Kelompok Bersenjata Palestina Ancam 'Buka Gerbang Neraka' untuk Israel

Senin, 30 September 2019 - 15:13 WIB
Kelompok Bersenjata...
Kelompok Bersenjata Palestina Ancam 'Buka Gerbang Neraka' untuk Israel
A A A
TEPI BARAT - Kelompok bersenjata Palestina, Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) mengancam akan bertindak dengan apa yang mereka sebut "membuka gerbang neraka" untuk Israel jika anggota mereka tewas dalam interogasi pasukan Zionis.

Seorang anggota PFLP ditangkap pasukan Israel atas tuduhan terlibat pengeboman di sekitar sumber mata air di Tepi Barat yang menewaskan remaja Israel bernama Rina Shnerb, 17, pada bulan lalu. Tersangka dilaporkan terluka parah selama menjalani interogasi oleh pasukan Zionis.

"Kami menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab atas nyawa tahanan Palestina Samer Arbid dan kawan-kawannya, dan kami menjamin bahwa dengan membahayakan nyawa mereka, pendudukan itu akan membuka gerbang neraka," kata sayap militer dari PFLP dalam sebuah pernyataan hari Minggu yang dilansir Times of Israel, Senin (30/9/2019).

PFLP juga meminta masyarakat Palestina untuk melakukan kekerasan lebih lanjut."Untuk mendukung para tahanan kita yang gagah berani, tentara kita di garis depan," lanjut pernyataan sayap militer PFLP.

samer Arbid, 44, menjadi tersangka utama dalam penanaman bom rakitan di sekitar sumber mata air bulan lalu. Selain menewaskan Rina Shnerb, ledakan bom itu juga menyebabkan ayah dan saudara lelaki Shnerb terluka parah.

Arbid dirawat di rumah sakit pada hari Sabtu dalam kondisi kritis setelah diinterogasi oleh layana keamanan Shin Bet.

Kementerian Kehakiman Israel meluncurkan penyelidikan terhadap keadaan cedera tersangka pengeboman tersebut. Secara khusus, kementerian itu menyelidiki tingkat penggunaan kekuatan dan taktik yang digunakan oleh para interogator Shin Bet.

Pengacara Arbid menyerukan penyelidikan internasional oleh PBB dan Palang Merah Internasional atas apa yang dialami Arbid.

Asosiasi Hak Sipil di Israel juga mengkritik dugaan penggunaan penyiksaan. "Citra moral Israel tercermin dalam ruang bawah tanah interogasi Shin Bet," kata asosiasi tersebut.

“Instansi penegak hukum tidak diizinkan menyiksa tahanan, apa pun kecurigaan mereka. Penyelidikan yang kejam dan tidak manusiawi secara kategoris dilarang," lanjut asosiasi itu.

Pada Sabtu malam, Shin Bet mengungkapkan bahwa mereka telah menangkap Arbid bersama dengan dua pria Palestina lainnya yang dicurigai melakukan serangan 23 Agustus di sekitar sumber mata air alami di luar pemukiman Dolev, Tepi Barat.

Menurut pihak berwenang Israel, Arbid memiliki sejarah keterlibatan dalam kegiatan penyerangan dengan PFLP. Dia ditangkap awal bulan ini dan kemudian dibebaskan karena kurangnya bukti. Namun, dia ditangkap lagi pada hari Rabu.

Sumber keamanan Israel kepada wartawan mengatakan, Shin Bet diberi izin hukum untuk menggunakan "tindakan luar biasa" dalam interogasinya terhadap Arbid. Langkah-langkah tersebut dapat mencakup pemukulan, memaksa tahanan ke posisi yang tidak nyaman, kurang tidur, membelenggu dan membuat tahanan berada pada suhu ekstrem.

Hal seperti itu biasanya diperbolehkan dalam kasus "bom waktu", di mana ada kekhawatiran bahwa tersangka dapat memberikan informasi kepada pasukan keamanan yang dapat mencegah serangan dalam waktu segera.

Shin Bet mengatakan sel kelompok bersenjata Palestina merencanakan serangan tambahan ketika para tersangka ditangkap, termasuk penembakan dan penculikan. Selama penggerebekan dan penangkapan, pasukan keamanan juga menemukan dan meledakkan alat peledak improvisasi (IED) yang dibuat oleh kelompok PFLP.

Arbid dibawa ke Rumah Sakit Hadassah di Gunung Scopus dalam kondisi kritis setelah ia diduga mengalami masalah terkait jantung selama interogasi Shin Bet.

Pengacaranya mengatakan bahwa dia sehat ketika dia ditangkap. "Samer Arbid disiksa dengan kejam oleh interogator Israel. Dia dipindahkan ke rumah sakit tidak sadarkan diri dan menderita beberapa patah tulang," kata pengacaranya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Addameer Foundation, sebuah organisasi hukum Palestina yang sering mewakili para tersangka terorisme.

Shin Bet hanya mengonfirmasi bahwa Arbid telah dibawa ke rumah sakit.

"Selama interogasinya, pemimpin sel teror yang melakukan serangan IED ... di mana Rina Shnerb terbunuh mengatakan dia merasa tidak enak badan. Sesuai dengan protokol, ia dibawa untuk pemeriksaan medis dan perawatan di rumah sakit. Penyelidikan ke dalam sel sedang berlangsung," kata Shin Bet dalam sebuah pernyataan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0989 seconds (0.1#10.140)