Sebut Efek Serangan Tanker Minor, Trump Ogah Perangi Iran
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Iran tidak layak diperangi atas dugaan serangan kembar kapal tanker di Teluk Oman. Namun tindakan militer dibutuhkan untuk mencegah Negeri Mullah itu mendapatkan senjata nuklir.
"Saya pasti akan memilih senjata nuklir dan saya akan membiarkan permasalahan lainnya dalam tanda tanya," kata Trump ketika ditanya langkah yang akan membawanya untuk mempertimbangkan berperang dengan Iran seperti dikutip dari Time, Selasa (18/6/2019).
Dikatakan oleh Trump, Teluk Oman sekarang kurang penting secara strategis bagi AS berbeda dengan dulu. Trump mengutip China dan Jepang sebagai negara yang masih mengandalkan kawasan itu untuk proporsi signifikan dari minyak mereka.
"Tempat-tempat lain mendapatkan minyak dalam jumlah sangat besar di sana," ujar Trump.
"Kami mendapat sangat sedikit. Kami telah membuat kemajuan luar biasa dalam dua setengah tahun terakhir terkait energi. Dan ketika jaringan pipa dibangun, kami sekarang adalah pengekspor energi. Jadi kita tidak dalam posisi seperti dulu di Timur Tengah di mana beberapa orang akan mengatakan kita ada disana untuk minyak," tutur Trump.
Meski begitu, Trump setuju dengan penilaian komunitas intelijen bahwa Iran berada di balik serangan itu.
"Saya berpikir tidak terlalu banyak orang yang berpikir untuk tidak mempercayainya," ucapnya.
Tetapi Trump juga meremehkan agresi Iran dengan alasan bahwa negara tersebut telah mengadopsi sikap kurang bermusuhan sejak ia menjadi presiden.
"Jika Anda melihat retorika sekarang dibandingkan dengan hari-hari ketika mereka menandatangani perjanjian itu (perjanjian nuklir 2015), di mana selalu ada yel-yel 'kematian untuk Amerika, kematian untuk Amerika, kami akan menghancurkan Amerika, kami akan membunuh Amerika,' Saya tidak lagi mendengar terlalu banya," tuturnya.
"Dan Saya berharap untuk itu," imbuhnya.
Ketika ditanya apakah ia mempertimbangkan tindakan militer terhadap Iran, Trump menjawab: "Saya tidak akan mengatakan itu. Saya tidak bisa mengatakan itu sama sekali."
Ketegangan antara AS dan Iran terus meningkat sejak Trump meninggalkan perjanjian nuklir multilateral tahun lalu. Tekanan pemerintah yang meningkat terhadap Iran dimulai dengan perang kata-kata tetapi telah meningkat ke arah konfrontasi yang lebih serius.
AS sebelumnya telah mengirimkan satu skuadron 12 jet tempur, beberapa pesawat mata-mata, baterai rudal Patriot, gugus tugas pembom B-52, kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln, dan aset militer lainnya telah dikirim ke wilayah tersebut. Hal itu dilakukan untuk mencegah apa yang disebut pemerintah Trump "perilaku memfitnah" Iran yang dimaksudkan untuk merusak AS dan sekutunya.
"Saya pasti akan memilih senjata nuklir dan saya akan membiarkan permasalahan lainnya dalam tanda tanya," kata Trump ketika ditanya langkah yang akan membawanya untuk mempertimbangkan berperang dengan Iran seperti dikutip dari Time, Selasa (18/6/2019).
Dikatakan oleh Trump, Teluk Oman sekarang kurang penting secara strategis bagi AS berbeda dengan dulu. Trump mengutip China dan Jepang sebagai negara yang masih mengandalkan kawasan itu untuk proporsi signifikan dari minyak mereka.
"Tempat-tempat lain mendapatkan minyak dalam jumlah sangat besar di sana," ujar Trump.
"Kami mendapat sangat sedikit. Kami telah membuat kemajuan luar biasa dalam dua setengah tahun terakhir terkait energi. Dan ketika jaringan pipa dibangun, kami sekarang adalah pengekspor energi. Jadi kita tidak dalam posisi seperti dulu di Timur Tengah di mana beberapa orang akan mengatakan kita ada disana untuk minyak," tutur Trump.
Meski begitu, Trump setuju dengan penilaian komunitas intelijen bahwa Iran berada di balik serangan itu.
"Saya berpikir tidak terlalu banyak orang yang berpikir untuk tidak mempercayainya," ucapnya.
Tetapi Trump juga meremehkan agresi Iran dengan alasan bahwa negara tersebut telah mengadopsi sikap kurang bermusuhan sejak ia menjadi presiden.
"Jika Anda melihat retorika sekarang dibandingkan dengan hari-hari ketika mereka menandatangani perjanjian itu (perjanjian nuklir 2015), di mana selalu ada yel-yel 'kematian untuk Amerika, kematian untuk Amerika, kami akan menghancurkan Amerika, kami akan membunuh Amerika,' Saya tidak lagi mendengar terlalu banya," tuturnya.
"Dan Saya berharap untuk itu," imbuhnya.
Ketika ditanya apakah ia mempertimbangkan tindakan militer terhadap Iran, Trump menjawab: "Saya tidak akan mengatakan itu. Saya tidak bisa mengatakan itu sama sekali."
Ketegangan antara AS dan Iran terus meningkat sejak Trump meninggalkan perjanjian nuklir multilateral tahun lalu. Tekanan pemerintah yang meningkat terhadap Iran dimulai dengan perang kata-kata tetapi telah meningkat ke arah konfrontasi yang lebih serius.
AS sebelumnya telah mengirimkan satu skuadron 12 jet tempur, beberapa pesawat mata-mata, baterai rudal Patriot, gugus tugas pembom B-52, kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln, dan aset militer lainnya telah dikirim ke wilayah tersebut. Hal itu dilakukan untuk mencegah apa yang disebut pemerintah Trump "perilaku memfitnah" Iran yang dimaksudkan untuk merusak AS dan sekutunya.
(ian)