Cegah Imigran Ilegal, Presiden Meksiko Jual Pesawat Dinas
A
A
A
MEXICO CITY - Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador berencana menjual pesawat dinas kepresidenan senilai USD150 juta untuk membantu menangkal imigran ilegal menuju Amerika Serikat (AS). Selain akan menjual Boeing 787 Dreamliner, dia juga akan menjual 60 pesawat dan 70 helikopter lainnya.
Langkah itu diambil setelah Meksiko dan AS sepakat memperketat arus migrasi dari Amerika Tengah menuju AS. Selama masa kampanye, Obrador sudah berjanji menjual pesawat dinas pemerintah dan menggunakan uang itu untuk membantu rakyat tidak mampu. Sayangnya sejauh ini pesawat tersebut tidak laku.
Pemerintah Meksiko membeli Boeing 787 Dreamliner seharga USD218 juta. Jika tidak terjual, pesawat itu kemungkinan akan digunakan untuk kepentingan komersial. Selama konferensi pers, Obrador mengatakan Pemerintah Meksiko siap mengerahkan Tentara Nasional ke wilayah perbatasan dengan Guatemala.
“Kami memiliki dana untuk melancarkan rencana ini. Biayanya juga bisa berasal dari penjualan pesawat mewah kepresidenan,” ujar Obrador seperti dikutip BBC. Menurut Obrador, pesawat itu dibeli sekitar tahun 2016 dan diberi nama Jose Maria Morelos y Pavon, diambil dari nama tokoh pendeta Katolik yang memimpin kemerdekaan Meksiko.
Meksiko mulai sepakat memperketat wilayah perbatasan setelah AS mengancam akan mengenakan tarif sebesar 5% terhadap barang impor Meksiko. Meksiko merupakan mitra dagang ketiga terbesar AS. Seperti dilansir BBC, Meksiko akan mengerahkan 6.000 personel ke wilayah perbatasan dalam waktu dekat.
Meksiko juga sepakat mendukung ekspansi skema pemulangan pencari suaka dari AS ke Meksiko. AS telah mengalami arus migrasi ilegal yang sangat tinggi. Fort Sill di Oklahoma yang biasanya digunakan untuk menahan warga AS keturunan Jepang selama Perang Dunia II kini digunakan untuk menampung imigran.
Sejumlah warga Meksiko mengkritisi langkah yang diambil Obrador. Mereka menolak keputusan Obrador yang akan menggunakan uang pesawat untuk migran non-Meksiko mengingat pesawat itu dibeli menggunakan uang rakyat. Mereka juga pesimistis pesawat itu dapat terjual dalam satu bulan ke depan.
Hampir 1.000 migran asal Amerika Tengah yang hendak menuju AS telah memasuki Meksiko pada awal tahun ini. Gelombang migran ini menjadi ujian bagi pemerintahan baru Meksiko yang berjanji menangani isu tersebut sebaik mungkin. Aliran migrasi ini menciptakan ketegangan antara Meksiko dan AS.
Institut Migrasi Nasional Meksiko menyatakan, sebanyak 969 migran asal Honduras, El Salvador, Guatemala, dan Nikaragua itu telah melintasi Ciudad Hidalgo. Obrador mendorong pendekatan kemanusiaan atas masalah itu. Dia berjanji akan meredam aliran migran dengan membuka lapangan kerja.
Meksiko juga membagikan gelang kepada para migran agar mereka mudah diidentifikasi. “Setelah terdata, mereka yang memenuhi syarat dapat tinggal dan bekerja di Meksiko dengan mengajukan visa. Mereka juga dapat terus bergerak menuju AS,” kata Dirjen Verifikasi Imigrasi Meksiko Ana Laura Martinez de Lara.
Imigran asal El Salvador, Jose Sorto, 30, mengaku terpaksa meninggalkan negara asalnya akibat krisis politik dan sosial. Dia berharap dapat memiliki kehidupan baru di AS. “Saya bergabung dengan kafilah karena di negara saya, saya tidak dapat hidup dengan damai. Saya harus lari dan bersembunyi setiap hari,” tutur Sorto.
Langkah itu diambil setelah Meksiko dan AS sepakat memperketat arus migrasi dari Amerika Tengah menuju AS. Selama masa kampanye, Obrador sudah berjanji menjual pesawat dinas pemerintah dan menggunakan uang itu untuk membantu rakyat tidak mampu. Sayangnya sejauh ini pesawat tersebut tidak laku.
Pemerintah Meksiko membeli Boeing 787 Dreamliner seharga USD218 juta. Jika tidak terjual, pesawat itu kemungkinan akan digunakan untuk kepentingan komersial. Selama konferensi pers, Obrador mengatakan Pemerintah Meksiko siap mengerahkan Tentara Nasional ke wilayah perbatasan dengan Guatemala.
“Kami memiliki dana untuk melancarkan rencana ini. Biayanya juga bisa berasal dari penjualan pesawat mewah kepresidenan,” ujar Obrador seperti dikutip BBC. Menurut Obrador, pesawat itu dibeli sekitar tahun 2016 dan diberi nama Jose Maria Morelos y Pavon, diambil dari nama tokoh pendeta Katolik yang memimpin kemerdekaan Meksiko.
Meksiko mulai sepakat memperketat wilayah perbatasan setelah AS mengancam akan mengenakan tarif sebesar 5% terhadap barang impor Meksiko. Meksiko merupakan mitra dagang ketiga terbesar AS. Seperti dilansir BBC, Meksiko akan mengerahkan 6.000 personel ke wilayah perbatasan dalam waktu dekat.
Meksiko juga sepakat mendukung ekspansi skema pemulangan pencari suaka dari AS ke Meksiko. AS telah mengalami arus migrasi ilegal yang sangat tinggi. Fort Sill di Oklahoma yang biasanya digunakan untuk menahan warga AS keturunan Jepang selama Perang Dunia II kini digunakan untuk menampung imigran.
Sejumlah warga Meksiko mengkritisi langkah yang diambil Obrador. Mereka menolak keputusan Obrador yang akan menggunakan uang pesawat untuk migran non-Meksiko mengingat pesawat itu dibeli menggunakan uang rakyat. Mereka juga pesimistis pesawat itu dapat terjual dalam satu bulan ke depan.
Hampir 1.000 migran asal Amerika Tengah yang hendak menuju AS telah memasuki Meksiko pada awal tahun ini. Gelombang migran ini menjadi ujian bagi pemerintahan baru Meksiko yang berjanji menangani isu tersebut sebaik mungkin. Aliran migrasi ini menciptakan ketegangan antara Meksiko dan AS.
Institut Migrasi Nasional Meksiko menyatakan, sebanyak 969 migran asal Honduras, El Salvador, Guatemala, dan Nikaragua itu telah melintasi Ciudad Hidalgo. Obrador mendorong pendekatan kemanusiaan atas masalah itu. Dia berjanji akan meredam aliran migran dengan membuka lapangan kerja.
Meksiko juga membagikan gelang kepada para migran agar mereka mudah diidentifikasi. “Setelah terdata, mereka yang memenuhi syarat dapat tinggal dan bekerja di Meksiko dengan mengajukan visa. Mereka juga dapat terus bergerak menuju AS,” kata Dirjen Verifikasi Imigrasi Meksiko Ana Laura Martinez de Lara.
Imigran asal El Salvador, Jose Sorto, 30, mengaku terpaksa meninggalkan negara asalnya akibat krisis politik dan sosial. Dia berharap dapat memiliki kehidupan baru di AS. “Saya bergabung dengan kafilah karena di negara saya, saya tidak dapat hidup dengan damai. Saya harus lari dan bersembunyi setiap hari,” tutur Sorto.
(don)