Remaja Swedia Aktivis Iklim Desak Kongres AS Bertindak Nyata
A
A
A
WASHINGTON - Remaja Swedia aktivis perubahan iklim Greta Thunberg mendesak anggota Kongres Amerika Serikat (AS) bertindak nyata. Seruan itu diungkapkan Thunberg saat dia bersama para pemimpin muda lainnya menggelar pertemuan dan pidato di Capitol Hill, Washington. Berbagai acara yang digelar pekan ini bertujuan meningkatkan kesadaran menjelang “mogok kerja iklim” secara global pada Jumat (20/9) mendatang.
Dalam aksi mogok kerja iklim itu para pelajar dan pegawai di penjuru dunia diminta bolos sekolah dan tak berangkat kerja untuk mendorong langkah nyata dalam mengatasi perubahan iklim. Aksi itu ditujukan untuk menekan para pemimpin negara yang akan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir bulan ini.
“Tolong simpan pujian kalian. Kami tidak ingin itu. Jangan undang kami ke sini untuk mengatakan pada kami bagaimana menginspirasi, kita tidak melakukan apapun terkait itu karena ini tidak membawa ke mana pun,” papar Thunberg pada Gugus Tugas Perubahan Iklim Senat AS.
Remaja 16 tahun itu telah menginspirasi jutaan pelajar dan orang lainnya untuk bergabung dalam aksinya mogok sekolah untuk menuntut tindakan mengatasi perubahan iklim. Aksi yang digelar Thunberg setiap pekan itu disebut “Jumat untuk Masa Depan”. Dengan aksi itu, Thunberg tidak masuk sekolah setiap hari Jumat untuk menyuarakan pentingnya bertindak mengatasi perubahan iklim. Thunberg saat ini dinominasikan untuk meraih Penghargaan Nobel Perdamaian.
Senator dari Partai Demokrat Ed Markey yang memimpin gugus tugas di Senat itu menjelaskan, semakin banyak demonstran muda “Faktor X” baru dalam politik. Menurut dia, semangat para pemuda itu dapat memiliki perang penting dalam pemilu presiden AS tahun depan. “2020 akan menjadi referendum untuk perubahan iklim. Ini akan menjadi referendum antara Donald Trump dan arah Kesepakatan Baru Hijau yang seluruhnya baru,” papar Markey, dilansir Reuters.
Kesepakatan Baru Hijau itu merupakan resolusi Kongres yang tak memiliki kekuatan mengikat secara hukum yang didorong oleh Markey bersama anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Alexandria Ocasio-Cortez yang juga dari Partai Demokrat. Kesepakatan Baru Hijau itu bertujuan mengubah ekonomi AS menjauh dari bahan bakar fosil dalam satu dekade.
Anggota parlemen dari Partai Republik dan para pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump menganggap Kesepakatan Baru Hijau itu sebagai fantasi. Trump menjadi salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang secara terbuka mempertanyakan keilmiahan perubahan iklim. Trump menjadikan prioritas pemerintahannya adalah mencabut berbagai kebijakan era Barack Obama terkait perang melawan perubahan iklim.
Menurut Trump, kebijakan era Obama tidak perlu dan merusak ekonomi AS. Anaiah Thomas, 17, aktivis iklim dan anggota gerakan pemuda Zero Hour yang berbasis di AS menjelaskan bahwa para senator perlu mengambil langkah segera untuk perubahan iklim. Dia pun mendukung proposal seperti Kesepakatan Baru Hijau.
Dalam aksi mogok kerja iklim itu para pelajar dan pegawai di penjuru dunia diminta bolos sekolah dan tak berangkat kerja untuk mendorong langkah nyata dalam mengatasi perubahan iklim. Aksi itu ditujukan untuk menekan para pemimpin negara yang akan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir bulan ini.
“Tolong simpan pujian kalian. Kami tidak ingin itu. Jangan undang kami ke sini untuk mengatakan pada kami bagaimana menginspirasi, kita tidak melakukan apapun terkait itu karena ini tidak membawa ke mana pun,” papar Thunberg pada Gugus Tugas Perubahan Iklim Senat AS.
Remaja 16 tahun itu telah menginspirasi jutaan pelajar dan orang lainnya untuk bergabung dalam aksinya mogok sekolah untuk menuntut tindakan mengatasi perubahan iklim. Aksi yang digelar Thunberg setiap pekan itu disebut “Jumat untuk Masa Depan”. Dengan aksi itu, Thunberg tidak masuk sekolah setiap hari Jumat untuk menyuarakan pentingnya bertindak mengatasi perubahan iklim. Thunberg saat ini dinominasikan untuk meraih Penghargaan Nobel Perdamaian.
Senator dari Partai Demokrat Ed Markey yang memimpin gugus tugas di Senat itu menjelaskan, semakin banyak demonstran muda “Faktor X” baru dalam politik. Menurut dia, semangat para pemuda itu dapat memiliki perang penting dalam pemilu presiden AS tahun depan. “2020 akan menjadi referendum untuk perubahan iklim. Ini akan menjadi referendum antara Donald Trump dan arah Kesepakatan Baru Hijau yang seluruhnya baru,” papar Markey, dilansir Reuters.
Kesepakatan Baru Hijau itu merupakan resolusi Kongres yang tak memiliki kekuatan mengikat secara hukum yang didorong oleh Markey bersama anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Alexandria Ocasio-Cortez yang juga dari Partai Demokrat. Kesepakatan Baru Hijau itu bertujuan mengubah ekonomi AS menjauh dari bahan bakar fosil dalam satu dekade.
Anggota parlemen dari Partai Republik dan para pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump menganggap Kesepakatan Baru Hijau itu sebagai fantasi. Trump menjadi salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang secara terbuka mempertanyakan keilmiahan perubahan iklim. Trump menjadikan prioritas pemerintahannya adalah mencabut berbagai kebijakan era Barack Obama terkait perang melawan perubahan iklim.
Menurut Trump, kebijakan era Obama tidak perlu dan merusak ekonomi AS. Anaiah Thomas, 17, aktivis iklim dan anggota gerakan pemuda Zero Hour yang berbasis di AS menjelaskan bahwa para senator perlu mengambil langkah segera untuk perubahan iklim. Dia pun mendukung proposal seperti Kesepakatan Baru Hijau.
(don)