Israel Jadi Salah Satu Pembunuh Anak Terbesar Dunia
A
A
A
NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menempatkan Israel sebagai salah satu negara yang masuk daftar hitam pembunuh anak terbesar di dunia. Laporan yang dikeluarkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ini merupakan data kematian anak sepanjang tahun 2018.
Menurut laporan tersebut, sepanjang tahun lalu Israel membunuh 59 anak Palestina. Laporan Guterres disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat waktu New York.
Laporan itu menyebutkan bahwa korban anak-anak Palestina disebabkan oleh Israel, terutama militernya. Angka kematian anak tahun 2018 itu merupakan yang tertinggi selama empat tahun terakhir.
Selain 59 anak Palestina terbunuh, laporan Gutteres juga menyatakan 2.756 anak lainnya terluka.
Guterres mendesak Israel untuk segera menerapkan tindakan pencegahan dan perlindungan untuk mengakhiri penggunaan kekuatan yang berlebihan.
"Saya mengutuk meningkatnya jumlah korban anak-anak, yang seringkali merupakan akibat dari serangan di daerah-daerah padat penduduk dan terhadap infrastruktur sipil, termasuk sekolah dan rumah sakit," kata Guterres dalam laporannya.
Laporan disusun oleh Utusan PBB untuk Anak-Anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, dan diterbitkan atas nama Guterres.
Mengutip Reuters, Minggu (28/7/2019), laporan Guterres tidak menyebabkan mereka yang terdaftar untuk bertindak; namun, hal itu memalukan pihak-pihak yang terlibat konflik dengan harapan mendorong mereka untuk berhenti membunuh anak-anak.
Para diplomat PBB mengatakan Israel telah memberikan tekanan, dalam beberapa tahun terakhir, dalam upaya untuk menjauhi daftar hitam PBB, tetapi tidak berhasil.
Lebih lanjut, laporan Guterres menyoroti Afghanistan dengan 3.062 anak-anak terbunuh serta terluka. Selanjutnya, Suriah sebagai tempat serangan udara, bom barel, dan amunisi cluster yang mengakibatkan 1.854 anak jadi korban tewas dan luka.
Kemudian, Yaman di mana pertempuran antara Koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dengan pemberontak Houthi telah menyebabkan lebih dari 1.100 anak jadi korban tewas dan luka.
Menurut laporan tersebut, sepanjang tahun lalu Israel membunuh 59 anak Palestina. Laporan Guterres disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat waktu New York.
Laporan itu menyebutkan bahwa korban anak-anak Palestina disebabkan oleh Israel, terutama militernya. Angka kematian anak tahun 2018 itu merupakan yang tertinggi selama empat tahun terakhir.
Selain 59 anak Palestina terbunuh, laporan Gutteres juga menyatakan 2.756 anak lainnya terluka.
Guterres mendesak Israel untuk segera menerapkan tindakan pencegahan dan perlindungan untuk mengakhiri penggunaan kekuatan yang berlebihan.
"Saya mengutuk meningkatnya jumlah korban anak-anak, yang seringkali merupakan akibat dari serangan di daerah-daerah padat penduduk dan terhadap infrastruktur sipil, termasuk sekolah dan rumah sakit," kata Guterres dalam laporannya.
Laporan disusun oleh Utusan PBB untuk Anak-Anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, dan diterbitkan atas nama Guterres.
Mengutip Reuters, Minggu (28/7/2019), laporan Guterres tidak menyebabkan mereka yang terdaftar untuk bertindak; namun, hal itu memalukan pihak-pihak yang terlibat konflik dengan harapan mendorong mereka untuk berhenti membunuh anak-anak.
Para diplomat PBB mengatakan Israel telah memberikan tekanan, dalam beberapa tahun terakhir, dalam upaya untuk menjauhi daftar hitam PBB, tetapi tidak berhasil.
Lebih lanjut, laporan Guterres menyoroti Afghanistan dengan 3.062 anak-anak terbunuh serta terluka. Selanjutnya, Suriah sebagai tempat serangan udara, bom barel, dan amunisi cluster yang mengakibatkan 1.854 anak jadi korban tewas dan luka.
Kemudian, Yaman di mana pertempuran antara Koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dengan pemberontak Houthi telah menyebabkan lebih dari 1.100 anak jadi korban tewas dan luka.
(mas)