Cohen: Soleimani Iran Tahu Dibunuh Mossad Bukan Mustahil

Jum'at, 11 Oktober 2019 - 14:51 WIB
Cohen: Soleimani Iran Tahu Dibunuh Mossad Bukan Mustahil
Cohen: Soleimani Iran Tahu Dibunuh Mossad Bukan Mustahil
A A A
TEL AVIV - Kepala Mossad Yossi Cohen mengatakan potensi pembunuhan anak buahnya terhadap kepala pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Jenderal Qassem Soleimani, bukan hal yang mustahil. Menurutnya, jenderal Teheran tahu jika dirinya jadi target potensial.

Dalam wawancara dengan surat kabar Mishpacha, bos intelijen Israel itu ditanya tentang klaim Soleimani bahwa pesawat Israel pernah menargetkannya dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut selama Perang Lebanon Kedua pada 2006.

"Dengan segala hormat terhadap gertakannya, ia belum tentu melakukan kesalahan namun itu akan menempatkannya pada daftar prestisius target pembunuhan Mossad," kata Cohen.

"Dia tahu betul bahwa pembunuhannya bukan tidak mungkin. Tindakannya diidentifikasi dan dirasakan di mana-mana...tidak ada keraguan infrastruktur yang ia bangun menghadirkan tantangan serius bagi Israel," ujarnya, yang dilansir Times of Israel, Jumat (11/10/2019).

Media Iran juga melaporkan pekan lalu bahwa Teheran menghentikan rencana "Israel-Arab" untuk melenyapkan Soleimani.

Cohen juga berkomentar bahwa Nasrallah juga jadi target potensial Mossad. "(Nasrallah) tahu kita memiliki pilihan untuk melenyapkannya," katanya. Namun, Cohen tidak menjawab ketika ditanya mengapa Israel tidak melakukannya.

Dalam periode meningkatnya ketegangan di Teluk Persia dan antara Israel, AS dan Iran, Cohen mengatakan; "Israel tidak tertarik berkonflik dengan Iran...Israel hanya memiliki satu kepentingan; untuk mencegah setiap opsi Iran mencapai kemampuan nuklir militer. Kami tidak ingin rezim runtuh, kami tidak ingin balas dendam terhadap ilmuwan nuklir atau mengebom pangkalan di Teheran. Pada akhirnya Israel ingin membawa Iran ke meja dan kemudian membuat kesepakatan yang mengunci semua opsi kemampuan nuklir militer."

"Iran saat ini sama sekali bukan ancaman eksistensial, tetapi tantangan keamanan," ujarnya. Kendati demikian, penilaian itu akan berubah jika negara para Mullah tersebut memperoleh senjata nuklir.

Dia mengatakan setiap opsi ada di meja untuk mencegah kemungkinan seperti termasuk serangan militer, namun opsi itu adalah pilihan terakhir.

Lebih lanjut, Cohen mengomentari pembunuhan terhadap pejabat Hamas di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir dalam serangan yang dianggap berasal dari Israel.

"Ada lebih (banyak) dari beberapa pembunuhan," katanya samar-samar. “Tapi musuh telah mengubah taktik. Tidaklah cepat menghubungkan pembunuhan dengan kita, karena alasannya sendiri," paparnya.

"Jika ada satu target yang kami singkirkan tanpa ragu, itu adalah pejabat Hamas di luar negeri. Dari agen lokal hingga mereka yang mengelola akuisisi senjata yang diarahkan terhadap Israel," ujarnya.

Menurutnya, tindakan seperti itu bukan tindakan balas dendam tetapi hanya penghapusan ancaman.

Ada laporan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memandang Cohen sebagai calon pengganti pemimpin politiknya. Cohen, yang mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2020, mengatakan ia belum memutuskan apakah akan memasuki politik atau tidak. "Saya benar-benar melihat diri saya dalam kepemimpinan Israel di masa depan," ujarnya.

Cohen, 57, seorang mantan penasihat keamanan nasional di bawah pemerintah Netanyahu, menjadi kepala Mossad pada 2016. Dia menggantikan pendahulunya, Tamir Pardo. Masa jabatannya telah difokuskan pada memerangi program nuklir Iran dan menumbuhkan hubungan dengan negara-negara Arab.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3800 seconds (0.1#10.140)