Demonstran Bolivia Rebut Kantor Berita Pemerintah
A
A
A
LA PAZ - Demonstran di Bolivia menyerbu dua kantor berita yang dikelola pemerintah dan memaksa mereka menghentikan siaran. Ini adalah aksi terbaru dari sebuah gerakan yang memprotes dugaan penipuan penghitungan suara dalam pemilu bulan lalu yang memberi Evo Morales masa jabatan presiden keempat berturut-turut.
Demonstran masuk ke kantor berita Bolivia TV dan radio Patria Nueva. Mereka memaksa karyawannya untuk pergi, menuduh mereka bekerja untuk kepentingan Presiden Evo Morales.
"Kami diusir secara paksa setelah menerima ancaman terus menerus dari orang-orang yang berkumpul di luar," ujar direktur kedua media tersebut, Ivan Maldonado, seperti disitir dari AFP, Minggu (10/11/2019).
Sekitar 40 karyawan terlihat meniggalkan gedung, berjalan beriringan ketika kerumunan sekitar 300 demonstran meneriaki kata-kata penghinaan kepada mereka. Setelah itu, kedua media tersebut hanya menyiarkan musik.
Morales pun mengecam tindakan tersebut.
"Mereka mengatakan mereka membela demokrasi, tetapi mereka berperilaku seolah-olah mereka berada dalam kediktatoran," tweet Morales.
Morales juga mengatakan bahwa sebuah stasiun radio yang dijalankan oleh serikat petani juga disita oleh pengunjuk rasa.
Ia juga mengatakan bahwa demonstran oposisi telah membakar rumah saudara perempuannya di kota Oruro selatan sebagai bagian dari apa yang ia sebut sebagai upaya untuk menggulingkannya.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan rumah kakak perempuan Morales, Esther, sebagian terbakar. Rumah-rumah gubernur regional dan gubernur provinsi Chuquisaca juga dibakar.
Sebelumnya, Morales menyerukan dialog mendesak dan terbuka dengan partai-partai oposisi yang memegang kursi di Majelis Nasional. Namun ia dengan tegas mengecualikan komite sipil regional yang begitu kuat menentangnya.
Seorang pemimpin oposisi yang juga mantan presiden, Carlos Mesa, segera menolak sikap Morales. "Kami tidak punya apa-apa untuk dinegosiasikan dengan Evo Morales dan pemerintahannya," ujar Mesa.
Demonstran masuk ke kantor berita Bolivia TV dan radio Patria Nueva. Mereka memaksa karyawannya untuk pergi, menuduh mereka bekerja untuk kepentingan Presiden Evo Morales.
"Kami diusir secara paksa setelah menerima ancaman terus menerus dari orang-orang yang berkumpul di luar," ujar direktur kedua media tersebut, Ivan Maldonado, seperti disitir dari AFP, Minggu (10/11/2019).
Sekitar 40 karyawan terlihat meniggalkan gedung, berjalan beriringan ketika kerumunan sekitar 300 demonstran meneriaki kata-kata penghinaan kepada mereka. Setelah itu, kedua media tersebut hanya menyiarkan musik.
Morales pun mengecam tindakan tersebut.
"Mereka mengatakan mereka membela demokrasi, tetapi mereka berperilaku seolah-olah mereka berada dalam kediktatoran," tweet Morales.
Morales juga mengatakan bahwa sebuah stasiun radio yang dijalankan oleh serikat petani juga disita oleh pengunjuk rasa.
Ia juga mengatakan bahwa demonstran oposisi telah membakar rumah saudara perempuannya di kota Oruro selatan sebagai bagian dari apa yang ia sebut sebagai upaya untuk menggulingkannya.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan rumah kakak perempuan Morales, Esther, sebagian terbakar. Rumah-rumah gubernur regional dan gubernur provinsi Chuquisaca juga dibakar.
Sebelumnya, Morales menyerukan dialog mendesak dan terbuka dengan partai-partai oposisi yang memegang kursi di Majelis Nasional. Namun ia dengan tegas mengecualikan komite sipil regional yang begitu kuat menentangnya.
Seorang pemimpin oposisi yang juga mantan presiden, Carlos Mesa, segera menolak sikap Morales. "Kami tidak punya apa-apa untuk dinegosiasikan dengan Evo Morales dan pemerintahannya," ujar Mesa.
(ian)