Taksi Terbang Buatan Lilium Sukses Uji Coba Pertama
A
A
A
BERLIN - Pengembangan mobil terbang mengalami momentum positif. Startup asal Jerman, Lilium, telah berhasil melewati uji coba pertama taksi terbang lima kursi dengan skala penuh dan bertenaga listrik. Capaian itu sebelumnya juga pernah dilalui perusahaan asal Amerika Serikat (AS) The Boeing Company.
Seperti dilansir theverge.com, taksi terbang tanpa awak rancangan Lilium itu berhasil terbang secara vertikal layaknya helikopter dan melayang sebentar sebelum mendarat. Secara kasat mata, capaian itu tampak kecil. Namun, bagi Lilum yang berharap dapat meluncurkan taksi terbang pada 2025 merupakan hal besar.
Sama seperti taksi terbang lainnya, rancangan taksi terbang Lilium juga unik. Kabinnya yang berbentuk bulat telur bertengger di atas roda pendarat dengan sepasang sayap paralel mirip pesawat. Sayap itu dilengkapi mesin 36 jet listrik untuk menggerakkan taksi secara vertikal dan horizontal saat berada di udara.
Taksi terbang itu tidak memiliki ekor, kemudi, baling-baling, atau gigi. Di atas kertas, taksi terbang itu dapat menempuh hingga 300 kilometer dengan kecepatan maksimum 300 kilometer per jam yang didukung rancangan sayap pesawat era Perang Dunia II. Statistik itu jauh lebih baik dibanding pesaing lainnya.
Kepala Komersial Lilium, Remo Gerber, mengatakan sayap itu mengurangi konsumsi daya sebesar 10% selama di udara. “Kami senang dengan hasil uji coba kali ini. Semuanya berjalan sesuai dengan harapan,” ujar Gerber. Setahun sebelumnya, Lilium juga berhasil melalui uji coba serupa, tapi saat itu baru prototipe.
Rasio daya hingga berat merupakan pertimbangan paling besar dalam pengembangan taksi terbang bertenaga listrik karena merupakan salah satu inhibitor terbesar. Massa jenis energi atau jumlah energi yang tersimpan di dalam sistem juga menjadi kunci metrik. Saat ini, baterai yang tersedia tidak ada yang memadai.
“Untuk mengatasi hal itu, kami menggunakan mesin jet yang dapat memberikan energi 43 kali lebih banyak daripada baterai,” kata Gerber. Gerberg menolak memaparkannya lebih detail. Namun, dia menegaskan taksi terbang itu akan mampu mengangkat lima penumpang dan seorang pilot, juga sebuah bagasi.
Lilum menyatakan, meski full-otomatis, taksi terbang garapan mereka tetap akan diawasi pilot sehingga proses perizinan dari Lembaga Keamanan Penerbangan Eropa (EASA) dan Lembaga Penerbangan Federal AS (FAA) juga diharapkan dapat lebih mudah. Tiket taksi terbang itu direncanakan dijual secara online.
Lilium memperkirakan harga dari Manhattan ke Bandara Internasional JFK sekitar USD70 dengan waktu perjalanan 10 menit. Saat ini, Blade yang mengklaim diri sebagai Uber helikopter menawarkan perjalanan serupa dengan banderol USD195. Lilium merupakan satu dari 100 lebih pengembang taksi terbang.
Boeing juga berhasil melewati fase pertama uji coba penerbangan taksi terbang di bandara kecil di luar Washington DC, AS. Suksesnya percobaan tersebut menjadi sinyal positif bagi Boeing. Mereka berharap ke depan angkutan melayang itu bisa menjadi solusi transportasi di kota yang kerap dilanda kemacetan parah.
Kendati dibilang sukses, percobaan mobil terbang tersebut belum melibatkan penumpang atau pilot. Taksi terbang itu baru mengudara kurang dari satu menit dan tidak bergerak ke mana pun sebelum kembali mendarat. Boeing juga menolak mengungkapkan seberapa tinggi taksi terbang itu berada di atas tanah.
Prototipe taksi terbang yang dirancang Boeing memiliki panjang 9 meter dan lebar 8,5 meter. Taksi itu dapat menempuh perjalanan hingga 80 kiloemeter sebelum kembali ke darat. Seperti diketahui, Boeing merupakan produsen pesawat berbasis di Amerika Serikat yang memproduksi pesawat komersial dan militer.
Boeing beserta para pesaingnya seperti Airbus meyakini pesawat kecil yang dapat dikendarai sendiri, yang juga dikenal dengan eVTOL (electric Vertical Takeoff and Landing) akan merevolusi transportasi, ter utama di kawasan perkotaan. Mereka yakin jenis kendara an itu akan menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan.
“Boeing menunjukkan gaya produksi mereka dan memublikasikannya,” kata Investor Cyrus Sigari, dikutip cnn.com. “Kegigihan ini menunjukkan Boeing sangat serius mengembangkan moda transportasi yang dapat memobilisasi pergerakan di wilayah urban. Saya sangat senang dapat melihat semangat kuat Boeing,”
Eric Bartsch, chief operating officer di VerdeGo Aeuro, pengembang sistem daya eVTOL, juga memuji kemajuan kendaraan otonom, propulsi listrik, dan drone sebagai teknologi baru. “Kita telah memasuki masa keemasan inovasi di mana orang-orang mencoba hal baru. Generasi ini sungguh berbeda,” imbuh Bartsch.
Aurora Flight Scoences, anak perusahaan Boeing untuk taksi terbang otonom, merupakan mitra pengembangan jaringan mobil terbang Uber, Uber Elevate. Uber berencana merilis taksi terbang pada 2023. Taksi terbang terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, progresnya menuju kenyataan semakin di depan mata.
Seperti dilansir theverge.com, taksi terbang tanpa awak rancangan Lilium itu berhasil terbang secara vertikal layaknya helikopter dan melayang sebentar sebelum mendarat. Secara kasat mata, capaian itu tampak kecil. Namun, bagi Lilum yang berharap dapat meluncurkan taksi terbang pada 2025 merupakan hal besar.
Sama seperti taksi terbang lainnya, rancangan taksi terbang Lilium juga unik. Kabinnya yang berbentuk bulat telur bertengger di atas roda pendarat dengan sepasang sayap paralel mirip pesawat. Sayap itu dilengkapi mesin 36 jet listrik untuk menggerakkan taksi secara vertikal dan horizontal saat berada di udara.
Taksi terbang itu tidak memiliki ekor, kemudi, baling-baling, atau gigi. Di atas kertas, taksi terbang itu dapat menempuh hingga 300 kilometer dengan kecepatan maksimum 300 kilometer per jam yang didukung rancangan sayap pesawat era Perang Dunia II. Statistik itu jauh lebih baik dibanding pesaing lainnya.
Kepala Komersial Lilium, Remo Gerber, mengatakan sayap itu mengurangi konsumsi daya sebesar 10% selama di udara. “Kami senang dengan hasil uji coba kali ini. Semuanya berjalan sesuai dengan harapan,” ujar Gerber. Setahun sebelumnya, Lilium juga berhasil melalui uji coba serupa, tapi saat itu baru prototipe.
Rasio daya hingga berat merupakan pertimbangan paling besar dalam pengembangan taksi terbang bertenaga listrik karena merupakan salah satu inhibitor terbesar. Massa jenis energi atau jumlah energi yang tersimpan di dalam sistem juga menjadi kunci metrik. Saat ini, baterai yang tersedia tidak ada yang memadai.
“Untuk mengatasi hal itu, kami menggunakan mesin jet yang dapat memberikan energi 43 kali lebih banyak daripada baterai,” kata Gerber. Gerberg menolak memaparkannya lebih detail. Namun, dia menegaskan taksi terbang itu akan mampu mengangkat lima penumpang dan seorang pilot, juga sebuah bagasi.
Lilum menyatakan, meski full-otomatis, taksi terbang garapan mereka tetap akan diawasi pilot sehingga proses perizinan dari Lembaga Keamanan Penerbangan Eropa (EASA) dan Lembaga Penerbangan Federal AS (FAA) juga diharapkan dapat lebih mudah. Tiket taksi terbang itu direncanakan dijual secara online.
Lilium memperkirakan harga dari Manhattan ke Bandara Internasional JFK sekitar USD70 dengan waktu perjalanan 10 menit. Saat ini, Blade yang mengklaim diri sebagai Uber helikopter menawarkan perjalanan serupa dengan banderol USD195. Lilium merupakan satu dari 100 lebih pengembang taksi terbang.
Boeing juga berhasil melewati fase pertama uji coba penerbangan taksi terbang di bandara kecil di luar Washington DC, AS. Suksesnya percobaan tersebut menjadi sinyal positif bagi Boeing. Mereka berharap ke depan angkutan melayang itu bisa menjadi solusi transportasi di kota yang kerap dilanda kemacetan parah.
Kendati dibilang sukses, percobaan mobil terbang tersebut belum melibatkan penumpang atau pilot. Taksi terbang itu baru mengudara kurang dari satu menit dan tidak bergerak ke mana pun sebelum kembali mendarat. Boeing juga menolak mengungkapkan seberapa tinggi taksi terbang itu berada di atas tanah.
Prototipe taksi terbang yang dirancang Boeing memiliki panjang 9 meter dan lebar 8,5 meter. Taksi itu dapat menempuh perjalanan hingga 80 kiloemeter sebelum kembali ke darat. Seperti diketahui, Boeing merupakan produsen pesawat berbasis di Amerika Serikat yang memproduksi pesawat komersial dan militer.
Boeing beserta para pesaingnya seperti Airbus meyakini pesawat kecil yang dapat dikendarai sendiri, yang juga dikenal dengan eVTOL (electric Vertical Takeoff and Landing) akan merevolusi transportasi, ter utama di kawasan perkotaan. Mereka yakin jenis kendara an itu akan menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan.
“Boeing menunjukkan gaya produksi mereka dan memublikasikannya,” kata Investor Cyrus Sigari, dikutip cnn.com. “Kegigihan ini menunjukkan Boeing sangat serius mengembangkan moda transportasi yang dapat memobilisasi pergerakan di wilayah urban. Saya sangat senang dapat melihat semangat kuat Boeing,”
Eric Bartsch, chief operating officer di VerdeGo Aeuro, pengembang sistem daya eVTOL, juga memuji kemajuan kendaraan otonom, propulsi listrik, dan drone sebagai teknologi baru. “Kita telah memasuki masa keemasan inovasi di mana orang-orang mencoba hal baru. Generasi ini sungguh berbeda,” imbuh Bartsch.
Aurora Flight Scoences, anak perusahaan Boeing untuk taksi terbang otonom, merupakan mitra pengembangan jaringan mobil terbang Uber, Uber Elevate. Uber berencana merilis taksi terbang pada 2023. Taksi terbang terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, progresnya menuju kenyataan semakin di depan mata.
(don)