Korut Sebut Pompeo Bodoh dan Berbahaya
A
A
A
SEOUL - Seorang pejabat senior Korea Utara (Korut) menuding Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memiliki ide-ide bodoh dan berbahaya. Ia pun memperingatkan Washington tentang hasil yang tidak diinginkan jika tidak menyesuaikan sikapnya terhadap sanksi ekonomi.
Pyongyang dan Washington telah berselisih sejak gagalnya pertemuan puncak antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump pada Februari lalu mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi.
Sejak itu ketegangan meningkat, dan komentar ini menandai kedua kalinya Pyongyang mengkritik diplomat top AS bulan ini. Negara tertutup itu sebelumnya menuntut Pompeo dicopot dari negosiasi di masa depan, menyatakannya sebagai sosok yang "ceroboh".
Baca Juga: Korut Ogah Negosiasi Soal Nuklir dengan Pompeo
Dalam sebuah wawancara dengan CBS pekan lalu, Pompeo mengatakan AS bisa "mengubah jalur" jika Jong-un tidak membawa percakapan nyata tentang meninggalkan persenjataan nuklir Korut ke meja negosiasi.
Menanggapi hal itu, Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son-hui mengatakan komentar Pompeo adalah ide bodoh dan berbahaya yang menyiratkan penggulingan sistem dengan sarana militer.
"Resolusi kami tentang denuklirisasi tetap utuh dan kami akan melakukannya ketika waktunya tepat," ujarnya seperti dikutip AFP dari kantor berita resmi Korut, KCNA, Rabu (1/5/2019).
"Tapi itu hanya akan mungkin ketika AS merevisi dan membentuk kembali perhitungannya saat ini," imbuhnya.
"Dan jika AS tidak mengubah pendiriannya pada akhir tahun ini, (negara) itu akan menghadapi (suatu) hasil yang tidak diinginkan," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Washington menyalahkan gagalnya KTT Hanoi pada Februari lalu pada tuntutan Korut untuk bantuan pembebasan sanksi sebagai imbalan atas pelucutan senjata nuklir terbatas. Tetapi Pyongyang membantahnya, dengan mengatakan pihaknya menginginkan hanya beberapa yang dihapuskan.
Pekan lalu, Korut juga mengecam John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, dengan mengatakan ia kurang memahami tentang niat Kim Jong-un dan Trump dalam peningkatan retorika terhadap pejabat AS.
Baca Juga: Diminta Tunjukkan Bukti Denuklirisasi, Korut Cela Penasihat Trump
Dalam pidatonya di parlemen awal bulan ini, Jong-un mengatakan dia akan menunggu sampai akhir tahun ini untuk AS membuat keputusan berani guna mengubah pendekatannya dan memperlancar jalan menuju pertemuan lain.
Baca Juga: Kim Jong-un Beri AS Waktu Hingga Akhir Tahun untuk Ubah Sikap
Sementara itu, Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu pekan lalu di Vladivostok untuk pertemuan puncak pertama mereka - yang ditujukan untuk melawan pengaruh AS - di mana diktator muda Korut itu menuduh Washington bertindak dengan "itikad buruk".
Pyongyang dan Washington telah berselisih sejak gagalnya pertemuan puncak antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump pada Februari lalu mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi.
Sejak itu ketegangan meningkat, dan komentar ini menandai kedua kalinya Pyongyang mengkritik diplomat top AS bulan ini. Negara tertutup itu sebelumnya menuntut Pompeo dicopot dari negosiasi di masa depan, menyatakannya sebagai sosok yang "ceroboh".
Baca Juga: Korut Ogah Negosiasi Soal Nuklir dengan Pompeo
Dalam sebuah wawancara dengan CBS pekan lalu, Pompeo mengatakan AS bisa "mengubah jalur" jika Jong-un tidak membawa percakapan nyata tentang meninggalkan persenjataan nuklir Korut ke meja negosiasi.
Menanggapi hal itu, Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son-hui mengatakan komentar Pompeo adalah ide bodoh dan berbahaya yang menyiratkan penggulingan sistem dengan sarana militer.
"Resolusi kami tentang denuklirisasi tetap utuh dan kami akan melakukannya ketika waktunya tepat," ujarnya seperti dikutip AFP dari kantor berita resmi Korut, KCNA, Rabu (1/5/2019).
"Tapi itu hanya akan mungkin ketika AS merevisi dan membentuk kembali perhitungannya saat ini," imbuhnya.
"Dan jika AS tidak mengubah pendiriannya pada akhir tahun ini, (negara) itu akan menghadapi (suatu) hasil yang tidak diinginkan," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Washington menyalahkan gagalnya KTT Hanoi pada Februari lalu pada tuntutan Korut untuk bantuan pembebasan sanksi sebagai imbalan atas pelucutan senjata nuklir terbatas. Tetapi Pyongyang membantahnya, dengan mengatakan pihaknya menginginkan hanya beberapa yang dihapuskan.
Pekan lalu, Korut juga mengecam John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, dengan mengatakan ia kurang memahami tentang niat Kim Jong-un dan Trump dalam peningkatan retorika terhadap pejabat AS.
Baca Juga: Diminta Tunjukkan Bukti Denuklirisasi, Korut Cela Penasihat Trump
Dalam pidatonya di parlemen awal bulan ini, Jong-un mengatakan dia akan menunggu sampai akhir tahun ini untuk AS membuat keputusan berani guna mengubah pendekatannya dan memperlancar jalan menuju pertemuan lain.
Baca Juga: Kim Jong-un Beri AS Waktu Hingga Akhir Tahun untuk Ubah Sikap
Sementara itu, Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu pekan lalu di Vladivostok untuk pertemuan puncak pertama mereka - yang ditujukan untuk melawan pengaruh AS - di mana diktator muda Korut itu menuduh Washington bertindak dengan "itikad buruk".
(ian)