Seorang Gadis AS Meninggal karena 'Penyakit Berciuman'
A
A
A
JACKSONVILLE - Seorang gadis remaja asal Florida, Amerika Serikat (AS) meninggal secara tragis karena mononukleosis atau dikenal sebagai "kissing disease (penyakit berciuman)". Keluarganya terguncang karena tidak mengetahui ihwal penyakit ini.
Menurut media setempat, WJAX-TV, gadis 17 tahun bernama Ariana Rae Delfs itu meninggal setelah jatuh sakit sekitar tiga minggu lalu.
Ayahnya, Mark Delfs, mengatakan bahwa putrinya memiliki beberapa gejala seperti pilek dan sakit kepala pada minggu-minggu awal sebelum kematiannya.
"Yang terus-menerus terjadi adalah sakit kepala," katanya.
Ketika Ariana gagal membaik, orang tuanya membawanya ke dokter yang melakukan berbagai tes, termasuk satu tes untuk mononukleosis. Namun, diagnosis formal tidak dibuat oleh dokter.
Gejala yang dialami gadis itu terus memburuk. Dia akhirnya dilarikan ke rumah sakit pada pagi hari setelah menghabiskan satu malam dengan muntah terus-menerus. "Kami menjadi sangat gugup," kata Delfs.
Di rumah sakit, Ariana pada satu kesempatan berdiri untuk menggunakan kamar mandi. Namun, dia mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak bisa merasakan kakinya. "Dia merasa seperti kakinya baru saja menyerah," ujar Delfs.
Dokter mencurigai gadis 17 tahun itu menderita stroke dan dia kemudian diterbangkan ke sebuah rumah sakit di Jacksonville.
“Kata-katanya kadang-kadang sangat tidak jelas. Dia hanya berbicara omong kosong, dan kerusakan sudah mulai pada titik itu, yang baru saja kita tidak tahu," ujar Delfs.
Sedihnya, Ariana menerima diagnosis formal pada hari-hari terakhir hidupnya, yakni dia terpapar Virus Epstein-Barr (EBV) yang menyebabkan mononukleosis. The Mayo Clinic, sebuah organisasi pusat medis akademik di Amerika, mengatakan virus adalah penyebab paling umum dari mononukleosis.
Otak Ariana membengkak pada titik di mana ia tidak dapat berfungsi dengan baik, yang berarti Ariana menderita kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki. "Pada saat itu, kami baru saja memutuskan bahwa sudah waktunya untuk melepaskannya," imbuh ayah gadis itu.
Setelah kematian putrinya, Delfs mendesak para orang tua lainnya untuk memerhatikan gejala yang dialami anak-anak mereka dengan serius.
"Dalam kasus kami, itu tidak cukup, tetapi dalam kasus orang lain mungkin menyelamatkan hidup mereka," katanya.
Dari data yang dihimpun SINDonews.com, mononukleosis adalah infeksi Virus Epstein-Barr (EBV) yang menyebabkan demam, sakit tenggorokan, dan radang kelenjar getah bening di leher.
Infeksi mononukleosis (mono) sering disebut penyakit berciuman. Pasalnya, virus penyebab kondisi ini dapat menular melalui air liur, misalnya ciuman, juga batuk atau bersin, atau berbagi peralatan makan dan minum dari seorang yang terinfeksi. Komplikasi yang paling serius adalah pembengkakan limpa. Namun, biasanya kondisi tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
Ariana merupakan seorang scholar-athlete di Fernandina Beach High School. "Seorang seniman, dan musisi otodidak, adalah jiwa yang sangat dermawan," imbuh Delfs. "Dia akan memberi siapa pun apa saja."
Pemakaman gadis remaja itu dilakukan pada hari Rabu lalu. Sebagai cara untuk mengenangnya, pihak keluarganya menyiapkan penggalangan dana GoFundMe untuk membantu anak-anak lain.
“Dana warisan ini akan digunakan untuk membantu mendanai beberapa gairah hidupnya, termasuk program musik dan seni untuk anak-anak, membantu satwa dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," papar Delfs.
"Kami berterima kasih atas kemurahan hati Anda dan kami meminta agar Ariana tetap hidup selamanya di hati dan pikiran Anda," sambung dia, seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (14/12/2019).
Menurut media setempat, WJAX-TV, gadis 17 tahun bernama Ariana Rae Delfs itu meninggal setelah jatuh sakit sekitar tiga minggu lalu.
Ayahnya, Mark Delfs, mengatakan bahwa putrinya memiliki beberapa gejala seperti pilek dan sakit kepala pada minggu-minggu awal sebelum kematiannya.
"Yang terus-menerus terjadi adalah sakit kepala," katanya.
Ketika Ariana gagal membaik, orang tuanya membawanya ke dokter yang melakukan berbagai tes, termasuk satu tes untuk mononukleosis. Namun, diagnosis formal tidak dibuat oleh dokter.
Gejala yang dialami gadis itu terus memburuk. Dia akhirnya dilarikan ke rumah sakit pada pagi hari setelah menghabiskan satu malam dengan muntah terus-menerus. "Kami menjadi sangat gugup," kata Delfs.
Di rumah sakit, Ariana pada satu kesempatan berdiri untuk menggunakan kamar mandi. Namun, dia mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak bisa merasakan kakinya. "Dia merasa seperti kakinya baru saja menyerah," ujar Delfs.
Dokter mencurigai gadis 17 tahun itu menderita stroke dan dia kemudian diterbangkan ke sebuah rumah sakit di Jacksonville.
“Kata-katanya kadang-kadang sangat tidak jelas. Dia hanya berbicara omong kosong, dan kerusakan sudah mulai pada titik itu, yang baru saja kita tidak tahu," ujar Delfs.
Sedihnya, Ariana menerima diagnosis formal pada hari-hari terakhir hidupnya, yakni dia terpapar Virus Epstein-Barr (EBV) yang menyebabkan mononukleosis. The Mayo Clinic, sebuah organisasi pusat medis akademik di Amerika, mengatakan virus adalah penyebab paling umum dari mononukleosis.
Otak Ariana membengkak pada titik di mana ia tidak dapat berfungsi dengan baik, yang berarti Ariana menderita kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki. "Pada saat itu, kami baru saja memutuskan bahwa sudah waktunya untuk melepaskannya," imbuh ayah gadis itu.
Setelah kematian putrinya, Delfs mendesak para orang tua lainnya untuk memerhatikan gejala yang dialami anak-anak mereka dengan serius.
"Dalam kasus kami, itu tidak cukup, tetapi dalam kasus orang lain mungkin menyelamatkan hidup mereka," katanya.
Dari data yang dihimpun SINDonews.com, mononukleosis adalah infeksi Virus Epstein-Barr (EBV) yang menyebabkan demam, sakit tenggorokan, dan radang kelenjar getah bening di leher.
Infeksi mononukleosis (mono) sering disebut penyakit berciuman. Pasalnya, virus penyebab kondisi ini dapat menular melalui air liur, misalnya ciuman, juga batuk atau bersin, atau berbagi peralatan makan dan minum dari seorang yang terinfeksi. Komplikasi yang paling serius adalah pembengkakan limpa. Namun, biasanya kondisi tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
Ariana merupakan seorang scholar-athlete di Fernandina Beach High School. "Seorang seniman, dan musisi otodidak, adalah jiwa yang sangat dermawan," imbuh Delfs. "Dia akan memberi siapa pun apa saja."
Pemakaman gadis remaja itu dilakukan pada hari Rabu lalu. Sebagai cara untuk mengenangnya, pihak keluarganya menyiapkan penggalangan dana GoFundMe untuk membantu anak-anak lain.
“Dana warisan ini akan digunakan untuk membantu mendanai beberapa gairah hidupnya, termasuk program musik dan seni untuk anak-anak, membantu satwa dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," papar Delfs.
"Kami berterima kasih atas kemurahan hati Anda dan kami meminta agar Ariana tetap hidup selamanya di hati dan pikiran Anda," sambung dia, seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (14/12/2019).
(mas)