Wanita Paling Berbahaya ISIS Dihukum Penjara Seumur Hidup di Irak
A
A
A
BAGHDAD - Seorang wanita yang ahli dalam program senjata kimia di kelompok Islamic State atau ISIS dihukum penjara seumur hidup oleh pengadilan Irak. Kementerian Dalam Negeri Irak menjuluki terpidana tersebut sebagai wanita paling berbahaya dari kelompok ISIS.
Direktur Intelijen dan Kontraterorisme di Kementerian Dalam Negeri Irak, Abu Ali al-Basri, mengungkap sosok yang dia sebut wanita paling berbahaya dari kelompok teroris tersebut. Dia adalah Abrar al-Kubaisi.
Al-Basri, dalam sebuah pernyataan yang dikutip surat kabar Sabah yang berbasis di Irak, mengatakan terpidana telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup baru-baru ini.
"(Terpidana) adalah salah satu peneliti biologi paling terkemuka yang terlibat dalam program untuk pembuatan dan pelatihan elemen khusus di organisasi untuk pengembangan dan industrialisasi, persiapan, produksi dan penggunaan senjata kimia di dalam negeri dan luar negeri," katanya, yang dilansir Jumat (13/9/2019).
"ISIS secara efektif memungkinkan perluasan basis penggunaan perempuan untuk melakukan operasi, seperti yang terjadi baru-baru ini di Suriah, Tunisia dan Mosul selama operasi pembersihan," ujarnya.
Menurut pengakuan terpidana terorisme, Abrar al-Kubaisi, dia diperdaya melalui media sosial untuk bergabung dengan organisasi teroris, yang gerakannya di dalam dan di luar negeri. Dia juga terlibat penggunaan bahan kimia dalam beberapa operasi di Baghdad.
"Bahaya mereka akan berlanjut dan menimbulkan ancaman bunuh diri dan operasi pengeboman terhadap masyarakat," imbuh al-Basri.
Direktur Intelijen dan Kontraterorisme di Kementerian Dalam Negeri Irak, Abu Ali al-Basri, mengungkap sosok yang dia sebut wanita paling berbahaya dari kelompok teroris tersebut. Dia adalah Abrar al-Kubaisi.
Al-Basri, dalam sebuah pernyataan yang dikutip surat kabar Sabah yang berbasis di Irak, mengatakan terpidana telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup baru-baru ini.
"(Terpidana) adalah salah satu peneliti biologi paling terkemuka yang terlibat dalam program untuk pembuatan dan pelatihan elemen khusus di organisasi untuk pengembangan dan industrialisasi, persiapan, produksi dan penggunaan senjata kimia di dalam negeri dan luar negeri," katanya, yang dilansir Jumat (13/9/2019).
"ISIS secara efektif memungkinkan perluasan basis penggunaan perempuan untuk melakukan operasi, seperti yang terjadi baru-baru ini di Suriah, Tunisia dan Mosul selama operasi pembersihan," ujarnya.
Menurut pengakuan terpidana terorisme, Abrar al-Kubaisi, dia diperdaya melalui media sosial untuk bergabung dengan organisasi teroris, yang gerakannya di dalam dan di luar negeri. Dia juga terlibat penggunaan bahan kimia dalam beberapa operasi di Baghdad.
"Bahaya mereka akan berlanjut dan menimbulkan ancaman bunuh diri dan operasi pengeboman terhadap masyarakat," imbuh al-Basri.
(mas)