantangan yang konstan.

VRC dan para relawan membantu para veteran yang kembali mencari pekerjaan dan memilah-milah tambahan pendapatan pemerintah, kebutuhan perawatan kesehatan, dan situasi perumahan mereka.

"Tujuan program transisi 30 tempat tidur untuk veteran tunawisma adalah memiliki pendapatan mandiri, jadi kami membantu mereka mengajukan tunjangan, kami membantu mereka kembali ke sekolah atau mendapatkan pekerjaan," jelas Kendra Barter, direktur klinis VRC.

"Setiap veteran berbeda, kebutuhan mereka berbeda dan jadi kami dapat memperlakukan mereka dengan masalah mendasar, apakah itu kecanduan, apakah itu kesehatan mental," kata Barter.

Ketika para veteran berkumpul di VRC, mereka menunjukkan bekas luka yang telah ditinggalkan oleh kebrutalan perang dan pentingnya hubungan manusia dalam menghadapi pertempuran emosional dan psikologis seumur hidup.

"Bagian dari patologi trauma pada seorang veteran adalah mereka ingin mengisolasi dari masyarakat, dari satu sama lain; Anda hanya ingin ditinggal sendirian dan itu adalah tantangan terbesar kami," kata Marc Deal, direktur eksekutif VRC.

"Kami berjuang mati-matian untuk mengeluarkan mereka dari zona nyaman mereka dan membuat mereka kembali bersama dan membuat mereka duduk di meja, untuk berteman, Anda tahu, untuk melakukan hal-hal yang dilakukan orang-orang dalam masyarakat normal," ungkapnya.

Di AS, terdapat 22 juta veteran atau 7% dari populasi. Tetapi, menurut Koalisi Nasional untuk Veteran Tunawisma, veteran berkontribusi atas sekitar 12% dari populasi tunawisma dewasa. Veteran berkulit hitam dan hispanik tiga kali lebih mungkin menjadi gelandangan daripada veteran pada umumnya.

Menurut Departemen Urusan Veteran, sembilan dari 10 veteran tunawisma adalah laki-laki. Mayoritas adalah lajang, tinggal di daerah perkotaan dan menderita penyakit mental, cacat fisik atau penyalahgunaan narkoba. Sekitar setengahnya pernah bertugas selama era perang Vietnam.
(sfn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5807 seconds (0.1#10.140)