Liga Arab Kecam Rencana Israel Caplok Wilayah Tepi Barat

Kamis, 12 September 2019 - 13:05 WIB
Liga Arab Kecam Rencana Israel Caplok Wilayah Tepi Barat
Liga Arab Kecam Rencana Israel Caplok Wilayah Tepi Barat
A A A
KAIRO - Liga Arab mengecam rencana Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mencaplok wilayah Tepi Barat. Tindakan Israel dianggap sebagai agresi yang merusak semua peluang kesepakatan damai dengan Palestina. Netanyahu menjelaskan, dia berencana mencaplok Lembah Yordan yang berada di Tepi Barat, jika dia menang pemilu sepekan mendatang. Israel mengontrol Tepi Barat pada perang 1967.

Palestina menginginkan Tepi Barat menjadi bagian negara masa depannya. “Liga Arab menganggap pengumumannya sebagai perkem bangan berbahaya dan agresi baru Israel dengan mendeklarasikan niat yang melanggar hukum internasional,” ungkap pernyataan para menteri luar negeri (menlu) Liga Arab saat pertemuan di Kairo kemarin.

Liga Arab juga menyatakan Liga Arab menganggap pernyataan (Netanyahu) itu merusak berbagai peluang kemajuan dalam proses perdamaian dan akan menerpedo semua fondasinya.” Para menlu Liga Arab sedang menggelar pertemuan di Kairo dan menambahkan sesi darurat setelah Netanyahu membuat komentar yang ditayangkan langsung di televisi.

“Sebanyak 65.000 warga Palestina dan 11.000 pemukim Israel tinggal di Lembah Yordan dan kawasan utara Laut Mati,” ungkap kelompok hak asasi manusia (HAM) Israel B’Tselem. Kota utama warga Palestina berada di Jericho, dengan sekitar 28 desa dan komunitas Badui yang lebih kecil.

Menlu Yordania Ayman Safadi menganggap rencana Netanyahu itu eskalasi serius. Yordania dan Mesir menjadi satu-satunya negara Arab yang memiliki traktat perdamaian dengan Israel. Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hanan Ashrawi menulis di Twitter, “Netanyahu berupaya menerapkan Israel yang lebih besar dalam seluruh sejarah Palestina dan melakukan agenda pembersihan etnik.” “Semua taruhan telah ditunjukkan. Agresi berbahaya. Konflik abadi,” kata Ashrawi.

“Semua kesepakatan yang telah ditandatangani dengan Israel dan kewajiban berdasarkan kesepakatan itu akan berakhir jika Netanyahu tetap melanjutkan langkah itu,” tegas Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Demi kelangsungan karier politiknya setelah pemilu yang kurang memuaskannya pada April, Netanyahu juga menegaskan kembali janjinya mencaplok seluruh permukiman Israel yang dibangun di Tepi Barat.

“Hari ini saya mengumumkan niat saya, setelah membentuk pemerintahan baru, untuk menerapkan kedaulatan Israel di Lembah Yordan dan utara Laut Mati,” ungkap Netanyahu dalam pidato yang ditayangkan langsung di televisi Israel.

Netanyahu menyatakan langkah itu dapat dilakukan segera setelah pemilu jika dia menerima mandat jelas untuk melakukannya dari mereka, warga Israel. Menurut dia, langkah lebih luas dapat lebih lama dan memerlukan koordinasi maksimal dengan Amerika Serikat (AS) sebagai aliansi utama Israel.

“Hormat kami untuk Presiden Trump dan keyakinan besar pada persahabatan kami, saya akan menunggu menerapkan kedaulatan hingga rilis rencana politik presiden,” kata Netanyahu menyebut rencana damai Israel-Palestina yang diusulkan Presiden AS Donald Trump.

Tokoh politik di Israel turut menanggapi rencana Netanyahu itu. “Ini strategi pemilu dan bukan yang sangat mengesankan tapi ini sangat transparan,” kata Yair Lapid, pemimpin Partai Biru dan Putih terkait pernyataan Netanyahu. Penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner menjelaskan pada awal Mei bahwa dia berharap Israel akan melihat proposal damai Timur Tengah yang dilontarkan Trump sebelum melaksanakan rencana mencaplok permukiman Tepi Barat.

Menanggapi rencana Netanyahu itu, pejabat pemerintahan Trump mengatakan bahwa tak ada perubahan kebijakan AS saat ini. “Kami akan merilis visi untuk perdamaian kami setelah pemilu Israel dan bekerja memastikan cara terbaik untuk menciptakan stabilitas, peluang, dan keamanan jangka panjang di kawasan.”

Arab Saudi mengecam komentar Netanyahu dan mendesak rapat darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Qatar menegaskan kembali dukungan untuk solusi damai dua negara antara Israel dan Palestina. Sementara itu, pesawat tempur Israel menyerang Gaza kemarin setelah beberapa roket ditembakkan dari wilayah Palestina tersebut.

Militer Israel menyatakan 15 target terkena, termasuk satu fasilitas pembuat senjata, satu kompleks angkatan laut, dan terowongan milik Hamas. Beberapa jam sebelumnya, para pengawal membawa Netanyahu ke tempat perlindungan di Kota Ashdod, Israel, saat sirene berbunyi pada Selasa (10/9) malam, sepekan menjelang pemilu.

Netanyahu tidak terluka, dan beberapa menit kemudian dia melanjutkan pidatonya yang disiarkan langsung di media sosial oleh Partai Likud. Meski demikian, tayangan Netanyahu terpaksa keluar dari podium menambah dugaan oleh lawan politik bahwa dia tidak cukup mampu menghentikan serangan roket dari Gaza ke wilayah selatan Israel.

Militer Israel menyatakan dua roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke Ashdod dan kota pelabuhan lain di Ashkelon, tetapi dapat dicegat oleh sistem antirudal Kubah Besi. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket yang terjadi setelah Netanyahu mengumumkan rencana mencaplok wilayah Tepi Barat itu jika menang pemilu 17 September.

Israel menguasai Gaza pada perang 1967 dan kemudian menarik mundur warga dan tentara Israel pada 2005. Israel kemudian memblokade Gaza dan Mesir menerapkan pembatasan ketat di perbatasan darat. Hamas dan Israel telah berperang tiga kali dalam dekade terakhir.

Perundingan damai Israel-Palestina terhenti pada 2014 dan Palestina menganggap usulan Trump telah gagal sebelum diumumkan. Palestina menganggap usulan AS itu lebih menguntungkan Israel. Maret lalu, Trump mengakui tindakan Israel mencaplok Dataran Tinggi Golan pada 1981 setelah merebutnya dari Suriah pada perang 1967.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5723 seconds (0.1#10.140)