Yazidi Irak Tak Menerima Anak-anak Hasil Pemerkosaan ISIS
A
A
A
IRBIL - Dewan Spiritual Tertinggi Yazidi di Irak mengumumkan bahwa mereka tidak akan menerima anak-anak yang dilahirkan wanita akibat diperkosa oleh para militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Pengumuman ini seperti menjadi revisi dari pernyataan sebelumnya bahwa komunitas itu akan menerima semua korban ISIS yang selamat.
Militan ISIS menyerbu jantung kota komunitas Yazidi di barat laut Irak pada tahun 2014. Kelompok radikal itu membantai para pria dan memaksa wanita dan anak-anak menjadi budak. Kelompok tersebut berusaha memusnahkan komunitas itu karena dianggap melakukan tindakan bid'ah.
Sekitar 3.000 warga Yazidi masih hilang meski pasukan Kurdi yang didukung Amerika Serikat di Suriah sudah merebut kantong terakhir dari “kekhalifahan” ISIS. Banyak warga Yazidi yang masih hidup diyakini berlindung di kamp-kamp untuk warga sipil yang melarikan diri dari ISIS pada bulan-bulan terakhir pertempuran.
Pejabat Yazidi Ali Khedhir Ilyas mengatakan pada hari Minggu bahwa Dewan Spiritual Tertinggi di Irak mendorong perempuan Yazidi untuk kembali dengan anak-anak mereka, tidak peduli asal-usul mereka. "Tetapi, kita tidak bisa memaksa keluarga untuk menerima mereka yang lahir dari pemerkosaan," katanya, seperti dikutip AP, Senin (29/4/2019).
Beberapa wanita yang kembali dari Suriah telah menyerahkan anak-anak mereka untuk diadopsi karena keluarga mereka di Irak tidak akan menerima mereka. Yang lain menolak untuk kembali ke komunitas Yazidi.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Dewan Spiritual Tertinggi Yazidi mengatakan media telah mendistorsi arti dari pernyataan sebelumnya tentang wanita dan anak-anak Yazidi yang dipaksa menjadi budak ISIS pada tahun 2014.
Dikatakan pada dekrit sebelumnya bahwa komunitas Yazidi menerima perempuan yang selamat dan anak-anak mereka kembali ke komunitas. "Sama sekali, tidak berarti anak-anak yang lahir sebagai hasil dari pemerkosaan, sebaliknya, itu berkaitan dengan anak-anak yang lahir dari dua orang tua Yazidi dan diculik pada saat serangan ISIS," bunyi pengumuman dewan tersebut.
Militan ISIS menyerbu jantung kota komunitas Yazidi di barat laut Irak pada tahun 2014. Kelompok radikal itu membantai para pria dan memaksa wanita dan anak-anak menjadi budak. Kelompok tersebut berusaha memusnahkan komunitas itu karena dianggap melakukan tindakan bid'ah.
Sekitar 3.000 warga Yazidi masih hilang meski pasukan Kurdi yang didukung Amerika Serikat di Suriah sudah merebut kantong terakhir dari “kekhalifahan” ISIS. Banyak warga Yazidi yang masih hidup diyakini berlindung di kamp-kamp untuk warga sipil yang melarikan diri dari ISIS pada bulan-bulan terakhir pertempuran.
Pejabat Yazidi Ali Khedhir Ilyas mengatakan pada hari Minggu bahwa Dewan Spiritual Tertinggi di Irak mendorong perempuan Yazidi untuk kembali dengan anak-anak mereka, tidak peduli asal-usul mereka. "Tetapi, kita tidak bisa memaksa keluarga untuk menerima mereka yang lahir dari pemerkosaan," katanya, seperti dikutip AP, Senin (29/4/2019).
Beberapa wanita yang kembali dari Suriah telah menyerahkan anak-anak mereka untuk diadopsi karena keluarga mereka di Irak tidak akan menerima mereka. Yang lain menolak untuk kembali ke komunitas Yazidi.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Dewan Spiritual Tertinggi Yazidi mengatakan media telah mendistorsi arti dari pernyataan sebelumnya tentang wanita dan anak-anak Yazidi yang dipaksa menjadi budak ISIS pada tahun 2014.
Dikatakan pada dekrit sebelumnya bahwa komunitas Yazidi menerima perempuan yang selamat dan anak-anak mereka kembali ke komunitas. "Sama sekali, tidak berarti anak-anak yang lahir sebagai hasil dari pemerkosaan, sebaliknya, itu berkaitan dengan anak-anak yang lahir dari dua orang tua Yazidi dan diculik pada saat serangan ISIS," bunyi pengumuman dewan tersebut.
(mas)