Memperingati 80 Tahun Mulainya Perang Dunia II
A
A
A
Pada 2019 kita memperingati 80 tahun sejak pecahnya tragedi terbesar sedunia, yaitu Perang Dunia II yang makan korban puluhan juta orang tewas.
Tragedi ini menjadi mungkin karena masyarakat internasional tidak mampu membentuk sistem keamanan bersama yang efektif. Menjelang peringatan peristiwa ini kita menyaksikan kampanye propaganda yang semakin aktif dan bermotif politik, yang bertujuan membagi tanggung jawab atas tragedi ini secara setara antara Jerman dan Uni Soviet.
Meskipun ada upaya-upaya yang luar biasa dari para pemalsu sejarah, kebenaran tidak bisa disembunyikan. Peran Uni Soviet dalam Perang Dunia II paling besar dalam kemenangan melawan Nazi Jerman karena 27 juta warga negara Uni Soviet tewas selama perangnya.
Para sejarawan Barat tanpa alasan lupa tentang Persetujuan Munich, ketika Inggris dan Prancis pada September 1938 memperbolehkan Hitler untuk memutilasi Tanah Sudetia, Cekoslowakia, dan dengan demikian meletakkan “bom waktu”.
Pakta Soviet-Jerman 1939 yang sering sekali mereka sebut telah menjadi balasan pada Persetujuan Munich untuk menjamin kepentingan-kepentingan nasional dan kenegaraan masing-masing, yaitu menghentikan agresi selanjutnya Hitler ke Timur.
Dengan menandatangani pakta dengan Jerman, Uni Soviet mengambil hanya satu komitmen saja –tidak menyerang Jerman selama 10 tahun. Uni Soviet menahan netralitasnya sampai 22 Juni 1941 yang diakui oleh Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat.
Pada waktu Uni Soviet memasukkan tentara ke Polandia dengan tujuan menjadikan pusat-pusat vital menjauhi garis depan perang yang akan datang dengan ratusan kilometer dan membatasi selera Jerman maju ke Timur, maka bukan Prancis, bukan Inggris, bahkan bukan Polandia sendiri tidak menganggap tindakan ini sebagai aksi perang.
Setelah Hitler berkuasa di Jerman-Uni Soviet selama jangka waktu panjang merupakan satu-satunya kekuatan yang menahannya dari mewujudkan rencana agresif. Hitler yang merencanakan menghancurkan beberapa bangsa, termasuk bangsa Slavia, menganggap Uni Soviet sebagai musuh utama bagi Reich Ketiga.
Para tokoh yang paling bijaksana dan berpandangan jauh ke depan, termasuk Winston Churchill, mengerti bahwa yang ada di antara Uni Soviet dan Jerman adalah gencatan senjata sementara, sebelum pertempuran final.
Penandatanganan Pakta Soviet-Jerman merupakan eksklusif dalam kondisi yang eksklusif, satu-satunya alternatif terhadap Persetujuan Munich. Sebagaimana pun menilai kebijakan Uni Soviet pada tahap awal Perang Dunia II, justru Uni Soviet mengalahkan nazisme, membebaskan Eropa, dan menyelamatkan demokasi Eropa dari kehancuran.
Kemenangan dalam Perang Dunia II juga adalah kesempatan untuk mengenang bahwa negara-negara Koalisi Anti-Hitler pada 1945 menamakan diri sendiri Perserikatan Bangsa- Bangsa, mengambil komitmen untuk organisasi yang baru terbentuk akan menjaga perdamaian dan mencegah konflik-konflik global yang baru.
Rusia mengecam upaya-upaya apapun heroisasi nazisme dan kejahatannya yang mengerikan. Tanpa mengetahui sejarah dan memahami pelajarannya, dengan berulang kesalahan masa dulu, tidak bisa bergerak maju.
Berkaitan dengan ini, kami berdiri untuk membangkitkan kembali kerja sama yang sejati dan saling pengertian antara negara-negara dan bangsa-bangsa demi perdamaian berdasarkan kesetaraan, saling hormat, dan nilai-nilai manusia universal.
LYUDMILA VOROBIEVA
Duta Besar Rusia untuk Indonesia
Tragedi ini menjadi mungkin karena masyarakat internasional tidak mampu membentuk sistem keamanan bersama yang efektif. Menjelang peringatan peristiwa ini kita menyaksikan kampanye propaganda yang semakin aktif dan bermotif politik, yang bertujuan membagi tanggung jawab atas tragedi ini secara setara antara Jerman dan Uni Soviet.
Meskipun ada upaya-upaya yang luar biasa dari para pemalsu sejarah, kebenaran tidak bisa disembunyikan. Peran Uni Soviet dalam Perang Dunia II paling besar dalam kemenangan melawan Nazi Jerman karena 27 juta warga negara Uni Soviet tewas selama perangnya.
Para sejarawan Barat tanpa alasan lupa tentang Persetujuan Munich, ketika Inggris dan Prancis pada September 1938 memperbolehkan Hitler untuk memutilasi Tanah Sudetia, Cekoslowakia, dan dengan demikian meletakkan “bom waktu”.
Pakta Soviet-Jerman 1939 yang sering sekali mereka sebut telah menjadi balasan pada Persetujuan Munich untuk menjamin kepentingan-kepentingan nasional dan kenegaraan masing-masing, yaitu menghentikan agresi selanjutnya Hitler ke Timur.
Dengan menandatangani pakta dengan Jerman, Uni Soviet mengambil hanya satu komitmen saja –tidak menyerang Jerman selama 10 tahun. Uni Soviet menahan netralitasnya sampai 22 Juni 1941 yang diakui oleh Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat.
Pada waktu Uni Soviet memasukkan tentara ke Polandia dengan tujuan menjadikan pusat-pusat vital menjauhi garis depan perang yang akan datang dengan ratusan kilometer dan membatasi selera Jerman maju ke Timur, maka bukan Prancis, bukan Inggris, bahkan bukan Polandia sendiri tidak menganggap tindakan ini sebagai aksi perang.
Setelah Hitler berkuasa di Jerman-Uni Soviet selama jangka waktu panjang merupakan satu-satunya kekuatan yang menahannya dari mewujudkan rencana agresif. Hitler yang merencanakan menghancurkan beberapa bangsa, termasuk bangsa Slavia, menganggap Uni Soviet sebagai musuh utama bagi Reich Ketiga.
Para tokoh yang paling bijaksana dan berpandangan jauh ke depan, termasuk Winston Churchill, mengerti bahwa yang ada di antara Uni Soviet dan Jerman adalah gencatan senjata sementara, sebelum pertempuran final.
Penandatanganan Pakta Soviet-Jerman merupakan eksklusif dalam kondisi yang eksklusif, satu-satunya alternatif terhadap Persetujuan Munich. Sebagaimana pun menilai kebijakan Uni Soviet pada tahap awal Perang Dunia II, justru Uni Soviet mengalahkan nazisme, membebaskan Eropa, dan menyelamatkan demokasi Eropa dari kehancuran.
Kemenangan dalam Perang Dunia II juga adalah kesempatan untuk mengenang bahwa negara-negara Koalisi Anti-Hitler pada 1945 menamakan diri sendiri Perserikatan Bangsa- Bangsa, mengambil komitmen untuk organisasi yang baru terbentuk akan menjaga perdamaian dan mencegah konflik-konflik global yang baru.
Rusia mengecam upaya-upaya apapun heroisasi nazisme dan kejahatannya yang mengerikan. Tanpa mengetahui sejarah dan memahami pelajarannya, dengan berulang kesalahan masa dulu, tidak bisa bergerak maju.
Berkaitan dengan ini, kami berdiri untuk membangkitkan kembali kerja sama yang sejati dan saling pengertian antara negara-negara dan bangsa-bangsa demi perdamaian berdasarkan kesetaraan, saling hormat, dan nilai-nilai manusia universal.
LYUDMILA VOROBIEVA
Duta Besar Rusia untuk Indonesia
(nfl)