Lagi, Polisi Nigeria Bebaskan Ratusan Orang dari 'Rumah Penyiksaan'
A
A
A
LAGOS - Polisi Nigeria telah membebaskan 259 orang dari sebuah pusat rehabilitasi Islam di barat daya Ibadan. Jumlah ini membuat total mereka yang telah diselamatkan dari lembaga 'penyiksaan' sejak September menjadi hampir 1.500 orang.
Gambar dari stasiun TV lokal TVC diambil setelah pembebasan para korban menunjukkan sekelompok laki-laki muda dan remaja laki-laki. Kondisi badan para korban banyak yang kurus. Seorang bayi juga berada di antara para korban.
"Kami makan satu kali sehari," kata Olalekan Ayoola yang dibebaskan sembari menambahkan bahwa makanan yang diberikan untuk makanan anjing seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/11/2019).
Nigeria meluncurkan tindakan keras terhadap sekolah-sekolah Islam informal dan pusat rehabilitasi pada akhir September setelah seorang pria ditolak untuk melihat keponakannya di satu lembaga dan mengeluh kepada polisi. (Baca juga: Ratusan Bocah Dibebaskan dari 'Rumah Siksaan' Berkedok Sekolah di Nigeria )
Banyak tawanan mengatakan mereka dilecehkan secara fisik dan seksual serta dirantai untuk mencegah mereka melarikan diri. (Baca juga: Polisi Nigeria Kembali Bebaskan Puluhan Siswa dari 'Rumah Penyiksaan' )
Situs-situs lain yang digerebek dalam operasi-operasi besar kepolisian sebagian besar di utara negara itu yang mayoritas Muslim. Namun Ibadan berada di negara bagian barat daya Oyo, yang sebagian besar beragama Kristen.
Juru bicara kepolisian negara bagian Oyo, Fadeyi Olugbenga mengatakan fasilitas itu digerebek pada hari Senin sekitar pukul 14:00 waktu setempat.
“Kemarin, 259 orang dibebaskan. Kami memiliki wanita, pria dan remaja,” kata Olugbenga, menambahkan beberapa orang dikunci di dalam gedung dan beberapa dirantai.
Olugbenga mengatakan sembilan orang, termasuk pemilik pusat rehabilitasi itu, telah ditangkap dan sedang diselidiki.
Sementara itu Komisioner Polisi Oyo, Shina Olukolu, mengatakan siapa pun yang bersalah akan dituntut sebagai peringatan bagi pihak lain yang mungkin ingin mengoperasikan rumah-rumah yang berfungsi sebagai pusat penahanan ilegal.
Juru bicara untuk Presiden Muhammadu Buhari, yang memerintahkan penumpasan, dan wakil presiden menolak berkomentar.
Kantor presiden mengeluarkan pernyataan pada bulan Oktober yang mengatakan: "Tidak ada pemerintah demokratis yang bertanggung jawab akan mentolerir keberadaan ruang penyiksaan dan pelanggaran fisik terhadap para tahanan atas nama rehabilitasi para korban."
Sekolah-sekolah Islam, yang dikenal sebagai Almajiris, sangat umum di utara negara Afrika Barat. Sekolah-sekolah semacam itu telah dirundung oleh tuduhan pelecehan dan tuduhan bahwa beberapa anak terpaksa mengemis di jalanan.
Fasilitas lain yang di razia, beberapa orang tua berpikir anak-anak mereka ada di sana untuk dididik dan bahkan membayar biaya sekolah. Yang lain mengirim kerabat yang nakal ke lembaga-lembaga Islam untuk menanamkan disiplin.
Muftau Adamu mengatakan kepada stasiun televisi TVC bahwa orang tuanya datang untuk menjemputnya dari pusat di Ibadan tetapi diberitahu bahwa mereka harus membayar USD3,270 terlebih dahulu - dan tidak pernah kembali.
Gambar dari stasiun TV lokal TVC diambil setelah pembebasan para korban menunjukkan sekelompok laki-laki muda dan remaja laki-laki. Kondisi badan para korban banyak yang kurus. Seorang bayi juga berada di antara para korban.
"Kami makan satu kali sehari," kata Olalekan Ayoola yang dibebaskan sembari menambahkan bahwa makanan yang diberikan untuk makanan anjing seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/11/2019).
Nigeria meluncurkan tindakan keras terhadap sekolah-sekolah Islam informal dan pusat rehabilitasi pada akhir September setelah seorang pria ditolak untuk melihat keponakannya di satu lembaga dan mengeluh kepada polisi. (Baca juga: Ratusan Bocah Dibebaskan dari 'Rumah Siksaan' Berkedok Sekolah di Nigeria )
Banyak tawanan mengatakan mereka dilecehkan secara fisik dan seksual serta dirantai untuk mencegah mereka melarikan diri. (Baca juga: Polisi Nigeria Kembali Bebaskan Puluhan Siswa dari 'Rumah Penyiksaan' )
Situs-situs lain yang digerebek dalam operasi-operasi besar kepolisian sebagian besar di utara negara itu yang mayoritas Muslim. Namun Ibadan berada di negara bagian barat daya Oyo, yang sebagian besar beragama Kristen.
Juru bicara kepolisian negara bagian Oyo, Fadeyi Olugbenga mengatakan fasilitas itu digerebek pada hari Senin sekitar pukul 14:00 waktu setempat.
“Kemarin, 259 orang dibebaskan. Kami memiliki wanita, pria dan remaja,” kata Olugbenga, menambahkan beberapa orang dikunci di dalam gedung dan beberapa dirantai.
Olugbenga mengatakan sembilan orang, termasuk pemilik pusat rehabilitasi itu, telah ditangkap dan sedang diselidiki.
Sementara itu Komisioner Polisi Oyo, Shina Olukolu, mengatakan siapa pun yang bersalah akan dituntut sebagai peringatan bagi pihak lain yang mungkin ingin mengoperasikan rumah-rumah yang berfungsi sebagai pusat penahanan ilegal.
Juru bicara untuk Presiden Muhammadu Buhari, yang memerintahkan penumpasan, dan wakil presiden menolak berkomentar.
Kantor presiden mengeluarkan pernyataan pada bulan Oktober yang mengatakan: "Tidak ada pemerintah demokratis yang bertanggung jawab akan mentolerir keberadaan ruang penyiksaan dan pelanggaran fisik terhadap para tahanan atas nama rehabilitasi para korban."
Sekolah-sekolah Islam, yang dikenal sebagai Almajiris, sangat umum di utara negara Afrika Barat. Sekolah-sekolah semacam itu telah dirundung oleh tuduhan pelecehan dan tuduhan bahwa beberapa anak terpaksa mengemis di jalanan.
Fasilitas lain yang di razia, beberapa orang tua berpikir anak-anak mereka ada di sana untuk dididik dan bahkan membayar biaya sekolah. Yang lain mengirim kerabat yang nakal ke lembaga-lembaga Islam untuk menanamkan disiplin.
Muftau Adamu mengatakan kepada stasiun televisi TVC bahwa orang tuanya datang untuk menjemputnya dari pusat di Ibadan tetapi diberitahu bahwa mereka harus membayar USD3,270 terlebih dahulu - dan tidak pernah kembali.
(ian)