Dibawah Pengawalan, Kapal China Dekati Garis Pantai Vietnam
A
A
A
HANOI - Data pelacakan kapal menunjukkan sebuah kapal survei China telah memperluas kegiatannya ke daerah yang lebih dekat dengan garis pantai Vietnam. Insiden ini terjadi di tengah ketegangan di Laut China Selatan dan setelah Amerika Serikat (AS) serta Australia menyatakan prihatin dengan tindakan China di jalur air yang disengketakan itu.
Kapal Haiyang Dizhi 8 pertama kali memasuki zona ekonomi eksklusif (EEZ) Vietnam awal bulan lalu di mana ia memulai survei seismik selama seminggu. Hal ini memicu ketegangan antara kapal militer dan penjaga pantai dari Vietnam dan China. (Baca juga: Kapal China Kembali Masuki Zona Ekonomi Eksklusif Vietnam )
"Kapal Cina terus mensurvei ZEE Vietnam pada hari Sabtu (24/8/2019) di bawah pengawalan dari setidaknya empat kapal dan sekitar 102 kilometer (63 mil) tenggara pulau Phu Quy Vietnam dan 185 kilometer (115 mil) dari pantai-pantai kota selatan Phan Thiet," menurut data dari Marine Traffic, situs web yang melacak pergerakan kapal.
"Kelompok kapal China diikuti oleh setidaknya dua kapal angkatan laut Vietnam," menurut data tersebut seperti dikutip dari Reuters.
Kementerian luar negeri Vietnam tidak segera menanggapi permintaan dari Reuters untuk memberikan komentar.
Luas sebuah ZEE suatu negara biasanya hingga 200 mil laut dari garis pantainya, menurut perjanjian laut internasional PBB. Menurut perjanjian tersebut negara itu memiliki hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya alam apa pun di dalam wilayah itu.
Vietnam dan China telah bertahun-tahun terlibat dalam perselisihan mengenai perairan yang berpotensi kaya energi dan jalur pelayaran yang sibuk di Laut China Selatan.
China secara sepihak mendeklarasikan "sembilan garis putus (nine dash line)" menandai bentangan luas Laut China Selatan berbentuk U, yang diklaimnya, termasuk petak besar landas kontinen Vietnam tempat ia memberikan konsesi minyak.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc dan mitranya dari Australia menyatakan keprihatinan mereka tentang kegiatan China di Laut China Selatan, yang dikenal di Vietnam sebagai Laut Timur.
Awal pekan ini, AS mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan campur tangan China dalam kegiatan minyak dan gas di perairan yang diklaim oleh Vietnam, dan bahwa penyebaran kapal adalah eskalasi oleh Beijing dalam upayanya untuk mengintimidasi penggugat lain yang keluar dari pengembangan sumber daya di Laut China Selatan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dalam menanggapi pernyataan AS, mengatakan Washington menabur perpecahan dan memiliki motif tersembunyi.
“Tujuannya adalah untuk membawa kekacauan pada situasi di Laut China Selatan dan merusak perdamaian serta stabilitas regional. China dengan tegas menentang hal ini,” kata Geng pada jumpa pers harian, Jumat kemarin.
Kapal Haiyang Dizhi 8 pertama kali memasuki zona ekonomi eksklusif (EEZ) Vietnam awal bulan lalu di mana ia memulai survei seismik selama seminggu. Hal ini memicu ketegangan antara kapal militer dan penjaga pantai dari Vietnam dan China. (Baca juga: Kapal China Kembali Masuki Zona Ekonomi Eksklusif Vietnam )
"Kapal Cina terus mensurvei ZEE Vietnam pada hari Sabtu (24/8/2019) di bawah pengawalan dari setidaknya empat kapal dan sekitar 102 kilometer (63 mil) tenggara pulau Phu Quy Vietnam dan 185 kilometer (115 mil) dari pantai-pantai kota selatan Phan Thiet," menurut data dari Marine Traffic, situs web yang melacak pergerakan kapal.
"Kelompok kapal China diikuti oleh setidaknya dua kapal angkatan laut Vietnam," menurut data tersebut seperti dikutip dari Reuters.
Kementerian luar negeri Vietnam tidak segera menanggapi permintaan dari Reuters untuk memberikan komentar.
Luas sebuah ZEE suatu negara biasanya hingga 200 mil laut dari garis pantainya, menurut perjanjian laut internasional PBB. Menurut perjanjian tersebut negara itu memiliki hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya alam apa pun di dalam wilayah itu.
Vietnam dan China telah bertahun-tahun terlibat dalam perselisihan mengenai perairan yang berpotensi kaya energi dan jalur pelayaran yang sibuk di Laut China Selatan.
China secara sepihak mendeklarasikan "sembilan garis putus (nine dash line)" menandai bentangan luas Laut China Selatan berbentuk U, yang diklaimnya, termasuk petak besar landas kontinen Vietnam tempat ia memberikan konsesi minyak.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc dan mitranya dari Australia menyatakan keprihatinan mereka tentang kegiatan China di Laut China Selatan, yang dikenal di Vietnam sebagai Laut Timur.
Awal pekan ini, AS mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan campur tangan China dalam kegiatan minyak dan gas di perairan yang diklaim oleh Vietnam, dan bahwa penyebaran kapal adalah eskalasi oleh Beijing dalam upayanya untuk mengintimidasi penggugat lain yang keluar dari pengembangan sumber daya di Laut China Selatan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dalam menanggapi pernyataan AS, mengatakan Washington menabur perpecahan dan memiliki motif tersembunyi.
“Tujuannya adalah untuk membawa kekacauan pada situasi di Laut China Selatan dan merusak perdamaian serta stabilitas regional. China dengan tegas menentang hal ini,” kata Geng pada jumpa pers harian, Jumat kemarin.
(ian)