Menteri Pertahanan AS Sambangi Korea Selatan
A
A
A
SEOUL - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper, mengunjungi Korea Selatan (Korsel) sebagai bagian dari perjalanan internasional pertamanya sejak diangkat. Tiba di Korsel pada Kamis malam, Esper dihadapi pada serangkaian permasalahan mulai dari ketegangan antara Seoul dan Tokyo, hingga berapa banyak biaya yang harus dibayar Korsel untuk pasukan AS yang ditempatkan di sana.
Selama di Korsel, Esper dijadwalkan akan bertemu dengan para pemimpin senior Korsel pada Jumat (9/8/2019). Jika permasalahan dua negara sekutu AS timbul dalam pertemuannya di Seoul, Esper kemungkinan akan mengulangi pernyataannya bahwa Korsel dan Jepang harus mengurangi ketegangan dan fokus pada tantangan yang dimunculkan oleh Korea Utara (Korut) dan China seperti dikutip dari Reuters.
Korsel mengatakan sedang menjajaki semua opsi dalam sengketa perdagangan sengit dengan Jepang, termasuk membatalkan pakta berbagi intelijen.
Perjanjian tersebut, Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer (GSOMIA), memfasilitasi pertemuan intelijen tiga arah dengan Washington, yang sangat penting dalam menangkal ancaman nuklir dan rudal Korut. Kesepakatan ini diperpanjang secara otomatis setiap tahun pada 24 Agustus.
Esper tiba di Seoul sehari setelah Presiden Donald Trump mengatakan Korsel setuju untuk membayar lebih banyak untuk menanggung biaya yang dibutuhkan untuk penempatan 28.500 tentara AS di Korsel dan bahwa pembicaraan sedang dilakukan untuk membahas masalah ini. (Baca juga: Trump: Korsel Bayar Rp14 Triliun ke AS untuk Melindunginya dari Korut )
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa negosiasi belum dimulai.
Selain itu kunjungan ini terjadi setelah Korut melakukan serangkaian uji coba rudal baru-baru ini.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan pada hari Kamis bahwa Menteri Pertahanan Korsel Jeong Kyeong-doo dan Esper akan membahas sejumlah masalah, termasuk situasi keamanan di semenanjung Korea, mengoordinasikan kebijakan untuk mendorong denuklirisasi dan perdamaian abadi, dan membahas aliansi kunci masalah.
Pada hari Selasa, Esper mengatakan AS tidak akan bereaksi berlebihan terhadap peluncuran rudal jarak pendek Korut dan akan membuka pintu untuk pembicaraan dengan Pyongyang. Ia juga menambahkan bahwa, meskipun ada keluhan dari Korut, tidak ada rencana untuk mengubah latihan militer bersama di masa depan dengan Seoul.
Korsel adalah perhentian terakhir Esper dalam perjalanan yang juga termasuk kunjungan ke Australia, Jepang, dan Mongolia.
Selama di Korsel, Esper dijadwalkan akan bertemu dengan para pemimpin senior Korsel pada Jumat (9/8/2019). Jika permasalahan dua negara sekutu AS timbul dalam pertemuannya di Seoul, Esper kemungkinan akan mengulangi pernyataannya bahwa Korsel dan Jepang harus mengurangi ketegangan dan fokus pada tantangan yang dimunculkan oleh Korea Utara (Korut) dan China seperti dikutip dari Reuters.
Korsel mengatakan sedang menjajaki semua opsi dalam sengketa perdagangan sengit dengan Jepang, termasuk membatalkan pakta berbagi intelijen.
Perjanjian tersebut, Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer (GSOMIA), memfasilitasi pertemuan intelijen tiga arah dengan Washington, yang sangat penting dalam menangkal ancaman nuklir dan rudal Korut. Kesepakatan ini diperpanjang secara otomatis setiap tahun pada 24 Agustus.
Esper tiba di Seoul sehari setelah Presiden Donald Trump mengatakan Korsel setuju untuk membayar lebih banyak untuk menanggung biaya yang dibutuhkan untuk penempatan 28.500 tentara AS di Korsel dan bahwa pembicaraan sedang dilakukan untuk membahas masalah ini. (Baca juga: Trump: Korsel Bayar Rp14 Triliun ke AS untuk Melindunginya dari Korut )
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa negosiasi belum dimulai.
Selain itu kunjungan ini terjadi setelah Korut melakukan serangkaian uji coba rudal baru-baru ini.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan pada hari Kamis bahwa Menteri Pertahanan Korsel Jeong Kyeong-doo dan Esper akan membahas sejumlah masalah, termasuk situasi keamanan di semenanjung Korea, mengoordinasikan kebijakan untuk mendorong denuklirisasi dan perdamaian abadi, dan membahas aliansi kunci masalah.
Pada hari Selasa, Esper mengatakan AS tidak akan bereaksi berlebihan terhadap peluncuran rudal jarak pendek Korut dan akan membuka pintu untuk pembicaraan dengan Pyongyang. Ia juga menambahkan bahwa, meskipun ada keluhan dari Korut, tidak ada rencana untuk mengubah latihan militer bersama di masa depan dengan Seoul.
Korsel adalah perhentian terakhir Esper dalam perjalanan yang juga termasuk kunjungan ke Australia, Jepang, dan Mongolia.
(ian)