Myanmar dan Bangladesh Sepakati Pemulangan Pengungsi Rohingya
A
A
A
YANGON - Myanmar dan Bangladesh akan memulai upaya baru untuk memulangkan ribuan etnis Muslim Rohingya pada pekan depan. Satu tahun silam, ribuan etnis Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar, karena menjadi sasaran aksi kekerasan.
"Kami telah sepakat untuk memulangkan 3.540 orang pada 22 Agustus," ujar Myint Thu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Myanmar, kepada Reuters melalui telepon, Kamis (15/8).
Sementara seorang pejabat senior Bangladesh mengatakan kepada Reuters, upaya baru itu adalah rencana pemulangan "skala kecil". Menurutnya, tidak ada pengunsi Rohingya yang akan dipaksa untuk kembali ke Myanmar.
"Bangladesh tidak menginginkan apa pun selain repatriasi yang aman, sukarela, bermartabat, dan berkelanjutan," kata pejabat itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara dengan media.
Lebih dari 730.000 etnis Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke negara tetangga Bangladesh setelah tindakan keras yang dipimpin militer pada Agustus 2017. Sebanyak 3.540 pengungsi telah disetujui untuk kembali ke kampung halaman mereka oleh pemerintah Myanmar. Kelompok pengungsi pertama akan kembali ke Myanmar pekan depan, telah setuju untuk kembali ke rumah mereka.
Upaya sebelumnya untuk membujuk pengungsi Rohingya untuk kembali ke Rakhine telah gagal karena ditentang oleh para pengungsi. Sebuah upaya pemulangan di bulan November menebarkan ketakutan dan kebingungan di kamp-kamp, dan akhirnya gagal setelah munculnya protes dari para pengungsi.
Mohammed Eleyas, seorang aktivis Rohingya dengan Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia, mengatakan para pengungsi belum diajak berkonsultasi tentang proses tersebut. “Myanmar harus menyetujui tuntutan utama masyarakat sebelum repatriasi dimulai,” katanya.
"Kami telah sepakat untuk memulangkan 3.540 orang pada 22 Agustus," ujar Myint Thu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Myanmar, kepada Reuters melalui telepon, Kamis (15/8).
Sementara seorang pejabat senior Bangladesh mengatakan kepada Reuters, upaya baru itu adalah rencana pemulangan "skala kecil". Menurutnya, tidak ada pengunsi Rohingya yang akan dipaksa untuk kembali ke Myanmar.
"Bangladesh tidak menginginkan apa pun selain repatriasi yang aman, sukarela, bermartabat, dan berkelanjutan," kata pejabat itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara dengan media.
Lebih dari 730.000 etnis Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke negara tetangga Bangladesh setelah tindakan keras yang dipimpin militer pada Agustus 2017. Sebanyak 3.540 pengungsi telah disetujui untuk kembali ke kampung halaman mereka oleh pemerintah Myanmar. Kelompok pengungsi pertama akan kembali ke Myanmar pekan depan, telah setuju untuk kembali ke rumah mereka.
Upaya sebelumnya untuk membujuk pengungsi Rohingya untuk kembali ke Rakhine telah gagal karena ditentang oleh para pengungsi. Sebuah upaya pemulangan di bulan November menebarkan ketakutan dan kebingungan di kamp-kamp, dan akhirnya gagal setelah munculnya protes dari para pengungsi.
Mohammed Eleyas, seorang aktivis Rohingya dengan Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia, mengatakan para pengungsi belum diajak berkonsultasi tentang proses tersebut. “Myanmar harus menyetujui tuntutan utama masyarakat sebelum repatriasi dimulai,” katanya.
(esn)