Rusia-China Siapkan Rencana Aksi Selesaikan Krisis Semenanjung Korea
A
A
A
MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Morgulov mengatakan, Rusia dan China akan mengajukan rencana aksi baru untuk menyelesaikan ketegangan di Semenanjung Korea. Rencana aksi ini, ungkap Margulov, akan mencakup semua bidang, mulai dari politik hingga ekonomi.
"Kami baru-baru ini telah sepakat dengan kolega kami di China mengenai versi terbaru dari rencana tersebut. Versi terbaru dari rencana ini akan didistribusikan di antara semua mitra. Ini adalah rancangan rencana, bukan dokumen bersama," kata Morgulov.
Dia menuturkan, Rusia dan China telah mempresentasikan rencana aksi mereka di masa lalu, yang terdiri dari ketentuan ekonomi, politik, militer dan kemanusiaan yang bertujuan untuk menstabilkan situasi di kawasan itu.
"Kami mempresentasikan rencana ini dan menerima umpan balik dari setiap mitra, dan berdasarkan itu, kami mengembangkan versi yang diperbarui, yang mencerminkan respons yang diberikan kepada kami," ungkapnya, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (20/11/2019).
Morgulov menambahkan, bahwa rancangan rencana itu juga akan disampaikan kepada Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut), Cohoe Son Hui, yang saat ini sedang melakukan kunjungan ke Moskow.
Sementara itu, sebelumnya Korut menyebut Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump bicara terlalu banyak mengenai pembicaraan denuklirisasi, yang selalu diklaim sebagai keberhasilan Washington. Pyongyang juga kembali mengatakan, mereka berharap mendapatkan kompensasi klaim tersebut.
"Kami tidak ada yang mendesak dan tidak berniat untuk duduk di atas meja dengan AS yang rumit. Kami mengharapkan kompensasi untuk setiap pencapaian administratif yang Presiden AS bicarakan terlalu banyak selama lebih dari setahun terakhir," kata pejabat Korut, Kim Yong Chol.
"Kami baru-baru ini telah sepakat dengan kolega kami di China mengenai versi terbaru dari rencana tersebut. Versi terbaru dari rencana ini akan didistribusikan di antara semua mitra. Ini adalah rancangan rencana, bukan dokumen bersama," kata Morgulov.
Dia menuturkan, Rusia dan China telah mempresentasikan rencana aksi mereka di masa lalu, yang terdiri dari ketentuan ekonomi, politik, militer dan kemanusiaan yang bertujuan untuk menstabilkan situasi di kawasan itu.
"Kami mempresentasikan rencana ini dan menerima umpan balik dari setiap mitra, dan berdasarkan itu, kami mengembangkan versi yang diperbarui, yang mencerminkan respons yang diberikan kepada kami," ungkapnya, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (20/11/2019).
Morgulov menambahkan, bahwa rancangan rencana itu juga akan disampaikan kepada Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut), Cohoe Son Hui, yang saat ini sedang melakukan kunjungan ke Moskow.
Sementara itu, sebelumnya Korut menyebut Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump bicara terlalu banyak mengenai pembicaraan denuklirisasi, yang selalu diklaim sebagai keberhasilan Washington. Pyongyang juga kembali mengatakan, mereka berharap mendapatkan kompensasi klaim tersebut.
"Kami tidak ada yang mendesak dan tidak berniat untuk duduk di atas meja dengan AS yang rumit. Kami mengharapkan kompensasi untuk setiap pencapaian administratif yang Presiden AS bicarakan terlalu banyak selama lebih dari setahun terakhir," kata pejabat Korut, Kim Yong Chol.
(esn)