Serukan Khamenei Mengundurkan Diri, 10 Aktivis Iran Ditangkap
A
A
A
TEHERAN - Setidaknya 10 aktivis politik Iran telah ditangkap di kota Mashhad setelah menyerukan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk mengundurkan diri dari posisinya. Seruan itu dibuat dalam sebuah surat terbuka Juni lalu.
Seorang aktivis, Kamal Jafari Yazdi, kepada Radio Farda, mengaku melihat sekitar 10 aktivis yang ditangkap tiba di pengadilan Mashhad pada hari Minggu untuk diadili.
Yazdi, yang saat ini masih terlibat dalam pertempuran hukum dengan pemerintah Republik Islam Iran, menghadapi hukuman 13 tahun karena juga berpartisipasi dalam surat terbuka serupa.
"Berdasarkan amandemen konstitusi baru-baru ini, tidak ada ruang untuk keraguan bahwa presiden dan anggota parlemen hanyalah kepala pelayan pemimpin tertinggi," bunyi surat aktivis itu.
"Orang-orang, yang dirampas haknya untuk memilih tokoh-tokoh yang telah membawa kejayaan bagi negara mereka, hanya boleh memilih orang-orang yang bermain langsung ke tangan Vali Faqih (Perwalian Ahli Hukum Islam, Ayatollah Khamenei)," lanjut surat tersebut yang dikutip Jerusalem Post, Senin (12/8/2019).
"Selama tahun-tahun yang sangat berbahaya dan merusak ini, para pecinta Iran telah berulang kali berusaha dengan cara-cara ramah dan sipil untuk mencegah para pemimpin Republik Islam, khususnya Ayatollah Khamenei, dari mengikuti penyimpangan destruktif mereka," sambung surat terbuka Yazdi.
"Sayangnya, rezim telah memenjarakan patriot dengan cara yang memalukan, dan entah (mungkin) membunuh (mereka) atau memaksa mereka menanggung banyak penderitaan di balik jeruji besi."
Yazdi ditangkap pada Agustus 2018; dan hukumannya dijatuhkan pada bulan April tahun ini.
Para aktivis lainnya ditangkap ketika memprotes di luar pengadilan Mashhad untuk mendukung Yazdi.
"Sebelumnya, Reza Mehregan, anggota lain dari kelompok 14 aktivis pertama yang menyerukan pengunduran diri Khamenei, mengatakan kepada wartawan bahwa dia diserang oleh tiga pria," bunyi laporan Radio Farda.
"Mohammad Hossein Sepehri, penandatangan surat yang lainnya untuk Khamenei, juga mengatakan bahwa seseorang mendobrak rumahnya dan menyerangnya dengan pisau, tetapi polisi menolak datang untuk menyelamatkannya. Laporan media sosial juga mengatakan bahwa Javad La'l Mohammadi, seorang guru yang ditangkap pada hari Minggu, sebelumnya menerima ancaman pembunuhan melalui telepon."
Para pejabat Iran belum menanggapi laporan penangkapan para aktivis politik. Kantor berita Fars yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa para aktivis datang dari kota-kota di seluruh Iran untuk mengambil bagian dalam protes.
Media itu menyebut para aktivis sebagai pembangkang yang mengganggu keamanan dan berhubungan dengan kelompok-kelompok yang mendukung perubahan rezim.
Stasiun televisi pemerintah Iran mengonfirmasi penangkapan para aktivis dan tuduhan itu. Menurut stasiun televisi tersebut, mereka yang ditangkap adalah anggota jaringan yang mendukung perubahan rezim di Iran dan mereka telah ditahan.
Seruan-seruan pengunduran diri Khamenei tidak jarang terjadi di Republik Islam Iran.
Dalam perkembangan terkait, 14 aktivis hak-hak perempuan Iran menulis surat terbuka pada minggu lalu untuk Khamenei yang meminta dia mengundurkan diri dari jabatannya setelah memegang jabatan selama 20 tahun. Mereka menulis bahwa negara perlu mengalami perubahan politik.
"Kami, 14 aktivis hak-hak sipil dan hak-hak perempuan, bertekad untuk melanjutkan pertempuran kami sampai kemenangan melalui langkah-langkah sipil dan tanpa kekerasan," bunyi pernyataan mereka. "Seperti pionir (pejuang kemerdekaan tanpa kekerasan) lain, kami melanjutkan dengan meneriakkan 'tidak pada republik Islam'," lanjut pernyataan tersebut.
"Empat dekade teokrasi ini telah menghilangkan hak-hak setengah dari negara," imbuh para aktivis itu. Mereka minta agar orang-orang Iran bergabung dengan mereka dalam protes damai dan tanpa kekerasan untuk membangun konstitusi baru guna memberantas "sistem anti-wanita" di negara para Mullah tersebut.
Seorang aktivis, Kamal Jafari Yazdi, kepada Radio Farda, mengaku melihat sekitar 10 aktivis yang ditangkap tiba di pengadilan Mashhad pada hari Minggu untuk diadili.
Yazdi, yang saat ini masih terlibat dalam pertempuran hukum dengan pemerintah Republik Islam Iran, menghadapi hukuman 13 tahun karena juga berpartisipasi dalam surat terbuka serupa.
"Berdasarkan amandemen konstitusi baru-baru ini, tidak ada ruang untuk keraguan bahwa presiden dan anggota parlemen hanyalah kepala pelayan pemimpin tertinggi," bunyi surat aktivis itu.
"Orang-orang, yang dirampas haknya untuk memilih tokoh-tokoh yang telah membawa kejayaan bagi negara mereka, hanya boleh memilih orang-orang yang bermain langsung ke tangan Vali Faqih (Perwalian Ahli Hukum Islam, Ayatollah Khamenei)," lanjut surat tersebut yang dikutip Jerusalem Post, Senin (12/8/2019).
"Selama tahun-tahun yang sangat berbahaya dan merusak ini, para pecinta Iran telah berulang kali berusaha dengan cara-cara ramah dan sipil untuk mencegah para pemimpin Republik Islam, khususnya Ayatollah Khamenei, dari mengikuti penyimpangan destruktif mereka," sambung surat terbuka Yazdi.
"Sayangnya, rezim telah memenjarakan patriot dengan cara yang memalukan, dan entah (mungkin) membunuh (mereka) atau memaksa mereka menanggung banyak penderitaan di balik jeruji besi."
Yazdi ditangkap pada Agustus 2018; dan hukumannya dijatuhkan pada bulan April tahun ini.
Para aktivis lainnya ditangkap ketika memprotes di luar pengadilan Mashhad untuk mendukung Yazdi.
"Sebelumnya, Reza Mehregan, anggota lain dari kelompok 14 aktivis pertama yang menyerukan pengunduran diri Khamenei, mengatakan kepada wartawan bahwa dia diserang oleh tiga pria," bunyi laporan Radio Farda.
"Mohammad Hossein Sepehri, penandatangan surat yang lainnya untuk Khamenei, juga mengatakan bahwa seseorang mendobrak rumahnya dan menyerangnya dengan pisau, tetapi polisi menolak datang untuk menyelamatkannya. Laporan media sosial juga mengatakan bahwa Javad La'l Mohammadi, seorang guru yang ditangkap pada hari Minggu, sebelumnya menerima ancaman pembunuhan melalui telepon."
Para pejabat Iran belum menanggapi laporan penangkapan para aktivis politik. Kantor berita Fars yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa para aktivis datang dari kota-kota di seluruh Iran untuk mengambil bagian dalam protes.
Media itu menyebut para aktivis sebagai pembangkang yang mengganggu keamanan dan berhubungan dengan kelompok-kelompok yang mendukung perubahan rezim.
Stasiun televisi pemerintah Iran mengonfirmasi penangkapan para aktivis dan tuduhan itu. Menurut stasiun televisi tersebut, mereka yang ditangkap adalah anggota jaringan yang mendukung perubahan rezim di Iran dan mereka telah ditahan.
Seruan-seruan pengunduran diri Khamenei tidak jarang terjadi di Republik Islam Iran.
Dalam perkembangan terkait, 14 aktivis hak-hak perempuan Iran menulis surat terbuka pada minggu lalu untuk Khamenei yang meminta dia mengundurkan diri dari jabatannya setelah memegang jabatan selama 20 tahun. Mereka menulis bahwa negara perlu mengalami perubahan politik.
"Kami, 14 aktivis hak-hak sipil dan hak-hak perempuan, bertekad untuk melanjutkan pertempuran kami sampai kemenangan melalui langkah-langkah sipil dan tanpa kekerasan," bunyi pernyataan mereka. "Seperti pionir (pejuang kemerdekaan tanpa kekerasan) lain, kami melanjutkan dengan meneriakkan 'tidak pada republik Islam'," lanjut pernyataan tersebut.
"Empat dekade teokrasi ini telah menghilangkan hak-hak setengah dari negara," imbuh para aktivis itu. Mereka minta agar orang-orang Iran bergabung dengan mereka dalam protes damai dan tanpa kekerasan untuk membangun konstitusi baru guna memberantas "sistem anti-wanita" di negara para Mullah tersebut.
(mas)