Pegawai Bank Lebanon Terancam, Hariri Ingin Pemerintahan Netral
A
A
A
BEIRUT - Para pegawai perbankan Lebanon menghadapi kemarahan nasabah karena pembatasan akses dana nasabah. Serikat pekerja bank menyatakan, kondisi ini mencerminkan tekanan yang meningkat pada ekonomi akibat krisis terburuk sejak perang sipil 1975-1990.
Dengan Lebanon yang lumpuh akibat kekacauan politik dan ekonomi, para politisi belum dapat membuat kemajuan untuk menyepakati pemerintahan baru menggantikan pemerintahan yang sudah digulingkan oleh gelombang unjuk rasa menentang elit sektarian.
Saad al-Hariri yang mundur dari jabatan perdana menteri (PM) pekan lalu, ingin pemerintahan baru harus tanpa partai politik karena jika tidak maka sulit mendapat jaminan bantuan Barat.
Politisi Samir Geagea memperingatkan terjadinya kerusuhan besar jika suplai kebutuhan pokok habis dan situasi keuangan Lebanon sangat sulit.
Perbankan memblokir sebagian besar transfer ke luar negeri dan membatasi penarikan mata uang tunai. Tindakan perbankan itu memicu nasabah melakukan ancaman pada para pegawai bank.
"Para nasabah dengan senjata telah masuk bank dan penjaga keamanan takut bicara pada mereka karena saat orang dalam kondisi seperti ini Anda tidak tahu bagaimana orang akan bereaksi," kata George al Hajj, presiden Federasi Sindikat Pegawai Perbankan.
Para pegawai bank pun mempertimbangkan untuk mogok kerja. "Para nasabah menjadi sangat agresif. Situasi sangat kritis dan teman-teman kami tidak dapat terus bekerja dengan situasi sekarang," papar Hajj.
Serikat pekerja bank itu memiliki sekitar 11.000 orang anggota. Aksi mogok kerja pegawai bank dapat memicu penutupan kembali perbankan.
Dengan Lebanon yang lumpuh akibat kekacauan politik dan ekonomi, para politisi belum dapat membuat kemajuan untuk menyepakati pemerintahan baru menggantikan pemerintahan yang sudah digulingkan oleh gelombang unjuk rasa menentang elit sektarian.
Saad al-Hariri yang mundur dari jabatan perdana menteri (PM) pekan lalu, ingin pemerintahan baru harus tanpa partai politik karena jika tidak maka sulit mendapat jaminan bantuan Barat.
Politisi Samir Geagea memperingatkan terjadinya kerusuhan besar jika suplai kebutuhan pokok habis dan situasi keuangan Lebanon sangat sulit.
Perbankan memblokir sebagian besar transfer ke luar negeri dan membatasi penarikan mata uang tunai. Tindakan perbankan itu memicu nasabah melakukan ancaman pada para pegawai bank.
"Para nasabah dengan senjata telah masuk bank dan penjaga keamanan takut bicara pada mereka karena saat orang dalam kondisi seperti ini Anda tidak tahu bagaimana orang akan bereaksi," kata George al Hajj, presiden Federasi Sindikat Pegawai Perbankan.
Para pegawai bank pun mempertimbangkan untuk mogok kerja. "Para nasabah menjadi sangat agresif. Situasi sangat kritis dan teman-teman kami tidak dapat terus bekerja dengan situasi sekarang," papar Hajj.
Serikat pekerja bank itu memiliki sekitar 11.000 orang anggota. Aksi mogok kerja pegawai bank dapat memicu penutupan kembali perbankan.
(sfn)