Trump Dilaporkan Akan Ampuni Eks Navy SEAL Penjahat Perang
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump dilaporkan sedang bersiap untuk memberikan ampunan atau grasi kepada mantan Kepala Operasi Khusus Navy SEAL, Edward Gallagher, yang dituduh melakukan kejahatan perang di Irak dan Afghanistan.
Laporan itu diterbitkan New York Times, yang dikutip New York Post, semalam (19/5/2019). Menurut laporan tersebut, beberapa anggota angkatan bersenjata lainnya yang dikenai tuduhan serupa juga akan mendapatkan pengampunan.
Grasi diperkirakan akan diberikan pada atau menjelang Memorial Day (Hari Peringatan). Menurut laporan tersebut, Trump telah meminta Departemen Kehakiman untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan.
Gallagher, seorang anggota pasukan khusus Angkatan Laut, dijadwalkan dibawa ke pengadilan dalam waktu dekat. Dia dituduh melakukan kejahatan perang karena menikam tahanan perang yang terluka hingga tewas di Irak dan menembak warga sipil tak bersenjata di Afghanistan.
Trump baru-baru ini memerintahkan agar Gallagher dipindahkan ke penjara "kurang ketat". Anggota parlemen dari Partai Republik telah menyerukan agar Gallagher dibebaskan sebelum persidangannya.
Beberapa anggota angkatan bersenjata lainnya yang kemungkinan akan diampuni Trump adalah Mathew Golsteyn, anggota Tentara Baret Hijau yang dituduh membunuh seorang warga sipil yang tidak bersenjata; Nicholas Slatten, mantan pengawal Blackwater dinyatakan bersalah karena menembak lusinan orang Irak yang tidak bersenjata; dan sekelompok sniper Korps Marinir yang dituduh melecehkan mayat anggota Taliban.
Awal tahun ini, politisi Partai Republik, Duncan Hunter, meeminta Trump untuk memberhentikan kasus Gallagher.
"Pemimpin Gallagher dituduh membunuh kombatan ISIS yang terverifikasi di zona perang berdasarkan kesaksian yang tidak konsisten dan tanpa bukti fisik," kata Hunter dalam pernyataan Januari lalu.
“Penting untuk diingat bahwa militan ISIS ini terlibat dalam tembak-menembak yang ekstensif dengan tim Gallagher dan sudah terluka parah saat ditangkap. Tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa militan ISIS ini dibunuh sebagai lawan akibat tindakan terorisnya," ujarnya.
Gedung Putih, menurut New York Times, meminta Departemen Kehakiman melanjutkan proses grasi pada hari Jumat. Laporan media itu mengutip seorang pejabat militer yang tidak disebutkan namanya.
Laporan itu diterbitkan New York Times, yang dikutip New York Post, semalam (19/5/2019). Menurut laporan tersebut, beberapa anggota angkatan bersenjata lainnya yang dikenai tuduhan serupa juga akan mendapatkan pengampunan.
Grasi diperkirakan akan diberikan pada atau menjelang Memorial Day (Hari Peringatan). Menurut laporan tersebut, Trump telah meminta Departemen Kehakiman untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan.
Gallagher, seorang anggota pasukan khusus Angkatan Laut, dijadwalkan dibawa ke pengadilan dalam waktu dekat. Dia dituduh melakukan kejahatan perang karena menikam tahanan perang yang terluka hingga tewas di Irak dan menembak warga sipil tak bersenjata di Afghanistan.
Trump baru-baru ini memerintahkan agar Gallagher dipindahkan ke penjara "kurang ketat". Anggota parlemen dari Partai Republik telah menyerukan agar Gallagher dibebaskan sebelum persidangannya.
Beberapa anggota angkatan bersenjata lainnya yang kemungkinan akan diampuni Trump adalah Mathew Golsteyn, anggota Tentara Baret Hijau yang dituduh membunuh seorang warga sipil yang tidak bersenjata; Nicholas Slatten, mantan pengawal Blackwater dinyatakan bersalah karena menembak lusinan orang Irak yang tidak bersenjata; dan sekelompok sniper Korps Marinir yang dituduh melecehkan mayat anggota Taliban.
Awal tahun ini, politisi Partai Republik, Duncan Hunter, meeminta Trump untuk memberhentikan kasus Gallagher.
"Pemimpin Gallagher dituduh membunuh kombatan ISIS yang terverifikasi di zona perang berdasarkan kesaksian yang tidak konsisten dan tanpa bukti fisik," kata Hunter dalam pernyataan Januari lalu.
“Penting untuk diingat bahwa militan ISIS ini terlibat dalam tembak-menembak yang ekstensif dengan tim Gallagher dan sudah terluka parah saat ditangkap. Tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa militan ISIS ini dibunuh sebagai lawan akibat tindakan terorisnya," ujarnya.
Gedung Putih, menurut New York Times, meminta Departemen Kehakiman melanjutkan proses grasi pada hari Jumat. Laporan media itu mengutip seorang pejabat militer yang tidak disebutkan namanya.
(mas)