Bus Lindas Bom, 34 Warga Afghanistan Tewas
A
A
A
HERAT - Setidaknya 34 orang tewas setelah bus yang mereka tumpangi melindas sebuah bom yang ditanam di pinggir jalan. Insiden mematikan ini terjadi di jalan raya utama di provinsi Farah, sebelah barat Afghanistan, Rabu (31/7) pagi waktu setempat.
Menurut pihak berwenang setempat, sebagian besar korban adalah kaum wanita dan anak-anak. "Sebuah bus penumpang yang melintas di jalan raya Kandahar-Herat melindas sebuah bom pinggir jalan. Bom ini diyakini milik Taliban. Insiden ini menewaskan 34 orang tak bersalah dan melukai 17 lainnya," kata Muhibullah Muhib, juru bicara polisi untuk provinsi Farah, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Sementara Sediq Sediqqi, seorang juru bicara kepresidenan Afghanistan, mengkonfirmasi jumlah korban. Ia juga menyalahkan insiden pada Taliban. Sedangkan Nasrat Rahim, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, menyebut ledakan itu sebagai "tindakan biadab para teroris".
Hingga kini belum ada pernyataan dari Taliban soal tuduhan bahwa mereka berada di balik ledakan itu. Taliban, yang telah bangkit kembali sejak rezimnya digulingkan oleh invasi militer Amerika Serikat pada tahun 2001, telah berjanji untuk mengurangi korban sipil.
Dalam kurun 18 tahun terakhir sejak invasi AS ke Afghanistan, warga sipil selalu menjadi korban terbanyak. Meski demikian, awal pekan ini, PBB merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah korban di paruh pertama tahun 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Menurut pihak berwenang setempat, sebagian besar korban adalah kaum wanita dan anak-anak. "Sebuah bus penumpang yang melintas di jalan raya Kandahar-Herat melindas sebuah bom pinggir jalan. Bom ini diyakini milik Taliban. Insiden ini menewaskan 34 orang tak bersalah dan melukai 17 lainnya," kata Muhibullah Muhib, juru bicara polisi untuk provinsi Farah, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Sementara Sediq Sediqqi, seorang juru bicara kepresidenan Afghanistan, mengkonfirmasi jumlah korban. Ia juga menyalahkan insiden pada Taliban. Sedangkan Nasrat Rahim, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, menyebut ledakan itu sebagai "tindakan biadab para teroris".
Hingga kini belum ada pernyataan dari Taliban soal tuduhan bahwa mereka berada di balik ledakan itu. Taliban, yang telah bangkit kembali sejak rezimnya digulingkan oleh invasi militer Amerika Serikat pada tahun 2001, telah berjanji untuk mengurangi korban sipil.
Dalam kurun 18 tahun terakhir sejak invasi AS ke Afghanistan, warga sipil selalu menjadi korban terbanyak. Meski demikian, awal pekan ini, PBB merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah korban di paruh pertama tahun 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu.
(esn)