Kandidat Capres Keturunan Asia Janjikan Gaji Rp14 Juta Per Bulan
A
A
A
KESUKSESAN Andrew Yang menjadi salah satu kandidat calon presiden (capres) Partai Demokrat yang memperebutkan nominasi tiket menuju pemilu presiden 2020.
Namanya menjadi perhatian karena dia adalah representasi etnik Asia pada pertarungan paling bergengsi dalam jagat politik tersebut. Yang juga menyebutkan dirinya sebagai “pria Asia yang ahli dalam matematika”. Ide populernya adalah memberikan pendapatan dasar universal sebesar USD1.000 sehingga dia mendapatkan dukungan luas.
Meskipun usulan itu dianggap pesimistis dan cenderung dinilai sebagai humor semata, tapi Yang menganggap kampanye “Dividen Kebebasan” dengan dana USD1.000 per bulan kepada warga AS yang berusia 18 tahun merupakan program masuk akal. Kenapa Yang mengusulkan hal tersebut? Dia memperingatkan tentang kecerdasan buatan dan otomatisasi bisa mengurangi separuh pekerjaan di AS dalam tiga dekade mendatang.
“Make America Think Harder” selalu menegaskan kalau masa depan banyak pekerjaan di AS terancam dengan pertumbuhan kecanggihan teknologi. Dia meyakini pendapatan dasar universal membantu mengurangi penderitaan dan memecahkan permasalahan sosial yang beragam. Rencana ambisinya itu memang baik, tetapi kerap menjadi bahan tertawaan dan candaan di setiap debat. “Saya memang selalu melihat angka,” katanya dilansir BBC.
Dengan mengusung konsep itu, popularitas Yang di internet memang terus naik. Dia pun disebut dengan “Yang Gang”. Banyak meme tentang dirinya juga dianggapnya sebagai raja di antara kandidat capres Demokrat lainnya.
Hal itu menunjukkan dukungan terhadap Yang pada umumnya berasal dari generasi remaja yang sudah peduli dengan politik dan program pemerintahan. Secara jajak pendapat nasional, suara dukungan bagi Yang hanya 3%. Namanya juga dipautkan dengan para senator berpengalaman, seperti Cory Booker dan Amy Klobuchar.
Dia harus berjuang keras meningkatkan popularitasnya. Dalam beberapa kampanyenya, termasuk di Washington DC beberapa waktu lalu, para pendukungnya membawa poster dan berteriak “MATH” yang merupakan kependekan dari “Make America Think Harder”. Pada umumnya para pendukungnya adalah anak muda, warga kulit putih, dan Asia.
“Negara seharusnya mengadopsi proses pembagian dividen. Semua orang di seluruh negara harus mendapatkan satu atau dua ribu dolar. Negara mana itu?” tanya Yang dalam sebuah kampanye. “Alaska!” jawab sebagian besar peserta kampanye. “Bagaimana Alaska bisa mewujudkan pemberian dana tersebut?” tanya Yang kembali. “Minyak!” kata mereka. Sejak 1982, Alaska selalu membagikan dividen bagi semua orang yang tinggal di Alaska. Dana tersebut diperoleh dari dana investasi yang didanai perusahaan minyak. Dia menanyakan apa minyak pada abad 21? Para pendukungnya pun mengatakan kalau teknologi sebagai jawaban paling tepat.
Dengan senyum mengembang, Yang mengungkapkan, Alaska memiliki uang karena minyak. Sedangkan AS bisa menjalankan pendapatan dasar universal dengan “uang teknologi”, yakni pajak yang diambil dari perusahaan teknologi besar. Salah satu pendukung Yang adalah Jalesn Adams, 19, dan Emily Synoski, 18. Mereka berasal dari Delaware untuk datang ke kampanye Yang.
Synoski mengungkapkan, dia dan generasi muda lainnya memberikan dukungan bagi Yang karena fokus pada masa depan, yakni anak muda. “Kita merupakan generasi di negara ini di mana otomatisasi menjadi hal besar,” katanya. Dukungan dari generasi yang akrab dengan media sosial juga membuat popularitas Yang di dunia online terus bertambah.
Sejak debat pemilu pendahuluan Partai Demokrat, Yang mendapatkan pengikut Twitter lebih besar dibandingkan kandidat lainnya. “Saya menjamin kalau seluruh teman saya akan mendapatkan kabar terbaru tentang Andrew Yang,” kata Adams. Dengan menempatkan posisi di kubu luar politik, Yang menganggap dirinya sangat mengetahui permasalahan masa depan AS. (Andika H Mustaqim)
Namanya menjadi perhatian karena dia adalah representasi etnik Asia pada pertarungan paling bergengsi dalam jagat politik tersebut. Yang juga menyebutkan dirinya sebagai “pria Asia yang ahli dalam matematika”. Ide populernya adalah memberikan pendapatan dasar universal sebesar USD1.000 sehingga dia mendapatkan dukungan luas.
Meskipun usulan itu dianggap pesimistis dan cenderung dinilai sebagai humor semata, tapi Yang menganggap kampanye “Dividen Kebebasan” dengan dana USD1.000 per bulan kepada warga AS yang berusia 18 tahun merupakan program masuk akal. Kenapa Yang mengusulkan hal tersebut? Dia memperingatkan tentang kecerdasan buatan dan otomatisasi bisa mengurangi separuh pekerjaan di AS dalam tiga dekade mendatang.
“Make America Think Harder” selalu menegaskan kalau masa depan banyak pekerjaan di AS terancam dengan pertumbuhan kecanggihan teknologi. Dia meyakini pendapatan dasar universal membantu mengurangi penderitaan dan memecahkan permasalahan sosial yang beragam. Rencana ambisinya itu memang baik, tetapi kerap menjadi bahan tertawaan dan candaan di setiap debat. “Saya memang selalu melihat angka,” katanya dilansir BBC.
Dengan mengusung konsep itu, popularitas Yang di internet memang terus naik. Dia pun disebut dengan “Yang Gang”. Banyak meme tentang dirinya juga dianggapnya sebagai raja di antara kandidat capres Demokrat lainnya.
Hal itu menunjukkan dukungan terhadap Yang pada umumnya berasal dari generasi remaja yang sudah peduli dengan politik dan program pemerintahan. Secara jajak pendapat nasional, suara dukungan bagi Yang hanya 3%. Namanya juga dipautkan dengan para senator berpengalaman, seperti Cory Booker dan Amy Klobuchar.
Dia harus berjuang keras meningkatkan popularitasnya. Dalam beberapa kampanyenya, termasuk di Washington DC beberapa waktu lalu, para pendukungnya membawa poster dan berteriak “MATH” yang merupakan kependekan dari “Make America Think Harder”. Pada umumnya para pendukungnya adalah anak muda, warga kulit putih, dan Asia.
“Negara seharusnya mengadopsi proses pembagian dividen. Semua orang di seluruh negara harus mendapatkan satu atau dua ribu dolar. Negara mana itu?” tanya Yang dalam sebuah kampanye. “Alaska!” jawab sebagian besar peserta kampanye. “Bagaimana Alaska bisa mewujudkan pemberian dana tersebut?” tanya Yang kembali. “Minyak!” kata mereka. Sejak 1982, Alaska selalu membagikan dividen bagi semua orang yang tinggal di Alaska. Dana tersebut diperoleh dari dana investasi yang didanai perusahaan minyak. Dia menanyakan apa minyak pada abad 21? Para pendukungnya pun mengatakan kalau teknologi sebagai jawaban paling tepat.
Dengan senyum mengembang, Yang mengungkapkan, Alaska memiliki uang karena minyak. Sedangkan AS bisa menjalankan pendapatan dasar universal dengan “uang teknologi”, yakni pajak yang diambil dari perusahaan teknologi besar. Salah satu pendukung Yang adalah Jalesn Adams, 19, dan Emily Synoski, 18. Mereka berasal dari Delaware untuk datang ke kampanye Yang.
Synoski mengungkapkan, dia dan generasi muda lainnya memberikan dukungan bagi Yang karena fokus pada masa depan, yakni anak muda. “Kita merupakan generasi di negara ini di mana otomatisasi menjadi hal besar,” katanya. Dukungan dari generasi yang akrab dengan media sosial juga membuat popularitas Yang di dunia online terus bertambah.
Sejak debat pemilu pendahuluan Partai Demokrat, Yang mendapatkan pengikut Twitter lebih besar dibandingkan kandidat lainnya. “Saya menjamin kalau seluruh teman saya akan mendapatkan kabar terbaru tentang Andrew Yang,” kata Adams. Dengan menempatkan posisi di kubu luar politik, Yang menganggap dirinya sangat mengetahui permasalahan masa depan AS. (Andika H Mustaqim)
(nfl)