Korea Utara Peringatkan AS: Kesabaran Kami Ada Batasnya
A
A
A
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) memperingatkan kesabaran mereka memiliki batas. Pyongyang juga mengancam mundur dari upaya membangun kepercayaan dengan Amerika Serikat (AS).
Korut pun mengkritik Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendesak Pyongyang mengurangi program senjata. Lima negara anggota Dewan Keamanan PBB bertemu pada Selasa (8/10) mendesak Korut mengambil langkah nyata menyerahkan program senjata nuklir dan rudal balistik sepenuhnya, serta dapat diverifikasi.
Desakan PBB itu muncul beberapa hari setelah Korut mengakui menembakkan rudal balistik dari kapal selam. Aksi Korut itu dianggap sebagai tindakan paling provokatif sejak negara itu membuka kembali dialog dengan Amerika Serikat (AS) pada 2018. Korut telah berhenti menguji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korut memperingatkan tentang upaya Pyongyang menahan diri dari uji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua tersebut. "Ada batas pada kesabaran kami dan tak ada aturan bahwa apapun yang telah kami tahan sejauh ini akan berlanjut tanpa batas," ungkap juru bicara Kemlu Korut, dilansir KCNA dan Reuters.
Juru bicara Kemlu Korut juga menganggap Dewan Keamanan PBB tidak adil dalam menangani isu pertahanan diri Pyongyang. "Fakta itu mendorong kami mempertimbangkan lagi langkah-langkah penting yang telah kami ambil untuk membangun kepercayaan dengan AS," papar juru bicara itu.
Dia tidak menjelaskan apa saja langkah-langkah yang dimaksudnya, tapi media Korut mengaitkan itu dengan penghentian tes rudal balistik antarbenua dan tes nuklir, serta pengembalian sisa jasad para tentara AS yang tewas pada Perang Korea 1950-1953. Menurut Korut, berbagai langkah tersebut tidak mendapat balasan tindakan serupa dari AS.
Juru bicara Korut juga menyoroti tes rudal balistik antarbenua Minuteman III oleh Angkatan Udara AS bulan ini. "Tes AS itu jelas dilakukan untuk menekan kami," papar juru bicara Kemlu Korut.
Korut pun mengkritik Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendesak Pyongyang mengurangi program senjata. Lima negara anggota Dewan Keamanan PBB bertemu pada Selasa (8/10) mendesak Korut mengambil langkah nyata menyerahkan program senjata nuklir dan rudal balistik sepenuhnya, serta dapat diverifikasi.
Desakan PBB itu muncul beberapa hari setelah Korut mengakui menembakkan rudal balistik dari kapal selam. Aksi Korut itu dianggap sebagai tindakan paling provokatif sejak negara itu membuka kembali dialog dengan Amerika Serikat (AS) pada 2018. Korut telah berhenti menguji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korut memperingatkan tentang upaya Pyongyang menahan diri dari uji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua tersebut. "Ada batas pada kesabaran kami dan tak ada aturan bahwa apapun yang telah kami tahan sejauh ini akan berlanjut tanpa batas," ungkap juru bicara Kemlu Korut, dilansir KCNA dan Reuters.
Juru bicara Kemlu Korut juga menganggap Dewan Keamanan PBB tidak adil dalam menangani isu pertahanan diri Pyongyang. "Fakta itu mendorong kami mempertimbangkan lagi langkah-langkah penting yang telah kami ambil untuk membangun kepercayaan dengan AS," papar juru bicara itu.
Dia tidak menjelaskan apa saja langkah-langkah yang dimaksudnya, tapi media Korut mengaitkan itu dengan penghentian tes rudal balistik antarbenua dan tes nuklir, serta pengembalian sisa jasad para tentara AS yang tewas pada Perang Korea 1950-1953. Menurut Korut, berbagai langkah tersebut tidak mendapat balasan tindakan serupa dari AS.
Juru bicara Korut juga menyoroti tes rudal balistik antarbenua Minuteman III oleh Angkatan Udara AS bulan ini. "Tes AS itu jelas dilakukan untuk menekan kami," papar juru bicara Kemlu Korut.
(sfn)