Bikin Rudal Baru Rp14,2 T, AS Dinilai Memulai Lomba Senjata Nuklir

Jum'at, 03 Mei 2019 - 01:43 WIB
Bikin Rudal Baru Rp14,2...
Bikin Rudal Baru Rp14,2 T, AS Dinilai Memulai Lomba Senjata Nuklir
A A A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Presiden Donald Trump menandatangani kontrak pembuatan rudal balistik baru senilai USD1 miliar atau lebih dari Rp14,2 triliun. Keputusan Washington ini dinilai para pakar sebagai tindakan untuk memulai perlombaan senjata nuklir baru.

Kontrak pembuatan senjata baru ini diteken pemerintah Trump dengan lima kontraktor pertahanan Amerika. Langkah ini hanya berselang tiga bulan setelah Trump mengumumkan bahwa Amerika menangguhkan keikutsertaannya dalam traktat Intermediate Nuclear Forces (INF) 1987.

Rudal-rudal balistik baru yang dibuat akan menjamin persenjataan nuklir AS dapat digunakan hingga setidaknya tahun 2075. Perkiraan ini merupakan hasil studi Pax, sebuah lembaga nirlaba Belanda yang mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi.

Selain AS, ada sembilan negara bersenjata nuklir di dunia, yang saat ini bertanggung jawab atas kontrak pembuatan rudal balistik dengan total nilai sekitar USD116 miliar.

"Penelitian ini mengonfirmasi bahwa ada perlombaan senjata nuklir baru," kata Susi Snyder, penulis utama laporan Pax, kepada Quartz, Jumat (3/5/2019).

INF adalah pakta kontrol senjata yang melarang pengembangan dan penggunaan rudal jarak menengah, yang diteken AS dan Uni Soviet untuk mencegah perang nuklir pada tahun 1987. Setelah Uni Soviet runtuh dan menjadi Rusia, Perjanjian INF itu dipertahankan oleh Moskow dan Washington.

Perjanjian INF ini runtuh di era kepemipinan Trump, di mana AS menuduh Rusia melanggar perjanjian. Moskow membantah dan menuduh balik Washington sebagai pihak yang melanggar perjanjian.

"Apa yang dikatakan ini di seluruh dunia?," tanya Snyder. "Bahwa setiap orang harus membeli rudal baru."

Kontraktor-kontraktor pertahanan Amerika yang mendapat proyek pembuatan senjata baru dari pemerintah Trump antara lain; BAE System memperoleh 7 kontrak senilai USD47,7 juta, Boeing mendapat 4 kontrak senilai USD244,7 juta. Selanjutnya, Lockheed Martin mendapat 36 kontrak senilai USD267,6 juta, Northrop Grumman memperoleh 14 kontrak senilai USD2,7 juta dan Raytheon dengan 44 kontrak senilai USD536,8 juta.

Snyder, yang telah menjabat sebagai manajer program pelucutan senjata nuklir di Pax sejak 2010, mengatakan dari pengalaman kontrak-kontrak itu cenderung melebihi anggaran awal mereka. Menurutnya, tak diketahui berapa persen dari kontrak baru yang secara langsung terkait dengan produksi senjata nuklir.

"Tetapi yang jelas adalah bahwa ada desakan baru untuk membangun lebih banyak rudal yang menguntungkan segelintir perusahaan AS dan berniat membanjiri pasar dengan rudal," ujarnya.

Juru bicara Raytheon, Mike Doble mengatakan kepada Quartz bahwa "nol persen" dari 44 kontrak misilnya terkait nuklir. Jerry Drelling dari Boeing Space and Missile Systems menyarankan Quartz melihat situs web kontraktor Departemen Pertahanan tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut. Lockheed Martin enggan merinci kontrak tersebut. Sedangkan Northrop Grumman dan BAE System tidak menanggapi permintaan komentar.

Pakar lain menilai apa yang dilakukan AS seperti meletuskan tanda dimulainya Perang Dingin baru. "Penarikan diri dari Perjanjian INF telah menembakkan pistol awal pada Perang Dingin baru," kata Beatrice Fihn, kepala International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1153 seconds (0.1#10.140)