Bank Sperma Positif HIV Dibuka di Selandia Baru

Kamis, 28 November 2019 - 06:08 WIB
Bank Sperma Positif HIV Dibuka di Selandia Baru
Bank Sperma Positif HIV Dibuka di Selandia Baru
A A A
WELLINGTON - Bank sperma positif HIV untuk pertama kalinya dibuka di Selandia Baru. Itu bertujuan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang dirasakan oleh pria yang mengidap penyakit HIV-AIDS.

Klinik yang disebut dengan Sperm Positive saat ini memiliki tiga donor pria yang positif mengidap HIV. Meskipun mengidap penyakit tersebut, virus pada darah mereka memiliki kesempatan yang rendah untuk meninfeksi orang lain.

Bank sperma itu merupakan inisiatif Yayasan AIDS Selandia Baru, Positive Women, dan Body Positive. Dalam unggahan di akun Facebook bank sperma, Yayasan AIDS Selandia Baru menyampaikan pesan: “Mereka memberikan kamu mata mereka, rambut mereka, tawa lucu mereka. Mereka tidak memberikan HIV kepada kamu.”

Salah satu donor bank sperma adalah Damien Rule-Neal, 45, yang dinyatakan mengidap HIV sejak 20 tahun. “Saya ingin orang mengetahui bahwa kehidupan tidak berhenti setelah didiagnosis HIV. Semuanya aman memiliki anak jika kamu menjalani perawatan,” ujar Rule-Neal kepada New Zealand Herald. Virus HIV dinyatakan tidak terdeteksi setelah dia menjalani perawatan.

Menurut Rodrigo Olin dari Yayasan AIDS Selandia BAru, orang pengidap HIV kerap mengalami ketakutan ketika menceritakan kepada orang. “Stigma seperti itu membuat mereka menutup status HIV mereka,” katanya. Dulu, mereka pun tidak bisa mendonasikan sperma dan memberikan kehidupan, menurut Olin, kini mereka bisa melakukannya.

Situs internet Sperm Positive menyerukan kesadaran layanan kesuburan agar bisa hidup berdampingan dan memberikan kesempatan kepada penderita HIV. Dalam kajian yang dilaksanakan di Selandia Baru pada 2018, Sperm Positive mengungkapkan banyak warga yang tidak mendapatkan edukasi baik mengenai risiko transmisi HIV.

Dalam pandangan profesor Universitas Auckland, Mark Thomas, sperma dari pria yang positif HIV dan disimpan di bank cukup aman. “Orang yang konsisten menjalani perawatan, maka virus HIV di darah mereka dan aliran seksual akan berkurang dengan jumlah yang tak terdeteksi,” imbuh Thomas yang telah bekerja meneliti penyakit HIV selama lebih dari 30 tahun.

Thomas mengungkapkan, dirinya sangat senang ketika publik bisa memahami tentang penderita HIV dan mengurangi stigma buruk tentang mereka. Namun, dia mengungkapkan, pria positif HIV dengan jumlah virus tak terdeteksi tidak boleh berhubungan badan tanpa alat pengaman. “Stigma bisa menyebabkan ketidakkonsisten pengobatan dan hasilnya perawatan HIV menjadi tidak efektif,” ungkap Thomas.
(Andika H Mustaqim)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7105 seconds (0.1#10.140)