Investasi Asing Baik, tapi Harus Bermanfaat bagi Warga
A
A
A
KUALA LUMPUR - Hari ini tepat satu tahun Perdana Menteri Mahathir Mohamad memimpin Malaysia. KORAN SINDO, SINDOnews.com, serta iNewsTV berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan PM Mahathir di kantornya, di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (3/4). Kepada KORAN SINDO, SINDONews.com, dan iNewsTV, tokoh bangsa Malaysia tersebut mengungkapkan perbedaan masa kepemimpinan dia sebelumnya pada 1981-2003 dan sekarang, termasuk pandangannya terhadap investor asing.
Tun, begitu dia kerap disapa, bercerita banyak tentang romantisme hubungan Indonesia dengan Malaysia. Dia menegaskan pentingnya Indonesia bagi Malaysia dan Asia Tenggara. Lancarnya penyelenggaraan pemilu di Tanah Air mendapat perhatian dari pria berusia 93 tahun ini.
Mahathir pun angkat bicara terkait rivalitas dua negara di lapangan hijau, batik, serta isu TKI dan juga membanjirnya hoaks. Selain itu, dia juga membocorkan rahasianya yang tetap bugar, bahkan dia masih menyetir kendaraannya sendiri. Berikut petikan wawancaranya.
Satu tahun Tun bersama koalisi Pakatan Harapan memimpin Malaysia. Achievement sudah sejauh mana?
Saat ini banyak anggapan pemerintah Pakatan Harapan tidak begitu populer, kita terima saja. Memang ketika memimpin pemerintah kita perlu melakukan berbagai tindakan. Sebaliknya di pihak lawan, mereka tidak perlu melakukan apa pun, mengkritik saja.
Jadi mereka tunjuk kelemahan pemerintah, dan kita (Pakatan Harapan) menjadi kurang populer. Mereka, yang menegur dan mengkritik (pemerintah), memang populer dan itulah yang akan selalu terjadi.
Terkait pemilu mendatang (GE15), apakah mereka (masyarakat Malaysia) memilih partai yang lama? Saya yakin tidak. Mereka sadar partai yang sudah memerintah negara ini selama 61 tahun adalah partai yang korup, yang tidak boleh diberi peluang.
Sudah ada masyarakat yang menagih janji saat Tun kampanye satu tahun lalu?
Ya, kita membuat banyak sekali janji, tapi kita buat janji dalam manifesto waktu, kita tidak mengetahui masalah sebenarnya yang dihadapi. Ketika kita memimpin pemerintahan, maka kita mengetahui keburukan di negara kita ini jauh lebih besar, memerlukan waktu, tenaga, serta dana yang banyak untuk mengatasinya.
Saat ini Tun berusia 93 tahundan memutuskan untuk comeback ke politik. Apakah ada kekecewaan Tun terhadap generasi muda?
Ketika saya meletakkan jabatan pada 2003, saya tidak ada harapan sama sekali untuk kembali menjadi perdana menteri. Tetapi, setelah saya meletakkan jabatan datang banyak rombongan agar saya melakukan sesuatu karena mereka tidak puas dengan pemerintahan. Mereka minta supaya saya betulkan keadaan yang tidak baik ini.
Awalnya saya coba untuk memberi nasihat kepada pemerintah, tapi nasihat saya tidak dipedulikan. Saya gerak lebih aktif atas desakan orang banyak. Akhirnya saya terpaksa keluar dari partai lama, dan dengan membentuk partai baru untuk menentang partai yang dahulu saya pimpin karena mereka sudah menyeleweng dan hanya dengan menjatuhkan, kita bisa menyudahi proses yang merusak negara kita.
Apa harapan Tun terhadap generasi politisi muda Malaysia?
Saya mempunyai banyak harapan. Sekarang ini kita memiliki teknologi-teknologi baru serta pendekatan-pendekatan baru. Kita hidup di zaman IT (information technology) dan sebagainya. Ini bisa membantu negara kita (berkembang) dengan lebih cepat. Saya benar-benar percaya bahwa dalam jangka dua atau tiga tahun, Malaysia akan pulih sepenuhnya.
Berbicara soal investasi, Asia Tenggara dibilang sebagai salah satu penggerak roda ekonomi global. Kawasan ini juga sedang menjadi sasaran investasi asing, terutama dipengaruhi dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Bagaimana menurut Tun?
Kita, Indonesia, dan Malaysia bersaing untuk menarik investor dari negara asing. Dua negara memang memberi tempat besar untuk investor asing karena ini membantu meningkatkan ekonomi negara. Kita mungkin tidak memiliki teknologi, atau tidak mempunyai modal yang cukup, atau penanganan industri-industri yang besar-besar, atau bersaing pasar dunia, kita kurang pengalaman.
Jadi kita undang pihak asing, baik Indonesia maupun Malaysia bisa belajar dari mereka mulai dari teknologi atau manajemen. Sekarang ini kita dapati hubungan dua negara menghasilkan perniagaan yang pesat, menebus negara-negara lain.
Negara yang paling banyak berinvestasi di Asia Tenggara adalah China. Tanggapan Tun tentang banyaknya investor China di kawasan ini?
Kita memperlakukan investor China, sama dengan investor dari negara lain. China sekarang ini mempunyai modal yang besar dan juga teknologi. Kita menerima investasi mereka, China membangun kilang di Malaysia. Mereka menggunakan tenaga kerja Malaysia dan berdampak pada meningkatkan perekonomian (bermanfaat bagi warga Malaysia).
Tetapi, kita tidak ingin China menguasai bidang tanah yang luas, membawa tenaga kerja dari China untuk tinggal di sini. Itu bagi kita bukan investasi, kita tidak terima. Tetapi, memang kita sadari bahwa teknologi China itu baik, jadi kita perlu terbuka. Investasi tetap harus mengutamakan manfaat kepada warga Malaysia.
Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi dengan menggelar pemilu. Sebagai pemimpin negara yang memperhatikan dinamika politik di Indonesia, bagaimana tanggapan Tun terkait pemilu yang barusaja dihelat di Indonesia?
Yang pertama Indonesia jauh lebih besar dengan 240 juta rakyatnya, yang tinggal di 17.000 pulau, (kondisi ini dalam penyelenggaraan pemilu menimbulkan banyak masalah) berdampak kepada perhitungan suara. Tetapi, rakyat Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang sangat kuat, dan mereka masih memegang kuat bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia.
Namun demikian, pendapat politik mereka berlainan dan di dalam demokrasi bisa tumbuh pihak-pihak yang berlawanan di dalam pemilu. Tapi, itu tidak mengapa, jika dibandingkan, orang Indonesia dengan negara lain (terkait pemilu), orang Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang lebih tinggi.
Bagaimana anggapan Tun tentang estafet kepemimpinan di Indonesiameskipun belum ada hasil resmi yang diumumkan KPU?
Untuk mengadakan pemilu di negara yang begitu besar, yang memiliki kepulauan yang banyak, merupakan hal yang sulit dilakukan. Tapi, jelas sekali Indonesia sukses menggelar pemilu meskipun dihadapkan pada faktor itu (wilayah yang amat luas). Kesuksesan penyelenggaraan pemilu adalah hal yang layak dibanggakan oleh rakyat Indonesia.
Kita lihat juga selama pemilu tidak ada kerusuhan. Biasanya di penyelenggaraan pemilu di suatu negara ada saja kerusuhan, pembunuhan, dan sebagainya. Tetapi, pemilu di Indonesia aman. Hal biasa-biasa ada tuduhan penyelewengan atau perbuatan yang tidak mengikuti peraturan, tetapi hal ini akan bisa diatasi.
Dengan adanya estafet kepemimpinan ini, kerja sama apa yang diharapkan kembali terjalin?
Banyak sekali bidang untuk dikerjasamakan, terutama perdagangan. Industri kalau kita petakan, kita akan mendapat pasar yang lebih besar. Pasar di Malaysia kecil, hanya 30 juta (jumlah penduduk Malaysia). Tapi, Indonesia 240 juta.
Jadi, Indonesia pasar yang besar meski pendapatan kurang (di bawah Malaysia), tetapi jumlah mereka (penduduk Indonesia) banyak. Kalau kita bekerja sama, Indonesia-Malaysia dengan memanfaatkan jumlah penduduk di ASEAN sebanyak 650 juta, kita bisa mendapat tempat utama di peta perdagangan ASEAN.
Sebagai saudara terdekat, negara tetangga Indonesia, menurut Tun seharusnya seperti apa sosok pemimpin Indonesia untuk saat ini?
Dalam sistem demokrasi, pemimpin mesti populer. Tapi, tidak boleh terlalu populer karena kalau kita mengikuti kehendak mayoritas, mungkin keinginan mereka itu tidak baik untuk negara.
Pemimpin mesti memisahkan yang baik dengan yang buruk, dan mendengarkan yang baik serta berani melaksanakan yang baik walaupun dia kurang populer di khalayak ramai. Itu menjadi satu yang penting bagi pemimpin di suatu negara demokratis.
Pada 1998 Indonesia mengalami reformasi. Indonesia pun mengalami perubahan perpolitikan yang sangat tajam. Sebagai negara tetangga, perpolitikan Indonesia pasti menjadi concern Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Perubahan-perubahan terjadi di Indonesia. Tapi, tidak mengubah Malaysia yang selalu ingin hubungan negara tetangga selalu baik. Kita menghargai cara negara tetangga memilih demokrasi atau autokrasi karena itu adalah hak Indonesia. Kita tidak berhak campur tangan atau berpendapat tentang siapa yang sepatutnya untuk memerintah.
Kalau Indonesia memilih autokrasi, maka itulah pilihan Indonesia. Kalau pilih demokrasi, itu juga pilihan Indonesia. Dan, kita (Malaysia), apa pun keputusan Indonesia (tidak mencampuri) sehingga jalinan hubungan dengan negara tetangga lebih baik.
Pada masa kampanye menjelang pemilu salah satu masalah utama di Indonesia adalah hoaks atau berita bohong. Apakah isu hoaks juga menjadi masalah di sini? Dan, bagaimana Tun melihat Indonesia menghadapi banjirnya hoaks?
Ini (membanjirnya hoaks) terjadi di Malaysia dan di mana-mana. Fake news (berita bohong) ini terjadi karena social media. Dulu (sebelum era social media) berita (yang disebar ke masyarakat) harus melewati editor dan sebagainya (terlebih dahulu).
Tapi, sekarang setiap orang bisa mengeluarkan pendapatnya melalui social media. Dan, dengan pengguna (social media) yang begitu banyak, tentu di antaranya ada yang salah mempergunakan social media. Tetapi, saya yakin rakyat paham dalam membedakan mana yang benar, mana yang tidak.
Tun pernah menjabat sebagai perdana menteri Malaysia selama 22 tahun (1981-2003) saat belum zaman social media. Dan, kini Tun menjabat kembali dimana social media sangat marak. Ada perbedaan nyata yang dirasakan?
Ya, social media membuka peluang kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan pendapat yang tidak benar. Tapi, social media juga memberikan ruang bagi pemerintah atau pihak-pihak untuk menyampaikan (menjelaskan) kabar terkait kepentingan mereka. Jadi, penggunaan social media ini kembali kepada kita.
Hubungan Indonesia-Malaysia mengalami pasang surut, apa saja bisa menjadi masalah. Mulai dari TKI, kebudayaan, sampai ke persaingan sepak bola dapat memengaruhi hubungan Indonesia- Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Ini apa yang dikatakan love-hate relationship. Kita menyadari, tapi hal-hal seperti itu tidak mengganggu friendship dua negara. Di Indonesia terdapat 240 juta warga negara, dan bila ada demonstrasi, biasanya itu dibuat oleh golongan yang kecil saja. Kami tidak pernah mempersoalkan hal itu.
Yang terbaru adalah terkait masalah TKI Adelina, yang dianiaya majikannya hingga tewas. Awalnya, sang majikan akan dijatuhkan hukuman mati, namun kemudian dibebaskan. Keputusan ini menimbulkan friksi di Indonesia yang lalu ramai di social media. Anggapan Tun terhadap kasus ini?
Hal ini tidak terjadi di Malaysia, tapi juga bisa di mana saja. Warga Indonesia datang untuk bekerja, yang kejadian-kejadian tertentu di mana kemudian warga Indonesia membunuh dan dibunuh. Tetapi, Malaysia ini, kita tentukan jika ada perbuatan yang melanggar undang-undang Malaysia yang dikenakan hukum ekstrem, maka kita akan adakan pembicaraan secara teratur. Saat ini tidak banyak kasus yang dilakukan orang Indonesia.
Ada majikan-majikan di Malaysia yang kurang baik. Mereka tidak pernah mempunyai asisten rumah tangga, jadi mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah yang timbul yang berhubungan dengan warga negara asing, yang melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh mereka. Dengan itu, kita lihat ada case-case di mana ada majikan-majikan yang tidak memperlakukan pekerja-pekerja mereka dengan baik. Ini akan terjadi meski ada undang-undang.
Tun, saat ini Indonesia dan Malaysia sangat dekat. Satu rumpundan memiliki kemiripan kebudayaansehingga dalam beberapa kesempatan terjadi klaim kebudayaan, ada batik dan sebagainya?
Itu untuk kami adalah perkara kecil yang akan membuat kita (Indonesia-Malaysia) bermusuhan. Kita (Malaysia) juga memiliki budaya batik dan sebagainya sudah lama. Tetapi, kalau kita perhatikan batik kita (batik Malaysia) tidak sama dengan batik Indonesia. Dengan melihatnya, kita bisa mengenali ini adalah batik Indonesia.
Batik Malaysia dari segi pembuatan (dengan batik Indonesia) mungkin sama, tapi hasil lukisannya berlainan. Kita berhak untuk mengenakan batik. Bahkan batik sudah berkembang ke Sri Lanka, ke Afrika pun.
Jadi jika batik dianggap sebagai hak istimewa Indonesia, maka Indonesia juga harus bertindak (mempersoalkan) kepada negara –negara lain, tidak ke Malaysia saja. Tapi, perkara-perkara ini tidak akan merusak hubungan Indonesia-Malaysia.
Satu hal lagi yang sering menimbulkan friksi dalam urusan sepak bola. Jika Indonesia bertemu Malaysia di lapangan hijau, itu ramainya luar biasa. Sebagai negara satu region di Asia Tenggara, apakah diperlukan transfer knowledge karena kami melihat pesepak bola Malaysia dilatih secara lebih fokus.
Budaya kita agak berlainan sedikit. Indonesia memiliki semangat yang begitu kuat, dan (pendukung timnas Indonesia) kerap menunjukkan dukungan dalam hal apa pun. Rakyat Malaysia pun begitu, mereka senang melihat pasukan (timnas Malaysia) menang, tetapi semangat pendukungnya tidak begitu terlihat.
Tapi, di Indonesia semangat nasionalisme lebih kuat, dan itu bila mereka (timnas Indonesia kalah) misalnya terlihat sulitnya menerima (kekalahan). Di Malaysia kami menerima kalah-menang sebagai hal yang biasa.
Tun sudah berusia 93 tahun, masih aktif bahkan sebagai kepala negara dengan segala macam dinamikanya, yang pastinya menguras fisik dan psikis. Apa rahasia Tun selalu terlihat bugar?
Saya berpendapat jika kita aktif bukan hanya aktif bergerak badan, tapi juga pikiran. Kita akan sehat dan panjang umur.
Sampai saat ini Tun masih menyetir sendiri?
Iya, di akhir pekan saya menyetir sendiri, biasanya di Kuala Lumpur dan kawasan-kawasan di sekeliling Kuala Lumpur. Tentang menyetir sendiri, ini adalah salah satu yang saya masih bisa lakukan, jadi memberi kepuasan untuk saya. Saya selalu menanti akhir pekan, untuk bisa menyetir sendiri keliling Kuala Lumpur.
Tun Siti (istri Mahathir) juga masih menyetir sendiri?
Dia sudah tidak (menyetir sendiri). Mata dia sudah tidak awas.
Tun pernah mengalami dua serangan jantung dalam waktu 10 bulan. Tapi, sekarang terlihat sangat bugar.
Makan obat (tertawa). Saya sekarang terpaksa minum obat seumur hidup. Saya juga mencoba untuk selalu aktif, jika kita terlalu banyak tidur, istirahat, itu tidak baik untuk tubuh.
Ada olahraga khusus yang Tun jalani?
Tidak ada, saya kadang-kadang treadmill atau angkat beban. Selain itu, saya banyak berjalan kaki.
Kalau menu makanan? Mungkin ada yang khusus?
Makanan, saya makan segala-galanya. Tapi, jika makan saya tidak pernah banyak, saya makan sedikit.
Jadwal Tun pasti sangat padat. Tun juga masih melakukan agenda kenegaraan, termasuk kunjungan ke negara lain. Di usia Tun sekarang menjaga kesehatan sangat penting, mungkin adakah treatment khusus seperti meminum jamu atau rempah khusus yang menjadi rahasia Tun untuk jaga kesehatan?
Tidak ada jamu, tapi saya mengonsumsi vitamin. Itu saja, selain itu, ada obat jantung yang harus saya minum karena obat itu membantu untuk mengencerkan darah agar tidak beku, tidak jadi clot (penyumbatan/pembekuan darah). Selain itu, saya berpendapat, kalau kita aktif, semua otot-otot tubuh digunakan, pikiran juga digunakan, kita bakal sehat.
Wawancara eksklusif KORAN SINDO, SINDOnews.com, serta iNewsTV dengan PM Mahathir didukung Alleira, Lion Air, dan Sheraton Imperial Kuala Lumpur.
Tun, begitu dia kerap disapa, bercerita banyak tentang romantisme hubungan Indonesia dengan Malaysia. Dia menegaskan pentingnya Indonesia bagi Malaysia dan Asia Tenggara. Lancarnya penyelenggaraan pemilu di Tanah Air mendapat perhatian dari pria berusia 93 tahun ini.
Mahathir pun angkat bicara terkait rivalitas dua negara di lapangan hijau, batik, serta isu TKI dan juga membanjirnya hoaks. Selain itu, dia juga membocorkan rahasianya yang tetap bugar, bahkan dia masih menyetir kendaraannya sendiri. Berikut petikan wawancaranya.
Satu tahun Tun bersama koalisi Pakatan Harapan memimpin Malaysia. Achievement sudah sejauh mana?
Saat ini banyak anggapan pemerintah Pakatan Harapan tidak begitu populer, kita terima saja. Memang ketika memimpin pemerintah kita perlu melakukan berbagai tindakan. Sebaliknya di pihak lawan, mereka tidak perlu melakukan apa pun, mengkritik saja.
Jadi mereka tunjuk kelemahan pemerintah, dan kita (Pakatan Harapan) menjadi kurang populer. Mereka, yang menegur dan mengkritik (pemerintah), memang populer dan itulah yang akan selalu terjadi.
Terkait pemilu mendatang (GE15), apakah mereka (masyarakat Malaysia) memilih partai yang lama? Saya yakin tidak. Mereka sadar partai yang sudah memerintah negara ini selama 61 tahun adalah partai yang korup, yang tidak boleh diberi peluang.
Sudah ada masyarakat yang menagih janji saat Tun kampanye satu tahun lalu?
Ya, kita membuat banyak sekali janji, tapi kita buat janji dalam manifesto waktu, kita tidak mengetahui masalah sebenarnya yang dihadapi. Ketika kita memimpin pemerintahan, maka kita mengetahui keburukan di negara kita ini jauh lebih besar, memerlukan waktu, tenaga, serta dana yang banyak untuk mengatasinya.
Saat ini Tun berusia 93 tahundan memutuskan untuk comeback ke politik. Apakah ada kekecewaan Tun terhadap generasi muda?
Ketika saya meletakkan jabatan pada 2003, saya tidak ada harapan sama sekali untuk kembali menjadi perdana menteri. Tetapi, setelah saya meletakkan jabatan datang banyak rombongan agar saya melakukan sesuatu karena mereka tidak puas dengan pemerintahan. Mereka minta supaya saya betulkan keadaan yang tidak baik ini.
Awalnya saya coba untuk memberi nasihat kepada pemerintah, tapi nasihat saya tidak dipedulikan. Saya gerak lebih aktif atas desakan orang banyak. Akhirnya saya terpaksa keluar dari partai lama, dan dengan membentuk partai baru untuk menentang partai yang dahulu saya pimpin karena mereka sudah menyeleweng dan hanya dengan menjatuhkan, kita bisa menyudahi proses yang merusak negara kita.
Apa harapan Tun terhadap generasi politisi muda Malaysia?
Saya mempunyai banyak harapan. Sekarang ini kita memiliki teknologi-teknologi baru serta pendekatan-pendekatan baru. Kita hidup di zaman IT (information technology) dan sebagainya. Ini bisa membantu negara kita (berkembang) dengan lebih cepat. Saya benar-benar percaya bahwa dalam jangka dua atau tiga tahun, Malaysia akan pulih sepenuhnya.
Berbicara soal investasi, Asia Tenggara dibilang sebagai salah satu penggerak roda ekonomi global. Kawasan ini juga sedang menjadi sasaran investasi asing, terutama dipengaruhi dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Bagaimana menurut Tun?
Kita, Indonesia, dan Malaysia bersaing untuk menarik investor dari negara asing. Dua negara memang memberi tempat besar untuk investor asing karena ini membantu meningkatkan ekonomi negara. Kita mungkin tidak memiliki teknologi, atau tidak mempunyai modal yang cukup, atau penanganan industri-industri yang besar-besar, atau bersaing pasar dunia, kita kurang pengalaman.
Jadi kita undang pihak asing, baik Indonesia maupun Malaysia bisa belajar dari mereka mulai dari teknologi atau manajemen. Sekarang ini kita dapati hubungan dua negara menghasilkan perniagaan yang pesat, menebus negara-negara lain.
Negara yang paling banyak berinvestasi di Asia Tenggara adalah China. Tanggapan Tun tentang banyaknya investor China di kawasan ini?
Kita memperlakukan investor China, sama dengan investor dari negara lain. China sekarang ini mempunyai modal yang besar dan juga teknologi. Kita menerima investasi mereka, China membangun kilang di Malaysia. Mereka menggunakan tenaga kerja Malaysia dan berdampak pada meningkatkan perekonomian (bermanfaat bagi warga Malaysia).
Tetapi, kita tidak ingin China menguasai bidang tanah yang luas, membawa tenaga kerja dari China untuk tinggal di sini. Itu bagi kita bukan investasi, kita tidak terima. Tetapi, memang kita sadari bahwa teknologi China itu baik, jadi kita perlu terbuka. Investasi tetap harus mengutamakan manfaat kepada warga Malaysia.
Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi dengan menggelar pemilu. Sebagai pemimpin negara yang memperhatikan dinamika politik di Indonesia, bagaimana tanggapan Tun terkait pemilu yang barusaja dihelat di Indonesia?
Yang pertama Indonesia jauh lebih besar dengan 240 juta rakyatnya, yang tinggal di 17.000 pulau, (kondisi ini dalam penyelenggaraan pemilu menimbulkan banyak masalah) berdampak kepada perhitungan suara. Tetapi, rakyat Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang sangat kuat, dan mereka masih memegang kuat bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia.
Namun demikian, pendapat politik mereka berlainan dan di dalam demokrasi bisa tumbuh pihak-pihak yang berlawanan di dalam pemilu. Tapi, itu tidak mengapa, jika dibandingkan, orang Indonesia dengan negara lain (terkait pemilu), orang Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang lebih tinggi.
Bagaimana anggapan Tun tentang estafet kepemimpinan di Indonesiameskipun belum ada hasil resmi yang diumumkan KPU?
Untuk mengadakan pemilu di negara yang begitu besar, yang memiliki kepulauan yang banyak, merupakan hal yang sulit dilakukan. Tapi, jelas sekali Indonesia sukses menggelar pemilu meskipun dihadapkan pada faktor itu (wilayah yang amat luas). Kesuksesan penyelenggaraan pemilu adalah hal yang layak dibanggakan oleh rakyat Indonesia.
Kita lihat juga selama pemilu tidak ada kerusuhan. Biasanya di penyelenggaraan pemilu di suatu negara ada saja kerusuhan, pembunuhan, dan sebagainya. Tetapi, pemilu di Indonesia aman. Hal biasa-biasa ada tuduhan penyelewengan atau perbuatan yang tidak mengikuti peraturan, tetapi hal ini akan bisa diatasi.
Dengan adanya estafet kepemimpinan ini, kerja sama apa yang diharapkan kembali terjalin?
Banyak sekali bidang untuk dikerjasamakan, terutama perdagangan. Industri kalau kita petakan, kita akan mendapat pasar yang lebih besar. Pasar di Malaysia kecil, hanya 30 juta (jumlah penduduk Malaysia). Tapi, Indonesia 240 juta.
Jadi, Indonesia pasar yang besar meski pendapatan kurang (di bawah Malaysia), tetapi jumlah mereka (penduduk Indonesia) banyak. Kalau kita bekerja sama, Indonesia-Malaysia dengan memanfaatkan jumlah penduduk di ASEAN sebanyak 650 juta, kita bisa mendapat tempat utama di peta perdagangan ASEAN.
Sebagai saudara terdekat, negara tetangga Indonesia, menurut Tun seharusnya seperti apa sosok pemimpin Indonesia untuk saat ini?
Dalam sistem demokrasi, pemimpin mesti populer. Tapi, tidak boleh terlalu populer karena kalau kita mengikuti kehendak mayoritas, mungkin keinginan mereka itu tidak baik untuk negara.
Pemimpin mesti memisahkan yang baik dengan yang buruk, dan mendengarkan yang baik serta berani melaksanakan yang baik walaupun dia kurang populer di khalayak ramai. Itu menjadi satu yang penting bagi pemimpin di suatu negara demokratis.
Pada 1998 Indonesia mengalami reformasi. Indonesia pun mengalami perubahan perpolitikan yang sangat tajam. Sebagai negara tetangga, perpolitikan Indonesia pasti menjadi concern Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Perubahan-perubahan terjadi di Indonesia. Tapi, tidak mengubah Malaysia yang selalu ingin hubungan negara tetangga selalu baik. Kita menghargai cara negara tetangga memilih demokrasi atau autokrasi karena itu adalah hak Indonesia. Kita tidak berhak campur tangan atau berpendapat tentang siapa yang sepatutnya untuk memerintah.
Kalau Indonesia memilih autokrasi, maka itulah pilihan Indonesia. Kalau pilih demokrasi, itu juga pilihan Indonesia. Dan, kita (Malaysia), apa pun keputusan Indonesia (tidak mencampuri) sehingga jalinan hubungan dengan negara tetangga lebih baik.
Pada masa kampanye menjelang pemilu salah satu masalah utama di Indonesia adalah hoaks atau berita bohong. Apakah isu hoaks juga menjadi masalah di sini? Dan, bagaimana Tun melihat Indonesia menghadapi banjirnya hoaks?
Ini (membanjirnya hoaks) terjadi di Malaysia dan di mana-mana. Fake news (berita bohong) ini terjadi karena social media. Dulu (sebelum era social media) berita (yang disebar ke masyarakat) harus melewati editor dan sebagainya (terlebih dahulu).
Tapi, sekarang setiap orang bisa mengeluarkan pendapatnya melalui social media. Dan, dengan pengguna (social media) yang begitu banyak, tentu di antaranya ada yang salah mempergunakan social media. Tetapi, saya yakin rakyat paham dalam membedakan mana yang benar, mana yang tidak.
Tun pernah menjabat sebagai perdana menteri Malaysia selama 22 tahun (1981-2003) saat belum zaman social media. Dan, kini Tun menjabat kembali dimana social media sangat marak. Ada perbedaan nyata yang dirasakan?
Ya, social media membuka peluang kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan pendapat yang tidak benar. Tapi, social media juga memberikan ruang bagi pemerintah atau pihak-pihak untuk menyampaikan (menjelaskan) kabar terkait kepentingan mereka. Jadi, penggunaan social media ini kembali kepada kita.
Hubungan Indonesia-Malaysia mengalami pasang surut, apa saja bisa menjadi masalah. Mulai dari TKI, kebudayaan, sampai ke persaingan sepak bola dapat memengaruhi hubungan Indonesia- Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Ini apa yang dikatakan love-hate relationship. Kita menyadari, tapi hal-hal seperti itu tidak mengganggu friendship dua negara. Di Indonesia terdapat 240 juta warga negara, dan bila ada demonstrasi, biasanya itu dibuat oleh golongan yang kecil saja. Kami tidak pernah mempersoalkan hal itu.
Yang terbaru adalah terkait masalah TKI Adelina, yang dianiaya majikannya hingga tewas. Awalnya, sang majikan akan dijatuhkan hukuman mati, namun kemudian dibebaskan. Keputusan ini menimbulkan friksi di Indonesia yang lalu ramai di social media. Anggapan Tun terhadap kasus ini?
Hal ini tidak terjadi di Malaysia, tapi juga bisa di mana saja. Warga Indonesia datang untuk bekerja, yang kejadian-kejadian tertentu di mana kemudian warga Indonesia membunuh dan dibunuh. Tetapi, Malaysia ini, kita tentukan jika ada perbuatan yang melanggar undang-undang Malaysia yang dikenakan hukum ekstrem, maka kita akan adakan pembicaraan secara teratur. Saat ini tidak banyak kasus yang dilakukan orang Indonesia.
Ada majikan-majikan di Malaysia yang kurang baik. Mereka tidak pernah mempunyai asisten rumah tangga, jadi mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah yang timbul yang berhubungan dengan warga negara asing, yang melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh mereka. Dengan itu, kita lihat ada case-case di mana ada majikan-majikan yang tidak memperlakukan pekerja-pekerja mereka dengan baik. Ini akan terjadi meski ada undang-undang.
Tun, saat ini Indonesia dan Malaysia sangat dekat. Satu rumpundan memiliki kemiripan kebudayaansehingga dalam beberapa kesempatan terjadi klaim kebudayaan, ada batik dan sebagainya?
Itu untuk kami adalah perkara kecil yang akan membuat kita (Indonesia-Malaysia) bermusuhan. Kita (Malaysia) juga memiliki budaya batik dan sebagainya sudah lama. Tetapi, kalau kita perhatikan batik kita (batik Malaysia) tidak sama dengan batik Indonesia. Dengan melihatnya, kita bisa mengenali ini adalah batik Indonesia.
Batik Malaysia dari segi pembuatan (dengan batik Indonesia) mungkin sama, tapi hasil lukisannya berlainan. Kita berhak untuk mengenakan batik. Bahkan batik sudah berkembang ke Sri Lanka, ke Afrika pun.
Jadi jika batik dianggap sebagai hak istimewa Indonesia, maka Indonesia juga harus bertindak (mempersoalkan) kepada negara –negara lain, tidak ke Malaysia saja. Tapi, perkara-perkara ini tidak akan merusak hubungan Indonesia-Malaysia.
Satu hal lagi yang sering menimbulkan friksi dalam urusan sepak bola. Jika Indonesia bertemu Malaysia di lapangan hijau, itu ramainya luar biasa. Sebagai negara satu region di Asia Tenggara, apakah diperlukan transfer knowledge karena kami melihat pesepak bola Malaysia dilatih secara lebih fokus.
Budaya kita agak berlainan sedikit. Indonesia memiliki semangat yang begitu kuat, dan (pendukung timnas Indonesia) kerap menunjukkan dukungan dalam hal apa pun. Rakyat Malaysia pun begitu, mereka senang melihat pasukan (timnas Malaysia) menang, tetapi semangat pendukungnya tidak begitu terlihat.
Tapi, di Indonesia semangat nasionalisme lebih kuat, dan itu bila mereka (timnas Indonesia kalah) misalnya terlihat sulitnya menerima (kekalahan). Di Malaysia kami menerima kalah-menang sebagai hal yang biasa.
Tun sudah berusia 93 tahun, masih aktif bahkan sebagai kepala negara dengan segala macam dinamikanya, yang pastinya menguras fisik dan psikis. Apa rahasia Tun selalu terlihat bugar?
Saya berpendapat jika kita aktif bukan hanya aktif bergerak badan, tapi juga pikiran. Kita akan sehat dan panjang umur.
Sampai saat ini Tun masih menyetir sendiri?
Iya, di akhir pekan saya menyetir sendiri, biasanya di Kuala Lumpur dan kawasan-kawasan di sekeliling Kuala Lumpur. Tentang menyetir sendiri, ini adalah salah satu yang saya masih bisa lakukan, jadi memberi kepuasan untuk saya. Saya selalu menanti akhir pekan, untuk bisa menyetir sendiri keliling Kuala Lumpur.
Tun Siti (istri Mahathir) juga masih menyetir sendiri?
Dia sudah tidak (menyetir sendiri). Mata dia sudah tidak awas.
Tun pernah mengalami dua serangan jantung dalam waktu 10 bulan. Tapi, sekarang terlihat sangat bugar.
Makan obat (tertawa). Saya sekarang terpaksa minum obat seumur hidup. Saya juga mencoba untuk selalu aktif, jika kita terlalu banyak tidur, istirahat, itu tidak baik untuk tubuh.
Ada olahraga khusus yang Tun jalani?
Tidak ada, saya kadang-kadang treadmill atau angkat beban. Selain itu, saya banyak berjalan kaki.
Kalau menu makanan? Mungkin ada yang khusus?
Makanan, saya makan segala-galanya. Tapi, jika makan saya tidak pernah banyak, saya makan sedikit.
Jadwal Tun pasti sangat padat. Tun juga masih melakukan agenda kenegaraan, termasuk kunjungan ke negara lain. Di usia Tun sekarang menjaga kesehatan sangat penting, mungkin adakah treatment khusus seperti meminum jamu atau rempah khusus yang menjadi rahasia Tun untuk jaga kesehatan?
Tidak ada jamu, tapi saya mengonsumsi vitamin. Itu saja, selain itu, ada obat jantung yang harus saya minum karena obat itu membantu untuk mengencerkan darah agar tidak beku, tidak jadi clot (penyumbatan/pembekuan darah). Selain itu, saya berpendapat, kalau kita aktif, semua otot-otot tubuh digunakan, pikiran juga digunakan, kita bakal sehat.
Wawancara eksklusif KORAN SINDO, SINDOnews.com, serta iNewsTV dengan PM Mahathir didukung Alleira, Lion Air, dan Sheraton Imperial Kuala Lumpur.
(don)