Bergaun Wanita Muslim, Pembom Bunuh Diri Serang Militer Filipina
A
A
A
MANILA - Seorang militan pembom bunuh diri menyerang sebuah detasemen militer Filipina. Militan itu beraksi dengan mengenakan gaun wanita Muslim tradisional warna hitam yang dikenal dengan sebutan burqa.
Serangan itu terjadi hari Minggu di wilayah Filipina selatan. Pelaku meledakkan diri, namun gagal membunuh dan melukai para targetnya.
Penyerang mencoba memasuki markas detasemen militer di kota Indanan, provinsi Sulu. Namun, sebelum berhasil masuk bom yang dibawanya meledak. Menurut pejabat militer setempat, itu adalah serangan bom bunuh diri ketiga di Sulu sepanjang tahun ini.
Kepala militer regional Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan pembom gagal memasuki detasemen karena keamanan yang ketat. Militan itu berambut panjang. Menurutnya, tangan militan itu terputus akibat ledakan bom yang dibawa.
"Pembom bunuh diri itu...tampak asing dengan rambut panjang berdasarkan pada kepala yang terputus, yang telah dipulihkan. Tangannya terpotong-potong itu mirip dengan seorang pria," kata Sobejana, seperti dikutip AFP, Senin (9/9/2019).
Seorang juru bicara militer Filipina di Sulu, Letnan Kolonel Gerard Monfort, mengatakan bahwa pasukan berlindung dan mengambil posisi tempur di balik kantong pasir ketika militan pembom bunuh diri itu menolak untuk menjauh dari gerbang pos terdepan.
"Seorang prajurit yang waspada berteriak kepada militan. 'Jangan masuk, pergi, pergi'. Tentara lain yang mendengarnya berlindung dan mengambil posisi tempur," kata Monfort. "Lalu, ledakan menewaskan militan," ujarnya.
Ledakan itu merusak gerbang detasemen tetapi tidak menyebabkan kematian atau cedera pada orang yang lain. Tidak ada warga sipil di daerah pedesaan pada saat serangan terjadi.
Serangan itu terjadi hari Minggu di wilayah Filipina selatan. Pelaku meledakkan diri, namun gagal membunuh dan melukai para targetnya.
Penyerang mencoba memasuki markas detasemen militer di kota Indanan, provinsi Sulu. Namun, sebelum berhasil masuk bom yang dibawanya meledak. Menurut pejabat militer setempat, itu adalah serangan bom bunuh diri ketiga di Sulu sepanjang tahun ini.
Kepala militer regional Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan pembom gagal memasuki detasemen karena keamanan yang ketat. Militan itu berambut panjang. Menurutnya, tangan militan itu terputus akibat ledakan bom yang dibawa.
"Pembom bunuh diri itu...tampak asing dengan rambut panjang berdasarkan pada kepala yang terputus, yang telah dipulihkan. Tangannya terpotong-potong itu mirip dengan seorang pria," kata Sobejana, seperti dikutip AFP, Senin (9/9/2019).
Seorang juru bicara militer Filipina di Sulu, Letnan Kolonel Gerard Monfort, mengatakan bahwa pasukan berlindung dan mengambil posisi tempur di balik kantong pasir ketika militan pembom bunuh diri itu menolak untuk menjauh dari gerbang pos terdepan.
"Seorang prajurit yang waspada berteriak kepada militan. 'Jangan masuk, pergi, pergi'. Tentara lain yang mendengarnya berlindung dan mengambil posisi tempur," kata Monfort. "Lalu, ledakan menewaskan militan," ujarnya.
Ledakan itu merusak gerbang detasemen tetapi tidak menyebabkan kematian atau cedera pada orang yang lain. Tidak ada warga sipil di daerah pedesaan pada saat serangan terjadi.
(mas)