Perdana Menteri Korsel Bertemu Shinzo Abe Pekan Depan
A
A
A
SEOUL - Perdana Menteri (PM) Korea Selatan (Korsel) Lee Nak-yon akan bertemu PM Jepang Shinzo Abe pada Kamis (24/10) depan. Pertemuan itu akan menjadi perundingan tingkat tertinggi pertama antara dua negara sejak Tokyo menerapkan pembatasan ekspor yang memperburuk konflik perdagangan dan diplomatik kedua pihak.
Lee dijadwalkan mengunjungi Tokyo pada 22-24 Oktober untuk menghadiri upacara penobatan Kaisar Jepang Naruhito mewakili Presiden Korsel Moon Jae-in. "Kedua pihak mencoba mempersiapkan pertemuan antara Lee dan Abe pada 24 Oktober setelah perjamuan yang digelar Abe sehari sebelumnya," papar pernyataan kantor Lee, dilansir Reuters.
Hubungan antara dua negara berada di level terendah sejak mereka menormalkan hubungan pada 1965, setelah Mahkamah Agung (MA) Korsel tahun lalu memerintahkan dua perusahaan Jepang memberi kompensasi pada beberapa pekerja di era perang. Ketegangan meningkat antara kedua negara setelah keputusan MA.
Lee menjelaskan saat wawancara dengan surat kabar Jepang, Asahi, yang dirilis Jumat (18/10) bahwa dia mungkin mengirim surat dari Moon yang mengungkapkan keinginannya bekerja sama menyelesaikan perselisihan dalam isu kerja paksa di masa perang.
Pejabat kantor Moon menyatakan dia dan Lee telah membahas ide itu tapi belum ada keputusan yang dibuat. "Posisi mendasar kita ialah isu politik dan ekonomi harus ditangani terpisah dan kami harap dapat memperkuat hubungan dan menyelesaikan masalah melalui dialog," ujar pejabat Korsel.
Jepang menyatakan isu buruh di masa perang harus diselesaikan sesuai traktat 1965 yang menormalkan hubungan.
Lee dijadwalkan mengunjungi Tokyo pada 22-24 Oktober untuk menghadiri upacara penobatan Kaisar Jepang Naruhito mewakili Presiden Korsel Moon Jae-in. "Kedua pihak mencoba mempersiapkan pertemuan antara Lee dan Abe pada 24 Oktober setelah perjamuan yang digelar Abe sehari sebelumnya," papar pernyataan kantor Lee, dilansir Reuters.
Hubungan antara dua negara berada di level terendah sejak mereka menormalkan hubungan pada 1965, setelah Mahkamah Agung (MA) Korsel tahun lalu memerintahkan dua perusahaan Jepang memberi kompensasi pada beberapa pekerja di era perang. Ketegangan meningkat antara kedua negara setelah keputusan MA.
Lee menjelaskan saat wawancara dengan surat kabar Jepang, Asahi, yang dirilis Jumat (18/10) bahwa dia mungkin mengirim surat dari Moon yang mengungkapkan keinginannya bekerja sama menyelesaikan perselisihan dalam isu kerja paksa di masa perang.
Pejabat kantor Moon menyatakan dia dan Lee telah membahas ide itu tapi belum ada keputusan yang dibuat. "Posisi mendasar kita ialah isu politik dan ekonomi harus ditangani terpisah dan kami harap dapat memperkuat hubungan dan menyelesaikan masalah melalui dialog," ujar pejabat Korsel.
Jepang menyatakan isu buruh di masa perang harus diselesaikan sesuai traktat 1965 yang menormalkan hubungan.
(sfn)