Latihan Keamanan Siber, Militer AS dan Indonesia 'Berburu Ancaman'
A
A
A
JAKARTA - Militer Amerika Serikat (AS) dan militer Indonesia yang mencakup Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut menyelesaikan latihan keamanan siber Information System and Technology Exchange (ISTX) atau Pertukaran Sistem Informasi dan Teknologi. Selama latihan itu militer kedua negara bertukar informasi untuk "berburu ancaman" keamanan siber.
ISTX digelar di Jakarta dan upacara penutupan berlangsung 26 Juli lalu. Kegiatan militer gabungan ini sudah memasuki tahun ketiga.
Latihan itu diatur di bawah Program Kemitraan Negara Garda Nasional Hawaii dan merupakan salah satu dari sekitar 22 latihan tahunan antara kedua negara.
"ISTX adalah salah satu inisiatif terbaru, dan bertujuan untuk berbagi praktik terbaik, membantu pengembangan doktrin keamanan siber, dan meningkatkan kemampuan keamanan siber untuk secara efektif mempertahankan dan melindungi infrastruktur informasi siber kritis dari virus jahat dan intrusi siber," kata Kapten Angkatan Darat Marco Hartanto, Direktur Program Kemitraan Negara Bagian (SPP) Hawaii, yang dikutip SINDOnews.com dari situs resmi Angkatan Darat AS, Selasa (30/7/2019).
Tahun ini, latihan tersebut beralih dari teori ke taktik dan berbasis pondasi, dengan tema utamanya soal forensik dunia maya atau perburuan ancaman keamanan siber.
Dengan cara ini, ISTX memiliki dua manfaat. Pertama, ini memberikan pengalaman dan pelatihan untuk dunia dengan masalah global.
"Keamanan dunia maya telah menjadi sangat penting bagi kedua pemerintah, bagi militer dan secara keseluruhan bagi masyarakat," kata Staf Garda Nasional Udara Hawaii Sersan Marc Masuno, pakar materi pelajaran ISTX.
"ISTX diciptakan untuk meningkatkan kemampuan (AS dan Indonesia) dalam hal keamanan siber dan teknologi informasi, dan karenanya ini diciptakan sebagai mekanisme untuk berkolaborasi dan berbagi keahlian dan pengetahuan dengan kedua negara," ujarnya.
Manfaat kedua, ketika negara-negara bereaksi terhadap masalah keamanan siber seperti malware dan ransomware, kolaborasi tersebut memenuhi tujuan dari visi masa depan Biro Garda Nasional yang tentatif.
Menurut Hartanto, berbagi informasi jenis ini sangat penting. Masuno mengamini pendapat tersebut.
"Sangat menggembirakan dan menginspirasi untuk melihat mereka membangun kemampuan dan juga sangat bersedia untuk berbagi informasi serta mengajukan pertanyaan. Ini memberi saya banyak kegembiraan dan harapan sehubungan dengan lanskap keamanan siber secara keseluruhan di seluruh dunia," kata Masuno. "Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama dan semakin kita mampu membangun pertahanan kita, semakin baik lanskap global secara keseluruhan."
ISTX digelar di Jakarta dan upacara penutupan berlangsung 26 Juli lalu. Kegiatan militer gabungan ini sudah memasuki tahun ketiga.
Latihan itu diatur di bawah Program Kemitraan Negara Garda Nasional Hawaii dan merupakan salah satu dari sekitar 22 latihan tahunan antara kedua negara.
"ISTX adalah salah satu inisiatif terbaru, dan bertujuan untuk berbagi praktik terbaik, membantu pengembangan doktrin keamanan siber, dan meningkatkan kemampuan keamanan siber untuk secara efektif mempertahankan dan melindungi infrastruktur informasi siber kritis dari virus jahat dan intrusi siber," kata Kapten Angkatan Darat Marco Hartanto, Direktur Program Kemitraan Negara Bagian (SPP) Hawaii, yang dikutip SINDOnews.com dari situs resmi Angkatan Darat AS, Selasa (30/7/2019).
Tahun ini, latihan tersebut beralih dari teori ke taktik dan berbasis pondasi, dengan tema utamanya soal forensik dunia maya atau perburuan ancaman keamanan siber.
Dengan cara ini, ISTX memiliki dua manfaat. Pertama, ini memberikan pengalaman dan pelatihan untuk dunia dengan masalah global.
"Keamanan dunia maya telah menjadi sangat penting bagi kedua pemerintah, bagi militer dan secara keseluruhan bagi masyarakat," kata Staf Garda Nasional Udara Hawaii Sersan Marc Masuno, pakar materi pelajaran ISTX.
"ISTX diciptakan untuk meningkatkan kemampuan (AS dan Indonesia) dalam hal keamanan siber dan teknologi informasi, dan karenanya ini diciptakan sebagai mekanisme untuk berkolaborasi dan berbagi keahlian dan pengetahuan dengan kedua negara," ujarnya.
Manfaat kedua, ketika negara-negara bereaksi terhadap masalah keamanan siber seperti malware dan ransomware, kolaborasi tersebut memenuhi tujuan dari visi masa depan Biro Garda Nasional yang tentatif.
Menurut Hartanto, berbagi informasi jenis ini sangat penting. Masuno mengamini pendapat tersebut.
"Sangat menggembirakan dan menginspirasi untuk melihat mereka membangun kemampuan dan juga sangat bersedia untuk berbagi informasi serta mengajukan pertanyaan. Ini memberi saya banyak kegembiraan dan harapan sehubungan dengan lanskap keamanan siber secara keseluruhan di seluruh dunia," kata Masuno. "Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama dan semakin kita mampu membangun pertahanan kita, semakin baik lanskap global secara keseluruhan."
(mas)