Al-Baghdadi Tewas, Ini Misi Baru AS di Suriah

Selasa, 29 Oktober 2019 - 23:26 WIB
Al-Baghdadi Tewas, Ini Misi Baru AS di Suriah
Al-Baghdadi Tewas, Ini Misi Baru AS di Suriah
A A A
WASHINGTON - Pemimpin kelompok ekstrimis ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dipastikan tewas dalam sebuah penyerbuan mematikan yang dilakukan oleh pasukan khusus Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, hal itu tidak lantas menamatkan misi AS di Suriah.

Pentagon meningkatkan upaya AS untuk melindungi ladang minyak Suriah dari kelompok ekstrimis serta dari Suriah sendiri dan sekutunya Rusia. Ini adalah misi baru yang dipertaruhkan, bahkan ketika pasukan AS ditarik dari bagian lain negara itu.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan misi militer di ladang minyak juga akan memastikan pemasukan bagi Kurdi Suriah yang diperhitungkan oleh Washington untuk terus menjaga tahanan ISIS dan membantu memerangi sisa-sisa kelompok ekstrimis itu, bahkan ketika Presiden Donald Trump terus mendesak semua pasukan AS untuk pulang.

"Amerika Serikat akan mempertahankan kendali ladang minyak di timur laut Suriah," kata Esper, seperti dikutip dari AP, Selasa (29/10/2019).

Ia menambahkan bahwa pada puncak pemerintahan al-Baghdadi ladang minyak tersebut memberikan sebagian besar kelompoknya.

Esper menekankan bahwa tujuan mengamankan wilayah minyak Suriah adalah untuk menghentikan pemasukan pendapatan bagi ISIS. Namun, seorang wartawan bertanya apakah misi itu termasuk mencegah pasukan pemerintah Rusia dan Suriah memasuki wilayah itu.

"Jawaban singkatnya adalah ya, saat ini benar," ujar Esper.

"Karena dalam hal ini kami ingin memastikan milisi yang dipimpin oleh Kurdi Suriah yang dikenal sebagai Pasukan Demokrat Suriah memang memiliki akses ke sumber daya untuk menjaga penjara dan mempersenjatai pasukan mereka, untuk membantu kami dengan misi kekalahan ISIS," tuturnya.

Esper mengatakan bahwa ia tidak melihat tanda-tanda pasukan Suriah atau Rusia menantang kontrol AS atas ladang minyak tersebut.

Namun, seorang pejabat AS mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, para pejabat AS mendeteksi apa yang mereka anggap sebagai kumpulan besar pasukan Suriah dan Rusia di sisi barat Sungai Eufrat dekat Deir el-Zor. Para pejabat Rusia dihubungi melalui telepon, dan AS diberi jaminan bahwa pasukan yang dipentaskan tidak akan bergerak ke timur, kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah sensitif.

“Kami saat ini sangat prihatin dengan perkembangan tertentu di selatan, di daerah Deir el-Zour. Saya sudah bicara dengan rekan Rusia saya tentang itu dan kami memiliki kontak lain dengan Rusia mengenai situasi itu. Kami pikir sekarang sudah terkendali,” ujar utusan khusus administrasi Trump untuk Suriah, Jim Jeffrey, yang tampaknya merujuk pada situasi tersebut.

Setelah mengusir militan ISIS dari Suriah tenggara pada 2018, Kurdi menguasai ladang minyak yang menguntungkan di selatan provinsi Deir el-Zour.

Pengaturan diam-diam telah terjadi antara Kurdi dan pemerintah Suriah, dimana Damaskus membeli surplus melalui perantara dalam operasi penyelundupan yang menguntungkan yang terus berlanjut meskipun ada perbedaan politik. Pemerintahan yang dipimpin Kurdi menjual minyak mentah ke pabrik penyulingan swasta, yang menggunakan kilang primitif buatan rumahan untuk memproses bahan bakar serta diesel dan menjualnya kembali ke pemerintah yang dipimpin Kurdi.

Minyak itu selalu cenderung menjadi chip tawar-menawar oleh Kurdi untuk menegosiasikan kesepakatan dengan pemerintah Suriah, yang gagal mencoba mencapai ladang minyak untuk merebut kembali mereka dari ISIS. Dengan Presiden AS Donald Trump mengatakan ia berencana untuk mengirimkan pasukan penjaga untuk mengamankan ladang minyak itu, tampaknya minyak akan terus digunakan untuk mempengaruhi Moskow dan Damaskus.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5971 seconds (0.1#10.140)