Eks Presiden Zimbabwe Robert Mugabe Dimakamkan Tiga Minggu setelah Wafat
A
A
A
HARARE - Mantan presiden sekaligus pendiri Zimbabwe, Robert Mugabe, dimakamkan pada Sabtu (28/9/2019), di desa tempat ia dilahirkan. Mugabe dimakamkan tiga minggu setelah wafat pada usia 95 tahun.
Dikutip dari UPI, Minggu (29/9/2019), Mugabe dimakamkan di halaman rumahnya di Kutama distrik Zvimba, Zimbabwe, sekitar 55 mmil sebelah barat Ibu Kota Harare.
Pemakaman yang berlangsung secara pribadi itu berlangsung berminggu-minggu setelah terjadi perselisihan antara pihak keluarga dan pemerintah.
Para menteri ingin jasad Mugabe itu disemayamkan di National Heroes Acre di Harare dengan sebuah makam yang dibangun di lokasi itu. Pemakaman itu diperuntukkan bagi para pahlawan perjuangan pembebasan Zimbabwe, tetapi keluarganya ingin dia dimakamkan dekat dengan almarhum ibunya Bona di Kutama.
Janda Mugabe, Grace, dan anak-anaknya menemani peti mati yang dibalut bendera hijau, kuning, merah dan hitam negara itu.
Memorabilia Mugabe dijual di tenda di luar rumahnya sebelum pemakamannya, termasuk foto pemimpin yang memegang tinjunya dengan sikap menantang. Para pelayat mengenakan T-shirt bertuliskan "Liberator" dan "pembawa obor."
Ratusan pelayat menghadiri upacara sebelum pemakaman di Kutama pada hari Sabtu, tetapi tidak ada pejabat senior pemerintah di sana.
Juru bicara Partai ZANU-PF yang berkuasa Simon Khaya Moyo menyebut pemakaman Mugabe secara pribadi "sangat disayangkan."
Mugabe meninggal 6 September di Singapura, di mana ia telah menerima perawatan sejak April lalu karena penyakit yang tidak diketahui.
Dia mengakhiri kekuasaan minoritas kulit putih negara itu ketika dia berkuasa setelah Zimbabwe memperjuangkan kemerdekaan dari Inggris pada 1980. Dia duduk sebagai perdana menteri pertama negara itu kemudian menjadi presiden hingga 2017 ketika dia digulingkan dalam sebuah kudeta karena memberhentikan Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa (76) yang saat itu berkuasa untuk memudahkan istrinya, Grace Mugabe (54), untuk menjadi presiden.
Meskipun pada awalnya ia meningkatkan akses ke layanan pendidikan dan kesehatan bagi mayoritas kulit hitam miskin di negara itu, para pengkritiknya mengatakan ia kemudian beralih menjadi penindas dan salah urus ekonomi yang menenggelamkan perekonomian.
Pemakaman kenegaraan diadakan awal bulan ini dengan pejabat Zanu-PF yang berkuasa dan pejabat asing memberikan penghormatan kepada warisannya sebagai bapak pendiri negara itu. Tetapi beberapa warga Zimbabwe menolak upacara tersebut, menyalahkannya atas gejolak ekonomi yang sedang berlangsung di negara itu dengan inflasi, dan kekurangan makanan serta bahan bakar.
Dikutip dari UPI, Minggu (29/9/2019), Mugabe dimakamkan di halaman rumahnya di Kutama distrik Zvimba, Zimbabwe, sekitar 55 mmil sebelah barat Ibu Kota Harare.
Pemakaman yang berlangsung secara pribadi itu berlangsung berminggu-minggu setelah terjadi perselisihan antara pihak keluarga dan pemerintah.
Para menteri ingin jasad Mugabe itu disemayamkan di National Heroes Acre di Harare dengan sebuah makam yang dibangun di lokasi itu. Pemakaman itu diperuntukkan bagi para pahlawan perjuangan pembebasan Zimbabwe, tetapi keluarganya ingin dia dimakamkan dekat dengan almarhum ibunya Bona di Kutama.
Janda Mugabe, Grace, dan anak-anaknya menemani peti mati yang dibalut bendera hijau, kuning, merah dan hitam negara itu.
Memorabilia Mugabe dijual di tenda di luar rumahnya sebelum pemakamannya, termasuk foto pemimpin yang memegang tinjunya dengan sikap menantang. Para pelayat mengenakan T-shirt bertuliskan "Liberator" dan "pembawa obor."
Ratusan pelayat menghadiri upacara sebelum pemakaman di Kutama pada hari Sabtu, tetapi tidak ada pejabat senior pemerintah di sana.
Juru bicara Partai ZANU-PF yang berkuasa Simon Khaya Moyo menyebut pemakaman Mugabe secara pribadi "sangat disayangkan."
Mugabe meninggal 6 September di Singapura, di mana ia telah menerima perawatan sejak April lalu karena penyakit yang tidak diketahui.
Dia mengakhiri kekuasaan minoritas kulit putih negara itu ketika dia berkuasa setelah Zimbabwe memperjuangkan kemerdekaan dari Inggris pada 1980. Dia duduk sebagai perdana menteri pertama negara itu kemudian menjadi presiden hingga 2017 ketika dia digulingkan dalam sebuah kudeta karena memberhentikan Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa (76) yang saat itu berkuasa untuk memudahkan istrinya, Grace Mugabe (54), untuk menjadi presiden.
Meskipun pada awalnya ia meningkatkan akses ke layanan pendidikan dan kesehatan bagi mayoritas kulit hitam miskin di negara itu, para pengkritiknya mengatakan ia kemudian beralih menjadi penindas dan salah urus ekonomi yang menenggelamkan perekonomian.
Pemakaman kenegaraan diadakan awal bulan ini dengan pejabat Zanu-PF yang berkuasa dan pejabat asing memberikan penghormatan kepada warisannya sebagai bapak pendiri negara itu. Tetapi beberapa warga Zimbabwe menolak upacara tersebut, menyalahkannya atas gejolak ekonomi yang sedang berlangsung di negara itu dengan inflasi, dan kekurangan makanan serta bahan bakar.
(ian)