Inggris Ingin Kurangi Ketegangan dengan Iran
A
A
A
LONDON - Inggris ingin mengurangi ketegangan dengan Iran. Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt, setelah pertemuan komite darurat Inggris terkait penyitaan Iran atas kapal berbendera Inggris di Teluk.
"Pertemuan itu menegaskan kembali keinginan Inggris untuk melakukan deeskalasi," kata Hunt seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (21/7/2019).
Hunt menambahkan bahwa kapal tanker minyak Stena Impero disita di perairan Oman dalam pelanggaran hukum internasional yang jelas dalam keadaan yang sama sekali tidak dapat diterima.
Penyitaan itu terjadi beberapa jam setelah pengadilan di wilayah luar negeri Inggris di Gibraltar mengatakan akan memperpanjang 30 hari penahanan Grace 1, sebuah kapal tanker Iran yang disita dua minggu lalu dalam sebuah operasi yang dibantu oleh Marinir Kerajaan Inggris dengan tuduhan melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.
Hunt mengatakan bahwa setelah berbicara dengan koleganya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, Teheran melihat situasi itu sebagai "gayung bersambut".
"Tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran," katanya.
"Grace 1 ditahan secara hukum di perairan Gibraltar karena membawa minyak, melawan sanksi Uni Eropa, ke Suriah, dan itulah sebabnya otoritas Gibraltar bertindak sepenuhnya sehubungan dengan proses hukum dan sepenuhnya di dalam hukum," tutur Hunt.
"Stena Impero ditangkap di perairan Oman dengan jelas melanggar hukum internasional. Itu kemudian dipaksa untuk berlayar ke Iran," sambungnya.
"Ini sama sekali dan sama sekali tidak bisa diterima. Ini menimbulkan pertanyaan yang sangat serius tentang keamanan pengiriman Inggris, dan memang pengiriman internasional, di Selat Hormuz," kata Hunt.
Hunt mengatakan parlemen akan diberikan perkembangan terakhir tentang tindakan lebih lanjut yang akan diambil pemerintah Inggris pada hari Senin.
"Prioritas kami terus menemukan cara untuk melemahkan situasi," ucapnya.
Hunt mengatakan Stena Impero harus dilepaskan, dan Inggris sangat prihatin tentang keselamatan 23 awak.
Filipina mengatakan 18 orang India, tiga Rusia, satu Latvia dan satu Filipina berada di atas kapal milik Swedia itu.
"Pertemuan itu menegaskan kembali keinginan Inggris untuk melakukan deeskalasi," kata Hunt seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (21/7/2019).
Hunt menambahkan bahwa kapal tanker minyak Stena Impero disita di perairan Oman dalam pelanggaran hukum internasional yang jelas dalam keadaan yang sama sekali tidak dapat diterima.
Penyitaan itu terjadi beberapa jam setelah pengadilan di wilayah luar negeri Inggris di Gibraltar mengatakan akan memperpanjang 30 hari penahanan Grace 1, sebuah kapal tanker Iran yang disita dua minggu lalu dalam sebuah operasi yang dibantu oleh Marinir Kerajaan Inggris dengan tuduhan melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.
Hunt mengatakan bahwa setelah berbicara dengan koleganya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, Teheran melihat situasi itu sebagai "gayung bersambut".
"Tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran," katanya.
"Grace 1 ditahan secara hukum di perairan Gibraltar karena membawa minyak, melawan sanksi Uni Eropa, ke Suriah, dan itulah sebabnya otoritas Gibraltar bertindak sepenuhnya sehubungan dengan proses hukum dan sepenuhnya di dalam hukum," tutur Hunt.
"Stena Impero ditangkap di perairan Oman dengan jelas melanggar hukum internasional. Itu kemudian dipaksa untuk berlayar ke Iran," sambungnya.
"Ini sama sekali dan sama sekali tidak bisa diterima. Ini menimbulkan pertanyaan yang sangat serius tentang keamanan pengiriman Inggris, dan memang pengiriman internasional, di Selat Hormuz," kata Hunt.
Hunt mengatakan parlemen akan diberikan perkembangan terakhir tentang tindakan lebih lanjut yang akan diambil pemerintah Inggris pada hari Senin.
"Prioritas kami terus menemukan cara untuk melemahkan situasi," ucapnya.
Hunt mengatakan Stena Impero harus dilepaskan, dan Inggris sangat prihatin tentang keselamatan 23 awak.
Filipina mengatakan 18 orang India, tiga Rusia, satu Latvia dan satu Filipina berada di atas kapal milik Swedia itu.
(ian)