The Straits Times: Jokowi Tokoh Asian of the Year 2019
A
A
A
SINGAPURA - Presiden ketujuh dan berkuasa saat ini di Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), dinobatkan sebagai tokoh "Asian of the Year 2019" versi The Straits Times. Alasannya, dia dianggap sebagai sosok pemersatu dalam masa kekacauan dan gangguan.
"Joko, 58, dipilih oleh editor karena ketangkasan dan kerinduannya dalam menavigasi arus lintas politik dalam negeri yang rumit dan urusan internasional," tulis media yang berbasis di Singapura tersebut, Kamis (5/12/2019).
Jokowi mengalahkan pensiunan jenderal Angkatan Darat Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden April lalu dan mempertahankan kekuasaan untuk masa jabatan kedua sebagai presiden. Sesuai konstitusi, dia dilarang untuk maju lagi dalam pemilihan presiden lima tahun mendatang.
Para editor media Singapura itu memperhatikan karier cemerlang Jokowi mulai dari saat menjadi Wali Kota Surakarta atau Solo pada 2005 hingga menjadi memimpin negara dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
"Kepribadiannya yang membumi, kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang, berempati dengan rakyat jelata telah memenangkan banyak pengagum di rumahnya (dalam negeri)," lanjut The Straits Times. Di luar negeri, sambung media tersebut, orang-orang memuji kemampuannya untuk memandang ke luar cakrawala dan bergulat dengan tantangan strategis yang dihadapi negaranya dan kawasan.
Para editor memuji perannya dalam menempatkan Indonesia di jantung ASEAN, blok regional beranggotakan 10 negara, dalam beberapa waktu terakhir.
Para pemimpin negara-negara anggota ASEAN mengadopsi "Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik", yang dirancang oleh Indonesia, pada KTT ASEAN di Bangkok pada bulan Juni dan yang mempertahankan posisi netral kelompok regional di tengah meningkatnya persaingan antara China dan Amerika Serikat atas supremasi di kawasan.
Tetapi para editor menyatakan harapan bahwa "Jokowi tidak memberikan uang dan tidak membuat kompromi dalam upayanya untuk membangun Indonesia yang demokratis, bebas korupsi, terbuka, toleran, dan inklusif".
Warren Fernandez, pemimpin redaksi Singapore Press Holdings' English/Malay/Tamil Media Group dan editor The Straits Times, yang memimpin panel untuk membahas penghargaan tersebut, mengatakan penghargaan itu dimaksudkan untuk menghormati seseorang yang tidak hanya membuat atau membentuk berita, tetapi juga membantu memberikan kontribusi positif bagi Asia dalam prosesnya.
"Presiden Joko Widodo telah melakukan itu dengan sangat baik. Tidak hanya dia telah memenangkan masa jabatan kedua, tetapi dia juga telah membawa Indonesia bersama dan membawanya ke depan. Demikian juga dengan ASEAN. Ada banyak ruang baginya untuk memimpin lebih jauh jika dia mengatur keterampilan politik yang cukup dan niat baik yang ia nikmati bersama orang-orang di seluruh Asia, "katanya.
Jeremy Au Yong, editor asing The Straits Times, mengatakan; "Pada tahun ketika perselisihan menjadi berita utama—Forum Outlook Global Straits Times kami baru-baru ini berfokus pada bagaimana menavigasi dunia dalam konflik—Jokowi menonjol sebagai seseorang yang pemersatu, alih-alih sebegai pemecah belah."
"Joko, 58, dipilih oleh editor karena ketangkasan dan kerinduannya dalam menavigasi arus lintas politik dalam negeri yang rumit dan urusan internasional," tulis media yang berbasis di Singapura tersebut, Kamis (5/12/2019).
Jokowi mengalahkan pensiunan jenderal Angkatan Darat Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden April lalu dan mempertahankan kekuasaan untuk masa jabatan kedua sebagai presiden. Sesuai konstitusi, dia dilarang untuk maju lagi dalam pemilihan presiden lima tahun mendatang.
Para editor media Singapura itu memperhatikan karier cemerlang Jokowi mulai dari saat menjadi Wali Kota Surakarta atau Solo pada 2005 hingga menjadi memimpin negara dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
"Kepribadiannya yang membumi, kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang, berempati dengan rakyat jelata telah memenangkan banyak pengagum di rumahnya (dalam negeri)," lanjut The Straits Times. Di luar negeri, sambung media tersebut, orang-orang memuji kemampuannya untuk memandang ke luar cakrawala dan bergulat dengan tantangan strategis yang dihadapi negaranya dan kawasan.
Para editor memuji perannya dalam menempatkan Indonesia di jantung ASEAN, blok regional beranggotakan 10 negara, dalam beberapa waktu terakhir.
Para pemimpin negara-negara anggota ASEAN mengadopsi "Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik", yang dirancang oleh Indonesia, pada KTT ASEAN di Bangkok pada bulan Juni dan yang mempertahankan posisi netral kelompok regional di tengah meningkatnya persaingan antara China dan Amerika Serikat atas supremasi di kawasan.
Tetapi para editor menyatakan harapan bahwa "Jokowi tidak memberikan uang dan tidak membuat kompromi dalam upayanya untuk membangun Indonesia yang demokratis, bebas korupsi, terbuka, toleran, dan inklusif".
Warren Fernandez, pemimpin redaksi Singapore Press Holdings' English/Malay/Tamil Media Group dan editor The Straits Times, yang memimpin panel untuk membahas penghargaan tersebut, mengatakan penghargaan itu dimaksudkan untuk menghormati seseorang yang tidak hanya membuat atau membentuk berita, tetapi juga membantu memberikan kontribusi positif bagi Asia dalam prosesnya.
"Presiden Joko Widodo telah melakukan itu dengan sangat baik. Tidak hanya dia telah memenangkan masa jabatan kedua, tetapi dia juga telah membawa Indonesia bersama dan membawanya ke depan. Demikian juga dengan ASEAN. Ada banyak ruang baginya untuk memimpin lebih jauh jika dia mengatur keterampilan politik yang cukup dan niat baik yang ia nikmati bersama orang-orang di seluruh Asia, "katanya.
Jeremy Au Yong, editor asing The Straits Times, mengatakan; "Pada tahun ketika perselisihan menjadi berita utama—Forum Outlook Global Straits Times kami baru-baru ini berfokus pada bagaimana menavigasi dunia dalam konflik—Jokowi menonjol sebagai seseorang yang pemersatu, alih-alih sebegai pemecah belah."
(mas)