Trump Puji Erdogan di Gedung Putih: Teman yang Sangat Baik
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Gedung Putih, Rabu waktu Washington. Meski kedua negara sedang bersitegang, pemimpin Amerika itu memuji Erdogan dengan menyebutnya sebagai "teman yang sangat baik".
Kedua pemimpin ini bertemu di tengah ketegangan kedua negara terkait sejumlah masalah seperti pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Ankara, didepaknya Turki dari program jet tempur siluman F-35 oleh Washington dan invasi militer Ankara terhadap pasukan Kurdi di Suriah timur laut.
Kunjungan pemimpin Turki yang berisiko tinggi ini berlangsung pada hari pertama audiensi publik di Capitol Hill tentang penyelidikan pemakzulan Presiden Trump. Kedua pemimpin bertemu di Oval Office untuk pertemuan bilateral sebelum melakukan konferensi pers bersama seperti yang telah dijadwalkan.
"Saya ingin berterima kasih kepada presiden (Erdogan) untuk pekerjaan yang telah mereka lakukan, sekali lagi, ini telah ribuan tahun dalam proses antarperbatasan, antara negara-negara ini dan negara-negara lain yang kami libatkan dengan jarak 7.000 mil," kata Trump, seperti dikutip CBS News, Kamis (14/11/2019).
Trump menambahkan bahwa dia dan Erdogan telah menjadi "teman yang sangat baik", sejak hari pertama dirinya berkuasa.
Trump mencatat bahwa dia dan Erdogan akan membahas masalah sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang dibeli Turki, bersama dengan masalah program jet tempur F-35.
AS telah mendepak sekutu NATO-nya itu dari program jet tempur F-35 selama musim panas lalu karena Ankar nekat membeli S-400 Moskow. Senjata pertahanan canggih Rusia itu diangap menjadi ancaman bagi pesawat jet tempur siluman F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem pertahanan NATO. Turki juga telah diancam akan dijatuhi sanksi AS atas pembelian sistem senjata pertahanan Rusia.
Kunjungan Erdogan terjadi beberapa minggu setelah Turki melancarkan serangan terhadap pasukan Kurdi—sekutu AS dalam perang melawan ISIS di Suriah. Beberapa kelompok hak asasi manusia mengkritik kunjungan pemimpin Turki itu. Beberapa anggota Komite Urusan Luar Negeri Parlemen, termasuk dari Partai Republik, telah meminta Presiden Trump untuk membatalkan undangan untuk Erdogan.
"Keputusan Presiden Erdogan menginvasi Suriah timur laut pada 9 Oktober telah membawa konsekuensi yang merusak bagi keamanan nasional AS, telah menyebabkan perpecahan yang mendalam dalam aliansi NATO, dan menyebabkan krisis kemanusiaan di lapangan," kata Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen AS, Eliot Engel, dalam sebuah surat kepada Trump pekan lalu.
"Pasukan Turki telah membunuh warga sipil dan anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF), mitra penting AS dalam perang melawan ISIS, dan menggusur lebih dari 100.000 orang dari rumah mereka di Suriah utara," lanjut dia.
Turki melancarkan serangannya setelah Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah. Beberapa hari kemudian, Trump mengatakan Turki telah menelepon untuk mengatakan akan ada gencatan senjata permanen dengan Kurdi, dan dia mengumumkan AS mencabut sanksi terhadap Turki.
Trump kemudian menawarkan kata-kata hangat untuk Erdogan, dengan memanggilnya "teman saya".
Pada hari Selasa, Presiden Trump mengatakan kepada para hadirin di Economic Club of New York bahwa dia akan berbicara dengan siapa pun, termasuk para diktator. "Siapa saja yang ingin masuk, diktator, tidak apa-apa. Ayo masuk," katanya.
Kedua pemimpin ini bertemu di tengah ketegangan kedua negara terkait sejumlah masalah seperti pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Ankara, didepaknya Turki dari program jet tempur siluman F-35 oleh Washington dan invasi militer Ankara terhadap pasukan Kurdi di Suriah timur laut.
Kunjungan pemimpin Turki yang berisiko tinggi ini berlangsung pada hari pertama audiensi publik di Capitol Hill tentang penyelidikan pemakzulan Presiden Trump. Kedua pemimpin bertemu di Oval Office untuk pertemuan bilateral sebelum melakukan konferensi pers bersama seperti yang telah dijadwalkan.
"Saya ingin berterima kasih kepada presiden (Erdogan) untuk pekerjaan yang telah mereka lakukan, sekali lagi, ini telah ribuan tahun dalam proses antarperbatasan, antara negara-negara ini dan negara-negara lain yang kami libatkan dengan jarak 7.000 mil," kata Trump, seperti dikutip CBS News, Kamis (14/11/2019).
Trump menambahkan bahwa dia dan Erdogan telah menjadi "teman yang sangat baik", sejak hari pertama dirinya berkuasa.
Trump mencatat bahwa dia dan Erdogan akan membahas masalah sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang dibeli Turki, bersama dengan masalah program jet tempur F-35.
AS telah mendepak sekutu NATO-nya itu dari program jet tempur F-35 selama musim panas lalu karena Ankar nekat membeli S-400 Moskow. Senjata pertahanan canggih Rusia itu diangap menjadi ancaman bagi pesawat jet tempur siluman F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem pertahanan NATO. Turki juga telah diancam akan dijatuhi sanksi AS atas pembelian sistem senjata pertahanan Rusia.
Kunjungan Erdogan terjadi beberapa minggu setelah Turki melancarkan serangan terhadap pasukan Kurdi—sekutu AS dalam perang melawan ISIS di Suriah. Beberapa kelompok hak asasi manusia mengkritik kunjungan pemimpin Turki itu. Beberapa anggota Komite Urusan Luar Negeri Parlemen, termasuk dari Partai Republik, telah meminta Presiden Trump untuk membatalkan undangan untuk Erdogan.
"Keputusan Presiden Erdogan menginvasi Suriah timur laut pada 9 Oktober telah membawa konsekuensi yang merusak bagi keamanan nasional AS, telah menyebabkan perpecahan yang mendalam dalam aliansi NATO, dan menyebabkan krisis kemanusiaan di lapangan," kata Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen AS, Eliot Engel, dalam sebuah surat kepada Trump pekan lalu.
"Pasukan Turki telah membunuh warga sipil dan anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF), mitra penting AS dalam perang melawan ISIS, dan menggusur lebih dari 100.000 orang dari rumah mereka di Suriah utara," lanjut dia.
Turki melancarkan serangannya setelah Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah. Beberapa hari kemudian, Trump mengatakan Turki telah menelepon untuk mengatakan akan ada gencatan senjata permanen dengan Kurdi, dan dia mengumumkan AS mencabut sanksi terhadap Turki.
Trump kemudian menawarkan kata-kata hangat untuk Erdogan, dengan memanggilnya "teman saya".
Pada hari Selasa, Presiden Trump mengatakan kepada para hadirin di Economic Club of New York bahwa dia akan berbicara dengan siapa pun, termasuk para diktator. "Siapa saja yang ingin masuk, diktator, tidak apa-apa. Ayo masuk," katanya.
(mas)