Trump Sebut Pemimpin Iran Ingin Temui Dirinya
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan, dia percaya bahwa para pemimpin Iran menginginkan pertemuan denganya. Trump menyebut, dia mencoba untuk mengatur pertemuan puncak dengan rekannya dari Iran di Sidang Majelis Umum PBB.
"Saya dapat memberi tahu Anda, bahwa para pemimpin Iran ingin bertemu," kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Jumat (13/9).
Trump telah berulang kali mengindikasikan bahwa ia siap untuk bertemu dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang diperkirakan akan menghadiri Majelis Umum PBB di New York bulan ini. Namun, sejauh ini Iran belum memberikan respons positif.
Sebelumnya, Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht-e Ravanchi mengatakan, Iran tidak akan melakukan pembicaraan dengan AS, jika Washington belum mencabut sanksi terhadap Teheran.
"Iran telah berulang kali menyatakan bahwa tidak ada ruang untuk pembicaraan selama terorisme ekonomi pemerintah AS dan sanksi kejam terhadap rakyat Iran masih ada," kata Ravanchi.
"Topik tersebut dapat didiskusikan hanya ketika mereka (AS) mencabut sanksi dan bahwa pembicaraan semacam itu akan dimungkinkan dalam kerangka kerja kelompok negara-negara P5 + 1 - yang terdiri dari AS, Inggris, Prancis, China, dan Rusia plus Jerman, yang berhasil bernegosiasi dan meraih kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2015," sambungnya.
"Saya dapat memberi tahu Anda, bahwa para pemimpin Iran ingin bertemu," kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Jumat (13/9).
Trump telah berulang kali mengindikasikan bahwa ia siap untuk bertemu dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang diperkirakan akan menghadiri Majelis Umum PBB di New York bulan ini. Namun, sejauh ini Iran belum memberikan respons positif.
Sebelumnya, Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht-e Ravanchi mengatakan, Iran tidak akan melakukan pembicaraan dengan AS, jika Washington belum mencabut sanksi terhadap Teheran.
"Iran telah berulang kali menyatakan bahwa tidak ada ruang untuk pembicaraan selama terorisme ekonomi pemerintah AS dan sanksi kejam terhadap rakyat Iran masih ada," kata Ravanchi.
"Topik tersebut dapat didiskusikan hanya ketika mereka (AS) mencabut sanksi dan bahwa pembicaraan semacam itu akan dimungkinkan dalam kerangka kerja kelompok negara-negara P5 + 1 - yang terdiri dari AS, Inggris, Prancis, China, dan Rusia plus Jerman, yang berhasil bernegosiasi dan meraih kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2015," sambungnya.
(esn)