Benny Wenda Ingin Papua Barat Merdeka dan Berdamai dengan Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Pemimpin Gerakan Serikat Pembebasan Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda, menginginkan Papua Barat menjadi negara merdeka yang hidup berdamai dengan Indonesia dan negara tetangga lainnya. Tokoh separatis yang tinggal di Inggris ini ikut menyoroti insiden di Surabaya yang memicu demo rusuh di sejumlah wilayah di Papua.
Wenda menyambut upaya untuk meredakan ketegangan. Namun, pernyataan perdamaian dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata dia, tidak cukup.
"Orang Papua tidak akan berhenti berjuang sampai kami mencapai kesetaraan, penentuan nasib sendiri dan referendum tentang kemerdekaan," katanya, dikutip The Guardian, Kamis (22/8/2019).
“Segala sesuatu yang kami perjuangkan adalah untuk kemerdekaan politik kami, dan kedaulatan kami, dan juga kami ingin menjalankan urusan kami sendiri. Itulah yang kami perjuangkan, dan untuk perdamaian, tidak ada lagi pembunuhan, tidak ada lagi pemerkosaan, kami ingin hidup damai dengan negara-negara tetangga kami seperti Australia, seperti Papua Nugini dan Indonesia," ujarnya.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian Australia, pemimpin ULMWP ini menyebut ada penindasan terhadap orang Papua Barat, termasuk melalui penangkapan sewenang-wenang dan operasi militer, serta kebijakan transmigrasi yang dia samakan dengan "genosida gerak lambat” terhadap orang Papua.
Wenda mengatakan insiden di Surabaya telah menyalakan api unggun rasisme, diskriminasi dan penyiksaan selama hampir 60 tahun terhadap orang-orang Papua Barat.
"Saya sendiri diludahi oleh seorang siswi Indonesia di sekolah menengah atas, hanya karena warna kulit saya. Setiap orang Papua memiliki kisah serupa untuk diceritakan. Peristiwa seperti ini menunjukkan mengapa kami telah berjuang untuk referendum kemerdekaan selama beberapa dekade," kata Wenda.
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk mengerahkan sekitar 1.000 pasukan militer dan polisi ke wilayah Papua setelah demo meluas di wilayah tersebut. Layanan internet di wilayah itu juga diperlambat untuk mempercepat proses pemulihan keamanan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam); Wiranto, mengunjungi Papua pada Rabu malam dalam upaya untuk meredam ketegangan. Sedangkan Presiden Jokowi dijadwalkan berkunjung pada minggu depan.
Wenda menyambut upaya untuk meredakan ketegangan. Namun, pernyataan perdamaian dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata dia, tidak cukup.
"Orang Papua tidak akan berhenti berjuang sampai kami mencapai kesetaraan, penentuan nasib sendiri dan referendum tentang kemerdekaan," katanya, dikutip The Guardian, Kamis (22/8/2019).
“Segala sesuatu yang kami perjuangkan adalah untuk kemerdekaan politik kami, dan kedaulatan kami, dan juga kami ingin menjalankan urusan kami sendiri. Itulah yang kami perjuangkan, dan untuk perdamaian, tidak ada lagi pembunuhan, tidak ada lagi pemerkosaan, kami ingin hidup damai dengan negara-negara tetangga kami seperti Australia, seperti Papua Nugini dan Indonesia," ujarnya.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian Australia, pemimpin ULMWP ini menyebut ada penindasan terhadap orang Papua Barat, termasuk melalui penangkapan sewenang-wenang dan operasi militer, serta kebijakan transmigrasi yang dia samakan dengan "genosida gerak lambat” terhadap orang Papua.
Wenda mengatakan insiden di Surabaya telah menyalakan api unggun rasisme, diskriminasi dan penyiksaan selama hampir 60 tahun terhadap orang-orang Papua Barat.
"Saya sendiri diludahi oleh seorang siswi Indonesia di sekolah menengah atas, hanya karena warna kulit saya. Setiap orang Papua memiliki kisah serupa untuk diceritakan. Peristiwa seperti ini menunjukkan mengapa kami telah berjuang untuk referendum kemerdekaan selama beberapa dekade," kata Wenda.
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk mengerahkan sekitar 1.000 pasukan militer dan polisi ke wilayah Papua setelah demo meluas di wilayah tersebut. Layanan internet di wilayah itu juga diperlambat untuk mempercepat proses pemulihan keamanan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam); Wiranto, mengunjungi Papua pada Rabu malam dalam upaya untuk meredam ketegangan. Sedangkan Presiden Jokowi dijadwalkan berkunjung pada minggu depan.
(mas)