Israel Sebut Turki dan Iran Ancaman bagi Kawasan
A
A
A
TEL AVIV - Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz menuturkan, Turki dan Iran menimbulkan risiko bagi stabilitas dan keamanan Timur Tengah. Hal itu disampaikan Katz pasca melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias.
Dalam konferensi pers bersama, Katz mengatakan, dia dan Dendias telah berbicara tentang bahaya yang ditimbulkan Ankara dan Teheran terhadap wilayah tersebut.
Katz mengatakan, dia dan Dendias membahas program nuklir Iran dan dugaan dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, serta kampanye militer Turki melawan Kurdi di dekat perbatasannya dengan Suriah, bersama dengan pelanggaran wilayah udara dan laut.
"Kami juga telah sepakat untuk memperkuat kerja sama mereka di semua bidang, termasuk sektor pertahanan, investasi, dan energi," kata Katz dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (1/11/2019).
Hubungan antara Turki dan Israel telah mengalami pasang surut sepanjang sejarah. Hubungan kedua memburuk secara signifikan setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki pada tahun 2003. Erdogan mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, sebuah rencana yang ditentang banyak politisi di Yerusalem.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sendiri telah sering terlibat dalam perang kata-kata sejak keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Sementara itu, hubungan Tel Aviv dengan Teheran jauh lebih kompleks. Kedua negara memiliki masa hubungan persahabatan ketika Shah Mohammad Reza Pelavi berkuasa sebagai hasil dari kudeta 1952 yang diatur oleh AS.
Setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, para pemimpin Teheran memutuskan semua hubungan dengan Israel dan menyatakan bahwa mereka tidak mengakui legitimasinya. Dalam beberapa dekade terakhir, ketegangan antara kedua negara telah meningkat dengan tajam.
Dalam konferensi pers bersama, Katz mengatakan, dia dan Dendias telah berbicara tentang bahaya yang ditimbulkan Ankara dan Teheran terhadap wilayah tersebut.
Katz mengatakan, dia dan Dendias membahas program nuklir Iran dan dugaan dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, serta kampanye militer Turki melawan Kurdi di dekat perbatasannya dengan Suriah, bersama dengan pelanggaran wilayah udara dan laut.
"Kami juga telah sepakat untuk memperkuat kerja sama mereka di semua bidang, termasuk sektor pertahanan, investasi, dan energi," kata Katz dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (1/11/2019).
Hubungan antara Turki dan Israel telah mengalami pasang surut sepanjang sejarah. Hubungan kedua memburuk secara signifikan setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki pada tahun 2003. Erdogan mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, sebuah rencana yang ditentang banyak politisi di Yerusalem.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sendiri telah sering terlibat dalam perang kata-kata sejak keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Sementara itu, hubungan Tel Aviv dengan Teheran jauh lebih kompleks. Kedua negara memiliki masa hubungan persahabatan ketika Shah Mohammad Reza Pelavi berkuasa sebagai hasil dari kudeta 1952 yang diatur oleh AS.
Setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, para pemimpin Teheran memutuskan semua hubungan dengan Israel dan menyatakan bahwa mereka tidak mengakui legitimasinya. Dalam beberapa dekade terakhir, ketegangan antara kedua negara telah meningkat dengan tajam.
(esn)