RI-UEA Sepakat Tingkatkan Upaya Promosikan Islam Cinta Damai
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) sepakat untuk terus bekerjasama dalam mempromosikan Islam moderat dan menyebarkan pesan penuh damai dan kasih sayang. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara Presiden Indonesia, Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan.
"Sebagai bagian dari umat Islam, Indonesia dan UEA berkomitmen untuk bekerja sama dalam mempromosikan moderasi Islam dan menyebarkan pesan perdamaian, kasih sayang, dan toleransi, untuk menghadirkan makna Islam yang sebenarnya sebagai rahmatan lil alamin," bunyi pernyataan bersama keduanya, seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (24/7).
Menurut pernyataan bersama itu, keduanya juga juga berkomitmen untuk mempromosikan keanekaragaman dan pluralitas, di tengah meningkatnya intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme.
"Presiden Joko Widodo memuji Pemerintah UEA atas tekad untuk menetapkan UEA sebagai modal global untuk toleransi, melalui upaya kelembagaan berkelanjutan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, dialog, koeksistensi dan keterbukaan dalam masyarakatnya, yang ditandakan dalam proklamasi tahun 2019 sebagai Tahun Toleransi," ungkapnya.
Sementara itu, menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, keduanya juga sepakat untuk terus meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Dia mengatakan, kedua pemimpin menyaksikan pertukaran nota kesepahaman, di mana setidaknya ada sembilan nota kesepahaman yang diteken.
“Yaitu peningkatan perlindungan investasi. Kedua, penghindaran pajak berganda. Ketiga, industri. Keempat, kepabeanan. Kelima, pariwisata. Keenam, kelautan dan perikanan. Ketujuh, pertahanan. Kedelapan, kekonsuleran. Kesembilan adalah kebudayaan,” ucap Retno.
Selain itu, ada tiga nota kesepahaman antara entitas bisnis atau biasa dikenal dengan istilah business to business (B2B). Ketiga nota kesepahaman tersebut menurut Retno yaitu pertama, antara Pertamina dan ADNOC untuk pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Kedua, antara PT Chandra Asri dan Mubadala untuk proyek New Naphta Cracker and Petrochemical Complex. Ketiga, antara PT Maspion Indonesia dengan DP World Asia mengenai pengembangan terminal peti kemas dan kawasan industri di Jawa Timur.
"Sebagai bagian dari umat Islam, Indonesia dan UEA berkomitmen untuk bekerja sama dalam mempromosikan moderasi Islam dan menyebarkan pesan perdamaian, kasih sayang, dan toleransi, untuk menghadirkan makna Islam yang sebenarnya sebagai rahmatan lil alamin," bunyi pernyataan bersama keduanya, seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (24/7).
Menurut pernyataan bersama itu, keduanya juga juga berkomitmen untuk mempromosikan keanekaragaman dan pluralitas, di tengah meningkatnya intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme.
"Presiden Joko Widodo memuji Pemerintah UEA atas tekad untuk menetapkan UEA sebagai modal global untuk toleransi, melalui upaya kelembagaan berkelanjutan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, dialog, koeksistensi dan keterbukaan dalam masyarakatnya, yang ditandakan dalam proklamasi tahun 2019 sebagai Tahun Toleransi," ungkapnya.
Sementara itu, menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, keduanya juga sepakat untuk terus meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Dia mengatakan, kedua pemimpin menyaksikan pertukaran nota kesepahaman, di mana setidaknya ada sembilan nota kesepahaman yang diteken.
“Yaitu peningkatan perlindungan investasi. Kedua, penghindaran pajak berganda. Ketiga, industri. Keempat, kepabeanan. Kelima, pariwisata. Keenam, kelautan dan perikanan. Ketujuh, pertahanan. Kedelapan, kekonsuleran. Kesembilan adalah kebudayaan,” ucap Retno.
Selain itu, ada tiga nota kesepahaman antara entitas bisnis atau biasa dikenal dengan istilah business to business (B2B). Ketiga nota kesepahaman tersebut menurut Retno yaitu pertama, antara Pertamina dan ADNOC untuk pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Kedua, antara PT Chandra Asri dan Mubadala untuk proyek New Naphta Cracker and Petrochemical Complex. Ketiga, antara PT Maspion Indonesia dengan DP World Asia mengenai pengembangan terminal peti kemas dan kawasan industri di Jawa Timur.
(esn)