Pelaku Pencabulan 200 Anak Tewas Ditikam di Penjara
A
A
A
LONDON - Seorang pria asal Inggris yang dipenjara karena kejahatan seks terhadap anak-anak Malaysia ditemukan tewas ditikam di penjara. Richard Huckle (33) dari Ashford, Kent, adalah seorang predator seks anak-anak dengan korban sebanyak 200.
Huckle diserang pada Minggu di selnya di Penjara Full Sutton, dekat York, dengan apa yang digambarkan sebagai pisau darurat.
Pihak kepolisian kemudian dipanggil dan meluncurkan penyelidikan atas kematiannya, yang mereka anggap mencurigakan seperti dilansir dari BBC, Selasa (15/10/2019).
Full Sutton adalah penjara pria dengan keamanan maksimum. Penjara ini terletak sekitar 11 mil sebelah timur York dan menampung beberapa penjahat paling berbahaya, begitu bunyi keterangan di situs web Kementerian Kehakiman Inggris.
Huckle ditangkap di Bandara Gatwick oleh pejabat National Crime Agency pada Desember 2014, setelah mendapat informasi dari pihak berwenang Australia.
Pada 2016, ia dijatuhi 22 hukuman seumur hidup setelah mengakui 71 dakwaan pelecehan seksual terhadap anak-anak berusia antara enam bulan dan 12 tahun, antara 2006 dan 2014.
Pengadilan Huckle di Old Bailey pada tahun 2016 mendengar bahwa penyelidik yang memeriksa komputernya menemukan lebih dari 20.000 gambar dan video tidak senonoh dari aksinya. Gambar dan video ini kemudian dibagikan kepada para pedofil di seluruh dunia melalui situs web tersembunyi di web gelap.
Huckle, yang bekerja sebagai fotografer lepas, mencoba membuat bisnis dari pelecehannya dengan mendanai foto lepas. Dia menyusun manual pedofil pada saat ditangkap pada tahun 2014. Manual pedofil terenkripsi Huckle ditemukan di laptop-nya yang siap dipublikasikan di web gelap.
Di akhir persidangannya, Hakim Peter Rook mengatakan hukuman Huckle mencerminkan kebencian publik atas kampanye pemerkosaannya.
"Sangat jarang memang bahwa seorang hakim harus menghukum satu orang dengan skala seksual seperti ini," kata Hakim Peter Rook saat itu
Huckle menunjukkan dirinya sebagai seorang Kristen yang taat dan pertama kali mengunjungi Malaysia pada tahun jeda pengajaran ketika dia berusia 18 atau 19 tahun. Dia pergi untuk merawat anak-anak sambil melakukan pekerjaan sukarela.
"Anak-anak miskin jelas jauh lebih mudah dirayu daripada anak-anak Barat kelas menengah," kata Huckle dalam sebuah postingan.
Mengomentari salah satu korbannya, dia membual: "Saya akan mendapatkan jackpot, seorang gadis 3 tahun yang setia kepada saya seperti anjing saya dan tidak ada yang peduli."
Huckle diserang pada Minggu di selnya di Penjara Full Sutton, dekat York, dengan apa yang digambarkan sebagai pisau darurat.
Pihak kepolisian kemudian dipanggil dan meluncurkan penyelidikan atas kematiannya, yang mereka anggap mencurigakan seperti dilansir dari BBC, Selasa (15/10/2019).
Full Sutton adalah penjara pria dengan keamanan maksimum. Penjara ini terletak sekitar 11 mil sebelah timur York dan menampung beberapa penjahat paling berbahaya, begitu bunyi keterangan di situs web Kementerian Kehakiman Inggris.
Huckle ditangkap di Bandara Gatwick oleh pejabat National Crime Agency pada Desember 2014, setelah mendapat informasi dari pihak berwenang Australia.
Pada 2016, ia dijatuhi 22 hukuman seumur hidup setelah mengakui 71 dakwaan pelecehan seksual terhadap anak-anak berusia antara enam bulan dan 12 tahun, antara 2006 dan 2014.
Pengadilan Huckle di Old Bailey pada tahun 2016 mendengar bahwa penyelidik yang memeriksa komputernya menemukan lebih dari 20.000 gambar dan video tidak senonoh dari aksinya. Gambar dan video ini kemudian dibagikan kepada para pedofil di seluruh dunia melalui situs web tersembunyi di web gelap.
Huckle, yang bekerja sebagai fotografer lepas, mencoba membuat bisnis dari pelecehannya dengan mendanai foto lepas. Dia menyusun manual pedofil pada saat ditangkap pada tahun 2014. Manual pedofil terenkripsi Huckle ditemukan di laptop-nya yang siap dipublikasikan di web gelap.
Di akhir persidangannya, Hakim Peter Rook mengatakan hukuman Huckle mencerminkan kebencian publik atas kampanye pemerkosaannya.
"Sangat jarang memang bahwa seorang hakim harus menghukum satu orang dengan skala seksual seperti ini," kata Hakim Peter Rook saat itu
Huckle menunjukkan dirinya sebagai seorang Kristen yang taat dan pertama kali mengunjungi Malaysia pada tahun jeda pengajaran ketika dia berusia 18 atau 19 tahun. Dia pergi untuk merawat anak-anak sambil melakukan pekerjaan sukarela.
"Anak-anak miskin jelas jauh lebih mudah dirayu daripada anak-anak Barat kelas menengah," kata Huckle dalam sebuah postingan.
Mengomentari salah satu korbannya, dia membual: "Saya akan mendapatkan jackpot, seorang gadis 3 tahun yang setia kepada saya seperti anjing saya dan tidak ada yang peduli."
(ian)