Tak Takut Ancaman Iran, AS Siap Kirim Kapal Induk ke Selat Hormuz
A
A
A
MANAMA - Militer Amerika Serikat mengabaikan ancaman Iran yang dilaporkan akan menyerang setiap kapal yang masuk Selat Hormuz. Pentagon bahkan siap untuk mengirim kapal induknya, USS Abraham Lincoln, yang sudah berada di Timur Tengah ke jalur perairan tersebut.
Komandan Armada Kelima Wakil Laksamana Jim Malloy mengatakan kepada Reuters bahwa informasi intelijen Amerika yang menunjukkan ancaman dari Iran tidak akan mencegahnya mengirim kapal induk ke Selat Hormuz, jika itu memang diperlukan. Armada Kelima yang bermarkas di Bahrain merupakan satuan militer yang mengawasi pasukan AS di Timur Tengah.
Intelijen AS menginformasikan bahwa militer Iran kemungkinan akan melakukan serangan terhadap kapal-kapal, termasuk kapal dagang, yang masuk Selat Hormuz.
Sekadar diketahui, Selat Hormuz merupakan jalur yang dilewati seperlima dari pasokan minyak yang dikonsumsi secara global. Jauh sebelum informasi intelijen Amerika muncul, militer Teheran pernah mengancam akan menutup total jalur perairan itu setelah AS memutuskan akan menjatuhkan sanksi terhadap negara mana pun yang membeli minyak negara para Mullah tersebut.
Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln pada hari Kamis lalu telah terdeteksi transit melalui Terusan Suez menuju Laut Merah. Kapal induk dan kelompok tempurnya itu kini berada di bawah komando Malloy. (Baca: AS Peringatkan Kapal Dagang Kemungkinan Serangan Iran )
"Jika saya perlu membawanya ke dalam selat (Hormuz), saya akan melakukannya," kata Malloy dalam sebuah wawancara dengan Reuters melalui telepon, yang dilansir Jumat (10/5/2019) malam. "Saya tidak dibatasi dengan cara apa pun, saya tidak tertantang dengan cara apa pun, untuk mengoperasikannya di mana pun di Timur Tengah."
Iran telah menolak anggapan AS tentang ancaman tersebut sebagai informasi "intelijen palsu".
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah memanas sejak pemerintahan Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Iran dan mulai memulihkan sanksi untuk meruntuhkan ekonomi Republik Islam tersebut.
Pentagon mengatakan pihaknya mempercepat penyebaran USS Abraham Lincoln dan mengirim pesawat pengebom strategis B-52 ke Timur Tengah setelah intelijen AS mengisyaratkan kemungkinan persiapan oleh Teheran untuk melancarkan serangan terhadap pasukan atau kepentingan AS di Timur Tengah.
"(Informasi) intelijen itu terkait dengan aktivitas aktual yang kami amati," kata Malloy.
"Dan itu sudah cukup bagi saya...untuk mengatakan bahwa kami melihat ini sebagai ancaman," ujarnya.
Para pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan salah satu bagian informasi intelijen mengindikasikan Iran telah memindahkan rudal di atas kapal. Salah satu pejabat mengatakan rudal tertentu yang diamati mungkin mampu diluncurkan dari sebuah kapal kecil.
Para pejabat juga mencatat kekhawatiran yang berkembang tentang ancaman dari milisi Syiah yang didukung Iran di Irak, yang telah lama menghindari konfrontasi dengan pasukan AS di bawah tujuan bersama mengalahkan kelompok ekstremis ISIS.
Malloy, yang pasukan angkatan lautnya akan mendukung upaya untuk mempertahankan pasukan AS di seluruh wilayah Timur Tengah, tidak memasukkan rincian tentang informasi intelijen AS. Namun dia membenarkan bahwa beberapa kekhawatiran AS berpusat pada rudal Iran.
"Ini mungkin bidang baru teknologi oleh Iran," kata Malloy. "Persenjataan itu berada di bawah kategori destabilisasi dan ofensif."
Di luar penyebaran Kelompok Tempur USS Abraham Lincoln dan pesawat pengebom B-52, AS juga mempertimbangkan penempatan kembali sistem rudal Patriot setelah menariknya beberapa unit dari Timur Tengah pada tahun lalu.
Beberapa kritikus Trump khawatir Gedung Putih sengaja memprovokasi Iran. Senator Tim Kaine dari Partai Demokrat, mengatakan; "Pemerintahan Trump memimpin kita menuju perang yang tidak perlu."
Malloy, dalam wawancara pertamanya sejak AS menyatakan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai kelompok teroris asing, mengonfirmasi bahwa pasukan AS beroperasi pada tingkat kesiapan yang tinggi. Namun, Malloy menekankan bahwa militer AS tidak mencari atau mempersiapkan perang dengan Iran.
"Saya tidak dalam pijakan rencana perang dan belum ditugaskan untuk melakukannya," kata Malloy.
"Namun kami benar-benar siap untuk menanggapi segala agresi terhadap Amerika Serikat, mitra di kawasan ini, atau kepentingan kami," imbuh dia.
Presiden Trump juga menegaskan kembali pesan serupa yang disampaikan Malloy, dengan mengatakan ia tidak ingin konflik.
"Kami memiliki salah satu kapal paling kuat di dunia dan kami tidak ingin melakukan apa pun," kata Trump kepada wartawan.
Komandan Armada Kelima Wakil Laksamana Jim Malloy mengatakan kepada Reuters bahwa informasi intelijen Amerika yang menunjukkan ancaman dari Iran tidak akan mencegahnya mengirim kapal induk ke Selat Hormuz, jika itu memang diperlukan. Armada Kelima yang bermarkas di Bahrain merupakan satuan militer yang mengawasi pasukan AS di Timur Tengah.
Intelijen AS menginformasikan bahwa militer Iran kemungkinan akan melakukan serangan terhadap kapal-kapal, termasuk kapal dagang, yang masuk Selat Hormuz.
Sekadar diketahui, Selat Hormuz merupakan jalur yang dilewati seperlima dari pasokan minyak yang dikonsumsi secara global. Jauh sebelum informasi intelijen Amerika muncul, militer Teheran pernah mengancam akan menutup total jalur perairan itu setelah AS memutuskan akan menjatuhkan sanksi terhadap negara mana pun yang membeli minyak negara para Mullah tersebut.
Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln pada hari Kamis lalu telah terdeteksi transit melalui Terusan Suez menuju Laut Merah. Kapal induk dan kelompok tempurnya itu kini berada di bawah komando Malloy. (Baca: AS Peringatkan Kapal Dagang Kemungkinan Serangan Iran )
"Jika saya perlu membawanya ke dalam selat (Hormuz), saya akan melakukannya," kata Malloy dalam sebuah wawancara dengan Reuters melalui telepon, yang dilansir Jumat (10/5/2019) malam. "Saya tidak dibatasi dengan cara apa pun, saya tidak tertantang dengan cara apa pun, untuk mengoperasikannya di mana pun di Timur Tengah."
Iran telah menolak anggapan AS tentang ancaman tersebut sebagai informasi "intelijen palsu".
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah memanas sejak pemerintahan Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Iran dan mulai memulihkan sanksi untuk meruntuhkan ekonomi Republik Islam tersebut.
Pentagon mengatakan pihaknya mempercepat penyebaran USS Abraham Lincoln dan mengirim pesawat pengebom strategis B-52 ke Timur Tengah setelah intelijen AS mengisyaratkan kemungkinan persiapan oleh Teheran untuk melancarkan serangan terhadap pasukan atau kepentingan AS di Timur Tengah.
"(Informasi) intelijen itu terkait dengan aktivitas aktual yang kami amati," kata Malloy.
"Dan itu sudah cukup bagi saya...untuk mengatakan bahwa kami melihat ini sebagai ancaman," ujarnya.
Para pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan salah satu bagian informasi intelijen mengindikasikan Iran telah memindahkan rudal di atas kapal. Salah satu pejabat mengatakan rudal tertentu yang diamati mungkin mampu diluncurkan dari sebuah kapal kecil.
Para pejabat juga mencatat kekhawatiran yang berkembang tentang ancaman dari milisi Syiah yang didukung Iran di Irak, yang telah lama menghindari konfrontasi dengan pasukan AS di bawah tujuan bersama mengalahkan kelompok ekstremis ISIS.
Malloy, yang pasukan angkatan lautnya akan mendukung upaya untuk mempertahankan pasukan AS di seluruh wilayah Timur Tengah, tidak memasukkan rincian tentang informasi intelijen AS. Namun dia membenarkan bahwa beberapa kekhawatiran AS berpusat pada rudal Iran.
"Ini mungkin bidang baru teknologi oleh Iran," kata Malloy. "Persenjataan itu berada di bawah kategori destabilisasi dan ofensif."
Di luar penyebaran Kelompok Tempur USS Abraham Lincoln dan pesawat pengebom B-52, AS juga mempertimbangkan penempatan kembali sistem rudal Patriot setelah menariknya beberapa unit dari Timur Tengah pada tahun lalu.
Beberapa kritikus Trump khawatir Gedung Putih sengaja memprovokasi Iran. Senator Tim Kaine dari Partai Demokrat, mengatakan; "Pemerintahan Trump memimpin kita menuju perang yang tidak perlu."
Malloy, dalam wawancara pertamanya sejak AS menyatakan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai kelompok teroris asing, mengonfirmasi bahwa pasukan AS beroperasi pada tingkat kesiapan yang tinggi. Namun, Malloy menekankan bahwa militer AS tidak mencari atau mempersiapkan perang dengan Iran.
"Saya tidak dalam pijakan rencana perang dan belum ditugaskan untuk melakukannya," kata Malloy.
"Namun kami benar-benar siap untuk menanggapi segala agresi terhadap Amerika Serikat, mitra di kawasan ini, atau kepentingan kami," imbuh dia.
Presiden Trump juga menegaskan kembali pesan serupa yang disampaikan Malloy, dengan mengatakan ia tidak ingin konflik.
"Kami memiliki salah satu kapal paling kuat di dunia dan kami tidak ingin melakukan apa pun," kata Trump kepada wartawan.
(mas)