Marianne Williamson, Calon Presiden Multitalenta

Senin, 26 Agustus 2019 - 07:53 WIB
Marianne Williamson,...
Marianne Williamson, Calon Presiden Multitalenta
A A A
MARIANNE Williamson menjadi media darling belakangan ini. Penulis buku terlaris, penasihat spiritual beberapa artis ternama, dan mantan penyanyi kelab malam ini maju sebagai calon presiden Amerika Serikat (capres AS).

Dikutip CNN, selama debat CNN Demokrat di Detroit Juli lalu, Google melacak siapa dari 10 kandidat di panggung yang paling dicari di platformnya. Jawabannya ada dua, yakni Gubernur Negara Bagian Montana Steve Bullock dan Marianne Williamson.

Saat ini wanita dengan nama lengkap Marianne Deborah Williamson itu memang tengah menjadi capres yang diusung Partai Demokrat. Namanya paling banyak dicari di mesin pencarian Google. Dalam debat pertamanya, Williamson tampil menonjol dan berbicara tegas tanpa tedeng alingaling. Termasuk memberikan pesan khusus kepada Presiden Donald Trump.

“Jadi Tuan Presiden (Donald Trump), jika Anda mendengarkan, saya ingin Anda mendengarkan saya. Anda telah meman faatkan rasa takut untuk tujuan politik, dan hanya cinta yang bisa menghilangkannya. Jadi saya, Tuan, saya merasa Anda tahu apa yang Anda lakukan. Saya akan memanfaatkan cinta untuk tujuan politik. Saya akan bertemu dengan Anda di bidang itu, dan Tuan, cinta akan menang,” ucapnya.

Siapa Williamson? Mengapa orang-orang begitu tertarik kepadanya? Langsing, penuh gaya, dengan rambut hitam berkilau, kulit mulus dan senyum memikat, Williamson terlihat segar untuk wanita seumurannya.

Dia tepat berusia 67 tahun pada 8 Juli lalu. Dia adalah penulis dan guru spiritual beberapa artis ternama seperti Oprah Winfrey dan Cher. Menurut Amazon, tujuh dari 13 bukunya masuk daftar buku terlaris The New York Times dan empat lainnya mencapai nomor 1. Lebih dari tiga juta kopi telah terjual.

Bahkan, buku yang baru saja diterbitkannya, A Return to Love, baru-baru ini menyita perhatian ketika Oprah membeli 1.000 eksemplar dan mengatakan kepada pemirsa televisi jika dirinya mengalami 157 mukjizat setelah membacanya. Dikutip Vox, melalui siaran langsung yang disiarkan dari teater Beverly Hills pada Januari lalu, Williamson naik ke panggung dengan latar belakang bendera Amerika raksasa.

Dia mengatakan ingin mencalonkan diri sebagai presiden sebagai cara untuk melibatkan pemilih dalam percakapan yang lebih bermakna tentang Amerika, tentang sejarah mereka, tentang bagaimana mereka masing-masing bisa masuk ke dalamnya, dan bagaimana menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

“Tantangan nasional kita dalam tetapi percakapan politik kita dangkal. Kampanye saya adalah untuk orang-orang yang ingin menggali lebih dalam pertanyaan yang kita hadapi sebagai bangsa dan lebih dalam untuk menemukan jawabannya,” katanya. Dia mengatakan perjalanannya menerima pinangan capres adalah proses yang cukup panjang.

Dia mendapat ide ini sekitar Agustus 2017 dan mengumumkan pencalonannya pada Januari pada tahun ini, di atas panggung di Los Angeles. Dia membawa slogan “Mengubah Cinta Menjadi Kekuatan Politik” di kampanyenya. “Presiden bukan hanya seorang politisi, dia adalah sebuah fenomena.

Dan permainan politik orang dalam tidak akan mengalahkannya. Satu-satunya hal yang akan mengalahkan fenomena adalah fenomena lain, dan feno me na itu adalah kebangkitan rakyat Amerika, yang dimulai dengan kebangkitan di dalam hati, pikiran, dan kesadaran kita sendiri,” sebutnya. Menurut dia, masalah paling penting yang dihadapi Amerika adalah “pergeseran” dari demokrasi yang telah berlangsung selama 40 tahun.

“Donald Trump tidak menciptakan masalah. Ini masalah yang menciptakan Donald Trump,” ujarnya, dikutip The Guardian . Dia mengatakan, cinta sesama manusia, bukan rasa takut dan dominasi, harus memandu kebijakan luar negeri Amerika. Dalam setiap wawancara langsung, dia terlihat tenang dan meyakinkan ketimbang saat tampil di televisi atau di acara-acara lainnya.

Suaranya fasih dan pendapatnya dapat dipertimbangkan. Dia selalu antusias membicarakan kampanyenya karena dianggap brutal, sekaligus menggembirakan. “Aku pikir hal terbaik yang bisa kulakukan adalah menjadi diriku sendiri,” ujarnya. Beberapa rencana kebijakannya disebut sebagai renovasi dari sistem ekonomi sosiopat yang difokuskan pada maksimalisasi keuntungan jangka pendek.

Seperti mendukung Green New Deal , perguruan tinggi gratis, perlindungan untuk penangguhan terhadap anak usia dini, membuat jalan menuju kewarganegaraan bagi imigran tidak berdokumen, reformasi senjata, peningkatan dan amandemen Equal Rights.

Dia juga menginginkan versi medicare-for-all yang tidak menghilangkan rencana asuransi swasta. Dalam pidato pengumumannya, dia memperjelas upayanya untuk menjadi presiden adalah sebagai tanggapan langsung terhadap apa yang dia lihat sebagai “kebusukan spiritual dan moral” di Washington. “Ini akan menjadi upaya kreatif bersama, upaya cinta, hadiah cinta, untuk negara kita dan semoga bagi dunia kita,” katanya.

Terkenal di Hollywood
Williamson saat ini memang tengah jadi pembicaraan di dunia politik Amerika Serikat. Sejatinya Williamson bukanlah nama yang asing di publik Hollywood. Kesehariannya di kota memang bak selebritas. Dia bisa makan siang bersama Barbra Streisand dan Dawn Steel.

Dikutip Los Angeles Times, dia menjadi penasihat spiritual untuk Oprah dan Cher. Aktris senior Bette Midler bahkan menjadi penggemar utamanya. Gwyneth Paltrow, dalam wawancara podcast Goop dengan Williamson pada tahun lalu, menyebut Williamson sebagai “legendaris spiritual”.

Dia juga hadir di pernikahan mendiang Elizabeth Taylor dengan suaminya yang ketujuh Larry Fortensky di peternakan Neverland milik Michael Jackson pada 1991 silam. Saking terkenalnya, pada 1991 Vanity Fair menggambarkan Williamson dengan khas.

“Marianne Williamson tidak hanya guru saat ini di Hollywood dan sensasi yang berkembang di New York, tetapi juga juru bicara utama untuk fenomena religius yang membuat gelombang di seluruh negeri,” tulis Vanity Fair.

Banyak nama besar di industri hiburan ini yang juga membantunya mengumpulkan uang untuk proyek amalnya, Project Angel Food, yang diluncurkan pada 1989. Proyek amal ini memberikan lebih dari 300 makanan panas sehari kepada pasien AIDS yang tinggal di rumah di Los Angeles. (Susi Susanti)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1858 seconds (0.1#10.140)