Dapat Ancaman Kematian karena Dirinya Muslim, Anggota DPR AS Menangis
A
A
A
WASHINGTON - Rashida Tlaib, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seorang muslimah, menangis saat menyampaikan ancaman kematian yang dia terima karena terkait keyakinan yang dia anut. Tlaib menceritakan itu dalam sidang Komite Pengawas Parlemen tentang supremasi kulit putih dan terorisme domestik.
Dalam sidang atau rapat parlemen hari Selasa lalu, Tlaib mengatakan bahwa ancaman kematian dikirim ke kantornya. Dia menanyai Michael McGarrity, asisten direktur divisi kontraterorisme FBI, tentang penanganan Departemen Kehakiman atas terorisme domestik.
"Saya ingin memberi Anda sebuah contoh. Jadi saya sudah berada di kantor selama sekitar enam bulan. Dan ketika Anda mendapatkan sesuatu seperti ini; 'Perhatian, wanita Kongres Alexandria Ocasio-Cortez dan kain perca Rashida Tlaib dan Ilhan Omar. Saya benar-benar bersemangat dan senang ketika saya mendengar sekitar 49 Muslim terbunuh dan banyak lagi yang terluka di Selandia Baru. Ini adalah awal yang baik. Mari kita berharap dan berdoa agar ini berlanjut di sini di Amerika Serikat yang baik. Satu-satunya Muslim yang baik adalah yang mati'," tutur Tlaib membacakan ancaman itu sembari menangis.
Tlaib mengatakan bahwa ancaman khusus dikirim ke kantornya dan disalin oleh pemerintah federal antara lain Departemen Kehakiman, Kantor Presiden Donald Trump dan Departemen Keamanan Dalam Negeri.
"Bagaimana itu tidak cukup untuk jatuh di bawah terorisme domestik jika mereka menargetkan semata-mata berdasarkan pada keyakinan saya dan orang lain dalam mengatakan bahwa seorang Muslim yang baik adalah orang mati?," ujar Tlaib, salah satu anggota Kongres Muslim pertama di AS, seperti dikutip CBS News, Kamis (6/6/2019).
McGarrity mengatakan hukum federal tidak termasuk tuduhan terorisme domestik tertentu.
Tlaib telah menjadi target ancaman dan teori konspirasi sejak terpilih sebagai anggota DPR AS November lalu. Pada Januari, seorang komisioner kota di Florida menuduh Tlaib sebagai orang "berbahaya" yang bisa "meledakkan" Capitol. Dia juga menghadapi serangan balasan di hari-hari pertamanya di kantor setelah mengatakan dia ingin "memakzulkan kebodohan itu", mengacu pada presiden Trump.
Anggota parlemen Republik juga mengkritik Tlaib atas komentar tentang Holocaust. Pada bulan Mei, dia mengatakan di podcast bahwa dia mendapat "perasaan menenangkan" ketika dia berpikir tentang "tragedi Holocaust", mengingat penderitaan leluhurnya di Palestina dan negara baru Israel.
Partai Demokrat membela dirinya, dengan mengatakan bahwa Partai Republik salah mengartikan komentarnya.
Dalam sidang atau rapat parlemen hari Selasa lalu, Tlaib mengatakan bahwa ancaman kematian dikirim ke kantornya. Dia menanyai Michael McGarrity, asisten direktur divisi kontraterorisme FBI, tentang penanganan Departemen Kehakiman atas terorisme domestik.
"Saya ingin memberi Anda sebuah contoh. Jadi saya sudah berada di kantor selama sekitar enam bulan. Dan ketika Anda mendapatkan sesuatu seperti ini; 'Perhatian, wanita Kongres Alexandria Ocasio-Cortez dan kain perca Rashida Tlaib dan Ilhan Omar. Saya benar-benar bersemangat dan senang ketika saya mendengar sekitar 49 Muslim terbunuh dan banyak lagi yang terluka di Selandia Baru. Ini adalah awal yang baik. Mari kita berharap dan berdoa agar ini berlanjut di sini di Amerika Serikat yang baik. Satu-satunya Muslim yang baik adalah yang mati'," tutur Tlaib membacakan ancaman itu sembari menangis.
Tlaib mengatakan bahwa ancaman khusus dikirim ke kantornya dan disalin oleh pemerintah federal antara lain Departemen Kehakiman, Kantor Presiden Donald Trump dan Departemen Keamanan Dalam Negeri.
"Bagaimana itu tidak cukup untuk jatuh di bawah terorisme domestik jika mereka menargetkan semata-mata berdasarkan pada keyakinan saya dan orang lain dalam mengatakan bahwa seorang Muslim yang baik adalah orang mati?," ujar Tlaib, salah satu anggota Kongres Muslim pertama di AS, seperti dikutip CBS News, Kamis (6/6/2019).
McGarrity mengatakan hukum federal tidak termasuk tuduhan terorisme domestik tertentu.
Tlaib telah menjadi target ancaman dan teori konspirasi sejak terpilih sebagai anggota DPR AS November lalu. Pada Januari, seorang komisioner kota di Florida menuduh Tlaib sebagai orang "berbahaya" yang bisa "meledakkan" Capitol. Dia juga menghadapi serangan balasan di hari-hari pertamanya di kantor setelah mengatakan dia ingin "memakzulkan kebodohan itu", mengacu pada presiden Trump.
Anggota parlemen Republik juga mengkritik Tlaib atas komentar tentang Holocaust. Pada bulan Mei, dia mengatakan di podcast bahwa dia mendapat "perasaan menenangkan" ketika dia berpikir tentang "tragedi Holocaust", mengingat penderitaan leluhurnya di Palestina dan negara baru Israel.
Partai Demokrat membela dirinya, dengan mengatakan bahwa Partai Republik salah mengartikan komentarnya.
(mas)