Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres Kenakan Tenun Troso
A
A
A
NEW YORK - Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) di New York yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi, Selasa (7/5), tampak berbeda. Suasana sidang benar-benar tidak seperti biasanya. Dalam pertemuan debat terbuka DK PBB yang mengusung tema “Menabur Benih Perdamaian” ini, pakaian para delegasi terlihat lebih berwarna dan ceria.
Ini terjadi karena sebagian besar peserta sidang tak lagi mengenakan jas seperti biasanya, tetapi memakai batik atau tenun asli Indonesia. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, misalnya, hadir dengan mengenakan kemeja panjang bermotif tenun troso warna cerah. Selain Guterres, delegasi lainnya yang menggunakan batik ialah dari Amerika Serikat (AS), Jerman, Pantai Gading, Prancis, Peru, Republik Dominika, dan China.
Kehadiran para delegasi yang memakai batik ini mengagetkan Menlu Retno. Dia mengaku sangat terhormat karena Sekjen PBB maupun para delegasi dari berbagai negara mendukung penuh atas batik Indonesia. “Sangat menyenangkan bahwa dalam sidang hari ini cantik dan colorful karena sebagian besar anggota DK PBB mengenakan batik, termasuk Sekjen PBB mengenakan tenun dari Bali,” tutur Menlu Retno.
Lantas dari mana batik-batik yang dipakai para delegasi itu berasal? Menlu menyatakan berbagai batik yang dikenakan delegasi DK PBB merupakan koleksi pribadi masing-masing. Umumnya batik tersebut didapatkan dari pemberian delegasi Indonesia di New York atau ketika mereka menjadi ketua delegasi dalam konferensi di Tanah Air, Namun begitu, tak sedikit delegasi yang membeli batik sendiri saat kunjungan ke Indonesia.
Menlu sangat senang karena langkah yang dilakukan Sekjen PBB dan sejumlah delegasi ini akan semakin memopulerkan batik di dunia. Apalagi, sebelumnya batik telah mendapatkan pengakuan internasional seiring ditetapkan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009.
UNESCO memasukannya dalam Daftar Representatif Budaya Warisan Tak Benda Manusia. Pemerintah juga menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Tak kali ini saja batik dipakai oleh tokoh-tokoh dunia. Pemimpin Afrika Selatan (Afsel) Nelson Mandela adalah salah satu tokoh yang gemar memakai batik.
Perkenalan Mandela dengan batik terjadi pada 1990-an saat pertama kali berkunjung ke Indonesia. Saat datang kembali ke Indonesia pada 1997 sebagai presiden Afsel, Mandela sudah mengenakan batik.
Saat ini batik telah dipakai warga Afsel dalam acara-acara penting. Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan Presiden AS Barack Obama juga kerap memakai batik saat pertemuan para pemimpin dunia yang digelar di Indonesia.
Peningkatan Pasukan Perdamaian
Sejak 1 Mei lalu, Indonesia resmi menjadi presiden DK PBB. Adapun pertemuan debat terbuka DK PBB kali ini bertujuan mendorong peningkatan kapasitas pasukan penjaga perdamaian di berbagai belahan dunia. Pertemuan ini merupakan salah satu agenda prioritas Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap DK PBB 2019-2020.
Menurut Retno, perdamaian perlu dijaga bersama. “Korps Baret Biru (Blue Helmets) adalah penjaga perdamaian yang melindungi ratusan juta manusia di seluruh dunia. Mereka adalah wajah DK PBB dan potret kerja sama multilateral,” ujar Retno saat memimpin Debat Terbuka DK PBB.
Retno menegaskan, Indonesia sangat percaya dengan peran pasukan penjaga perdamaian PBB dan perlunya investasi yang cukup untuk mempersiapkan kinerja dan kemampuan mereka di lapangan. Dia menekankan pentingnya menambah pelatihan dan peningkatan kapasitas personel demi menguatkan kapabilitas.
Menurut Menlu, ada empat poin untuk mewujudkan misi pemeliharaan dunia (MPP) berdaya guna. Retno mengatakan bahwa Indonesia berhasil mengupayakan rekonsiliasi antara komunitas lokal dan 422 mantan kombatan di Monusco, Kongo. “Mayor Gembong beserta timnya dari Indonesia berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan sehingga semakin memperkuat perdamaian di sana,” katanya.
Debat Terbuka merupakan signature event Presidensi Indonesia pada DK PBB. Hadir sebagai pembicara khusus dalam debat ini adalah Sekjen PBB Antonio Guterres, Komandan Pasukan Monusco Letnan Jenderal Elias Rodrigues Martins Filho, dan Direktur Challenges Forum International Secretariat Björn Holmberg.
Debat dihadiri oleh 59 negara termasuk 15 negara anggota DK PBB, negara kontributor MPP PBB, negara tuan rumah misi, serta organisasi internasional dan kawasan seperti Uni Afrika. Penyelenggaraan debat terbuka ini tidak terlepas dari rekam jejak Indonesia yang kini berada pada jajaran sepuluh besar negara-negara kontributor MPP PBB.
Saat ini terdapat 3.080 personel Indonesia di delapan misi perdamaian PBB, 106 di antaranya perempuan. Sidang telah mengesahkan dokumen berupa Presidential Statement, yang menekankan pentingnya pasukan penjaga keamanan PBB sebagai alat paling efektif untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Dokumen tersebut juga memberikan dukungan terhadap upaya Sekjen PBB untuk mereformasi dan membuat pasukan penjaga perdamaian PBB lebih efektif. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan proses pelatihan baret biru mengalami kemajuan yang signifikan.
Namun, dia menegaskan program pasukan penjaga perdamaian masih belum sempurna. “Jika persiapannya lebih baik, jumlah korban akan menurun. Kami juga meminta otoritas lokal mengikuti standar PBB,” katanya di situs resmi un.org.
Misi perdamaian dengan risiko tinggi yang kini dilakukan DK PBB ialah di Kongo, Darfur, Sudan, dan Mali. Menurut Guterres, pelatihan dan investasi strategis dalam menjaga kedamaian dunia merupakan tanggung jawab bersama. PBB telah menyediakan pelatihan intensif sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Ini terjadi karena sebagian besar peserta sidang tak lagi mengenakan jas seperti biasanya, tetapi memakai batik atau tenun asli Indonesia. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, misalnya, hadir dengan mengenakan kemeja panjang bermotif tenun troso warna cerah. Selain Guterres, delegasi lainnya yang menggunakan batik ialah dari Amerika Serikat (AS), Jerman, Pantai Gading, Prancis, Peru, Republik Dominika, dan China.
Kehadiran para delegasi yang memakai batik ini mengagetkan Menlu Retno. Dia mengaku sangat terhormat karena Sekjen PBB maupun para delegasi dari berbagai negara mendukung penuh atas batik Indonesia. “Sangat menyenangkan bahwa dalam sidang hari ini cantik dan colorful karena sebagian besar anggota DK PBB mengenakan batik, termasuk Sekjen PBB mengenakan tenun dari Bali,” tutur Menlu Retno.
Lantas dari mana batik-batik yang dipakai para delegasi itu berasal? Menlu menyatakan berbagai batik yang dikenakan delegasi DK PBB merupakan koleksi pribadi masing-masing. Umumnya batik tersebut didapatkan dari pemberian delegasi Indonesia di New York atau ketika mereka menjadi ketua delegasi dalam konferensi di Tanah Air, Namun begitu, tak sedikit delegasi yang membeli batik sendiri saat kunjungan ke Indonesia.
Menlu sangat senang karena langkah yang dilakukan Sekjen PBB dan sejumlah delegasi ini akan semakin memopulerkan batik di dunia. Apalagi, sebelumnya batik telah mendapatkan pengakuan internasional seiring ditetapkan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009.
UNESCO memasukannya dalam Daftar Representatif Budaya Warisan Tak Benda Manusia. Pemerintah juga menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Tak kali ini saja batik dipakai oleh tokoh-tokoh dunia. Pemimpin Afrika Selatan (Afsel) Nelson Mandela adalah salah satu tokoh yang gemar memakai batik.
Perkenalan Mandela dengan batik terjadi pada 1990-an saat pertama kali berkunjung ke Indonesia. Saat datang kembali ke Indonesia pada 1997 sebagai presiden Afsel, Mandela sudah mengenakan batik.
Saat ini batik telah dipakai warga Afsel dalam acara-acara penting. Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan Presiden AS Barack Obama juga kerap memakai batik saat pertemuan para pemimpin dunia yang digelar di Indonesia.
Peningkatan Pasukan Perdamaian
Sejak 1 Mei lalu, Indonesia resmi menjadi presiden DK PBB. Adapun pertemuan debat terbuka DK PBB kali ini bertujuan mendorong peningkatan kapasitas pasukan penjaga perdamaian di berbagai belahan dunia. Pertemuan ini merupakan salah satu agenda prioritas Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap DK PBB 2019-2020.
Menurut Retno, perdamaian perlu dijaga bersama. “Korps Baret Biru (Blue Helmets) adalah penjaga perdamaian yang melindungi ratusan juta manusia di seluruh dunia. Mereka adalah wajah DK PBB dan potret kerja sama multilateral,” ujar Retno saat memimpin Debat Terbuka DK PBB.
Retno menegaskan, Indonesia sangat percaya dengan peran pasukan penjaga perdamaian PBB dan perlunya investasi yang cukup untuk mempersiapkan kinerja dan kemampuan mereka di lapangan. Dia menekankan pentingnya menambah pelatihan dan peningkatan kapasitas personel demi menguatkan kapabilitas.
Menurut Menlu, ada empat poin untuk mewujudkan misi pemeliharaan dunia (MPP) berdaya guna. Retno mengatakan bahwa Indonesia berhasil mengupayakan rekonsiliasi antara komunitas lokal dan 422 mantan kombatan di Monusco, Kongo. “Mayor Gembong beserta timnya dari Indonesia berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan sehingga semakin memperkuat perdamaian di sana,” katanya.
Debat Terbuka merupakan signature event Presidensi Indonesia pada DK PBB. Hadir sebagai pembicara khusus dalam debat ini adalah Sekjen PBB Antonio Guterres, Komandan Pasukan Monusco Letnan Jenderal Elias Rodrigues Martins Filho, dan Direktur Challenges Forum International Secretariat Björn Holmberg.
Debat dihadiri oleh 59 negara termasuk 15 negara anggota DK PBB, negara kontributor MPP PBB, negara tuan rumah misi, serta organisasi internasional dan kawasan seperti Uni Afrika. Penyelenggaraan debat terbuka ini tidak terlepas dari rekam jejak Indonesia yang kini berada pada jajaran sepuluh besar negara-negara kontributor MPP PBB.
Saat ini terdapat 3.080 personel Indonesia di delapan misi perdamaian PBB, 106 di antaranya perempuan. Sidang telah mengesahkan dokumen berupa Presidential Statement, yang menekankan pentingnya pasukan penjaga keamanan PBB sebagai alat paling efektif untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Dokumen tersebut juga memberikan dukungan terhadap upaya Sekjen PBB untuk mereformasi dan membuat pasukan penjaga perdamaian PBB lebih efektif. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan proses pelatihan baret biru mengalami kemajuan yang signifikan.
Namun, dia menegaskan program pasukan penjaga perdamaian masih belum sempurna. “Jika persiapannya lebih baik, jumlah korban akan menurun. Kami juga meminta otoritas lokal mengikuti standar PBB,” katanya di situs resmi un.org.
Misi perdamaian dengan risiko tinggi yang kini dilakukan DK PBB ialah di Kongo, Darfur, Sudan, dan Mali. Menurut Guterres, pelatihan dan investasi strategis dalam menjaga kedamaian dunia merupakan tanggung jawab bersama. PBB telah menyediakan pelatihan intensif sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
(don)