Lavrov Yakin Julian Assange Alami Penyiksaan di Penjara Inggris
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, meyakini kemungkinan pendiri WikiLeaks, Julian Assange, disiksa saat berada dalam penahanan praperadilan di Inggris. Pada 1 Mei, Assange dijatuhi hukuman 50 minggu penjara karena melanggar persyaratan jaminan Inggrisnya.
Saat melakukan wawancara dengan Rossiya-24, Lavrov awalnya dimintai komentar publikasi transkrip rahasia percakapan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan mitranya dari Ukraina Vladimir Zelensky. Di mana, Lavrov menyebut ini adalah pendekatan yang salah.
"Anda dapat melihat bagaimana percakapan satu-lawan-satu diperlakukan di Washington, mereka berusaha untuk membuat dosa-dosa mengerikan lepas dari mereka. Tetapi, dalam kasus ini, banyak pertanyaan muncul mengenai kebebasan akses informasi," katanya, seperti dilansir Tass pada Selasa (15/10/2019).
"Dengan menjadikan prinsip ini kebenaran mutlak, seperti yang dicoba oleh Demokrat di Capitol Hill, mereka juga harus mencabut dakwaan terhadap (mantan kontraktor NSA) Edward Snowden, membebaskan Julian Assange dan berhenti menggunakan siksaan, di mana dia (Assange), dengan pandangan itu, turut (disiksa) saat berada di tahanan Inggris," sambungnya.
Berbicara tentang kontroversi transkrip di AS, Lavrov mencatat pentingnya kontak satu lawan satu dalam diplomasi.
"Bagaimanapun, saya percaya bahwa pertemuan satu-satu adalah ketika Anda dapat melihat seseorang di mata dan memahami betapa siapnya dia untuk tulus. Saya selalu menghormati orang-orang yang mengekspresikan ketulusan mereka tanpa merugikan kepentingan negara mereka, yang wajib dia lindungi. Di satu sisi, ini mungkin terdengar sangat paradoks. Itu kombinasi yang sulit, tapi saya jamin itu berhasil," tukasnya.
Saat melakukan wawancara dengan Rossiya-24, Lavrov awalnya dimintai komentar publikasi transkrip rahasia percakapan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan mitranya dari Ukraina Vladimir Zelensky. Di mana, Lavrov menyebut ini adalah pendekatan yang salah.
"Anda dapat melihat bagaimana percakapan satu-lawan-satu diperlakukan di Washington, mereka berusaha untuk membuat dosa-dosa mengerikan lepas dari mereka. Tetapi, dalam kasus ini, banyak pertanyaan muncul mengenai kebebasan akses informasi," katanya, seperti dilansir Tass pada Selasa (15/10/2019).
"Dengan menjadikan prinsip ini kebenaran mutlak, seperti yang dicoba oleh Demokrat di Capitol Hill, mereka juga harus mencabut dakwaan terhadap (mantan kontraktor NSA) Edward Snowden, membebaskan Julian Assange dan berhenti menggunakan siksaan, di mana dia (Assange), dengan pandangan itu, turut (disiksa) saat berada di tahanan Inggris," sambungnya.
Berbicara tentang kontroversi transkrip di AS, Lavrov mencatat pentingnya kontak satu lawan satu dalam diplomasi.
"Bagaimanapun, saya percaya bahwa pertemuan satu-satu adalah ketika Anda dapat melihat seseorang di mata dan memahami betapa siapnya dia untuk tulus. Saya selalu menghormati orang-orang yang mengekspresikan ketulusan mereka tanpa merugikan kepentingan negara mereka, yang wajib dia lindungi. Di satu sisi, ini mungkin terdengar sangat paradoks. Itu kombinasi yang sulit, tapi saya jamin itu berhasil," tukasnya.
(esn)